Satria mengerjap saat merasakan keningnya terasa hangat. Perlahan, ia membuka mata dan meraba dahi. Ada handuk yang menempel di sana. Beberapa saat kemudian, seorang wanita masuk membawa nampan yang berisi makanan. “Ra.” Satria memanggil. Samira tidak menyahut. Samira mengambil handuk, kemudian menempelkan telapak tangan di dahi sang kakak. Ia lalu membantu sang kakak duduk meski tidak sedikit pun mulutnya bersuara. Sedikit demi sedikit, Samira menyuapi sang kakak. Satria menurut meski ia sedikit memicing dengan kelakuan adiknya. Semarah apa pun, Samira tetap peduli. Demam pria itu masih sangat tinggi. Seluruh tubuhnya terasa sakit sekali. “Kamu yang gantiin baju Abang?” tanya Satria. Ia ingat, terakhir ia masih memakai baju koko dan pulang hujan-hujanan dari makam. Sementara sekara