Arlan membanting kasar pintu kamarnya, dengan wajah merah padam dan d**a naik turun menahan gejolak pemuda itu nampak begitu tertekan.
"Sial!" Arlan berjongkok, menutup kedua telinga nya dengan mata terpejam rapat. "Sial-sial-sial!!" Umpatnya dengan kejer-kejer sambil membentur-benturkan kepalanya ke lantai kamar.
Untungnya gak ada yang lihat, kalau nggak pasti kejiwaan pemuda ini akan dipertanyakan.
"Uaaargh gggrhhh iiihhhhrgg!!" Arlan menggigit bantal nya dengan gregetan setengah mampus. Rasanya ia sungguh ingin lompat dari gedung paling tinggi sedunia saat ini juga.
Sekarang rasanya ia sungguh sudah kehilangan muka berwibawa nya di depan aktris kurang ajar itu, masa ia bisa mimisan cuma karena kaget lihat 'begituan'.
Harga dirinya OMEYGAT!!
"Ck! Ini gara-gara Nenek sama Ibu yang ngelarang aku lihat film porno!" Decak Arlan mulai ngelantur parah, tapi nyatanya memang sangat benar sih. Meskipun kelihatannya ia seperti lelaki jantan yang gagah paripurna nyatanya dari dalam kandungan sampai sekarang otaknya masih sangat terjaga kesuciannya.
Arlan melirik meja kerjanya dan senyum mencurigakan langsung terbit di bibir tipisnya. Pemuda itu berlari ke meja kerjanya lalu menyalakan komputernya.
Meskipun gemetaran tapi Arlan sudah membulatkan tekad, mencari video porno untuk di tonton.
"Lihat aja gini-gini aku adalah lelaki sejati!" Desisnya dengan senyum mengembang lebar saat video yang dicarinya sudah muncul di permukaan layar, Arlan meneguk ludah saat melihat gambar thumbnail nya.
"Waaah kayaknya bakal asik nih." Kekehnya kesenengan lalu mengambil earphone untuk dipakainya. Penampakan Arlan sekarang benar-benar mirip kayak orang m***m.
Video di klik olehnya, dan tentu saja langsung terputar adegan (yang tidak dapat dijabarkan oleh kata-kata).
Bola mata Arlan sesekali melebar namun juga kadang terpejam rapat saat adegannya mulai memanas, bahkan tanpa sadar kedua kakinya sudah nangkring diatas kursi.
Glek.
Arlan makin mendempetkan kursi ke meja untuk mengamati lebih detail adegan per adegan, bahkan sekarang tanpa sadar pemuda itu sudah tidak berkedip sedikitpun. Dan akhirnya video selesai, Arlan terperangah kagum.
Prok! Prok! Prok!
"Waaah gila-gila bagus banget!" Soraknya sambil bertepuk tangan kesenengan. Pemuda ini jadi mirip kayak bocah yang baru mengetahui hal baru.
Arlan menggerakkan mouse nya dengan cepat, mulai kembali menscroll untuk mencari video yang lain.
"Hmm enaknya yang mana lagi yha?"
"Itu yang thumbnail nya ciuman diatas ranjang bagus."
Arlan mengangguk, "wah iya bener, makas-- AAAARGH!!"
GUBRAK!
Arlan terjengkang dari kursinya, menjerit heboh layaknya maling yang habis kepergok. Kedua mata Arlan membola besar, dengan mulut sudah menganga lebar.
"Hm, emang bagus yha videonya." Ucap Agam mengangguk-angguk sambil berjalan mendekati komputer Arlan dan menscroll nya. "Yang mana tadi yang mau kamu tonton?" Tanya Agam dengan sangat tenang menunduk menatap Putra nya.
Arlan mengesot mundur, benar-benar ketakutan.
"Ayah tanya kok nggak dijawab, mau belajar jadi anak durhaka kamu?"
"Nggak-nggak!" Geleng Arlan cepat, "aku mau nonton yang ... yang .... yang ...." Agam mengernyit, Arlan memejamkan matanya pasrah.
"Yang paling panas."
Agam memandang datar anaknya, duduk di kursi menyilangkan kaki sambil bersedekap. "Kamu sering nonton beginian?"
"NGGAK KOK!"
Agam tetap tak bersuara, kini sedikit memiringkan kepalanya ke samping. "Umur kamu memang sudah sangat cukup buat lihat ginian," Agam mulai berbicara. "Tapi apa gunanya Lan? Tidak semua lelaki harus melihat hal kotor seperti ini. Toh kita juga sudah tau fungsi alat reproduksi dengan benar."
Arlan berkedip-kedip, beneran bingung harus bagaimana. Bahkan kedua tangannya sudah gemetaran hebat.
"Diajari siapa nonton beginian?"
Arlan diam.
"Apa jangan-jangan kamu malah sudah pernah melakukan hal beginian?"
"Belooooom!!!" Bantah pemuda itu mendelik, berdiri dari ngesotnya. "Belum kok Yah, sumpah gak boong!!"
Agam menghela napas pelan, "hm." Agam beranjak, membuat Arlan melongo linglung.
Udah, gitu aja?
Bagus deh, hehehe.
Agam berhenti di daun pintu, tanpa menoleh kearah Arlan yang berada di belakangnya.
"Nanti jelasin ke Ibumu dan Nenekmu soal hal ini."
Dan Arlan langsung terjatuh syok. "JANGAAAAAN NGADU YAAAAAH!!!"
***
"Hihihi."
Aldo mengernyit samar, melirik gadis disebelahnya yang sejak tadi tak henti-hentinya cekikikan.
"Kenapa sih?!"
Alika mengerjap, menatap Aldo dengan mata bundarnya. "Itu loh- hahahaha!!! Sumpah kocak banget!!" Alika terbahak-bahak, memukul-mukul pahanya dengan sangat receh. "Itu-- bwahahahahaaa!!!"
Aldo mendelik, jadi merinding sendiri. "Jangan ketawa terus dong Ka, ini aku jadi ngeri loh lihatnya." Pemuda itu bergidik sendiri.
Alika mengusap ujung matanya, mulai meredakan tawanya. Gadis yang memakai cardigan coklat moka dipadukan rok span selutut itu menangkup pipinya, mulai melamun.
Setelah dipikir-dipikir ternyata Arlan tidak sedewasa kelihatannya, memang sih pemuda itu kelihatannya galak dan bossy abis. Tapi setelah kejadian kemarin Alika jadi merasa kalau lelaki itu sangat ...... menggemaskan.
"Ka!"
Aldo menghela napas, menatap Alika yang melamun sejak tadi.
"Alika!"
"Iya?!" Alika terperanjat, menoleh kanan kiri dengan linglung. "K-kenapa Do?"
"Udah sampe." Ujar Aldo menunjuk kantor di depannya.
Alika menoleh, meringis kecil. "Eh iya, yaudah aku berangkat dulu. Dadah manager ku sayang!!" Alika menepuk pipi Aldo dua kali sebelum membuka pintu mobil dan keluar dari dalamnya.
Gadis itu melangkah dengan ceria bahkan sesekali melompat-lompat tidak jelas, namun saat ada orang yang melihatnya ia langsung belagak kalem dan anggun.
Bakat aktingnya memang tidak dapat disepelekan.
Manik coklat gadis itu membesar saat melihat perawakan tinggi tegap yang berjalan dari arah basement. Alika tersenyum miring, tanpa menunggu lama ia langsung berlari menerjang Arlan.
"Pagiiii!!!" Sapa nya berseru heboh.
Arlan jelas mencelat kaget, sudah mendelik tak karuan. "Jaga sopan santun kamu!" Bentaknya galak.
Alika seketika memundur kaget, dengan bibir mencuat kecil. Ck ck ck! Masih aja sok-sokan galak nih orang.
"~Pagi Bos ku yang paling kiyowo." Ulang Alika namun dengan nada yang terlampau manis bikin gumoh.
Arlan mendengus kasar, tanpa membalas ucapan gadis ini ia langsung melenggang pergi begitu saja. Alika yang ditinggal jelas tercengang, sumpah ya! Ia yang merupakan aktris papan atas kayak gak ada harga dirinya.
Akhirnya dengan wajah mengeruh masam Alika membuntut di belakang Arlan dengan segala serapahan nya, bahkan gadis mungil itu sekarang sedang berkomat-kamit menyantet Arlan.
Keadaan kantor yang awalnya tenang-tenang saja mendadak rusuh terdengar bisik-bisik saat Arlan dan Alika melangkah bersamaan, para cewek-cewek sudah sibuk mengagumi ketampanan Arlan sedangkan para cowoknya sibuk fanboy an.
"Eh mereka kok kalo dilihat-lihat serasi juga yha."
"Halah serasi apanya, yang ada jomplang iyuh. Masih cocokan aku sama Pak Arlan!"
"Muka kayak topeng monyet gak usah banyak lagak!"
"Bangke kamu! Sini maju kita tarung!"
"Sssst udah-udah jangan ribut kalian, dasar cewek-cewek peyot. Alika itu calon Ibu dari anak-anakku nanti, valid no debat!"
Alika spontan tersedak air liurnya sendiri, untungnya mereka sudah melewati kerumunan manusia tukang gibah itu. Tapi sekarang ia jadi agak horor dengan kefanatikan fans nya, apalagi ia juga sangat sadar kalau di kantor ini pasti haters dirinya pasti juga tak kalah banyak.
Alika menghela napas berkali-kali sambil geleng kepala.
Bruk!
"Ah!" Pekiknya kecil saat menyadari kepalanya terpentok sesuatu di depannya, gadis itu langsung mendongak. Mendelik protes. "Bapak ngapain sih halangin jalan!"
Arlan memandang datar lawan bicaranya, memasang wajah songong seperti biasa. "Ini lift khusus saya dan Ayah saya, kamu pake lift yang lain."
Alika jelas terperangah, tak percaya. "Ya ampun Pak lift nya aja masih luas gitu, saya masuk juga gak bakal bikin sempit kali!" Koar Alika benar-benar tersinggung dengan pengusiran Arlan.
"Nggak, ini lift milik saya. Kamu gak boleh pake!" Balas Arlan tak kalah jengkelnya, mulai berjalan masuk ke dalam lift dan menekan tombol.
Melihat pintu lift yang akan tertutup rapat gadis itu buru-buru memasukkan tangannya, membuat pintunya kembali terbuka. Arlan sudah melotot seram di depannya, Alika justru dengan santai nya nyelonong masuk begitu saja.
"Kamu--"
"Apa?!" Tantang Alika mendorong tubuh tinggi besar Arlan ke pojok belakang setelah memencet tombol, jangan remehkan badan bantet nya karena gini-gini kalau udah ngamuk setan aja pasti langsung sungkem di depannya.
"K-kamu jangan kurang ajar yha sama saya, kamu lupa siapa saya!" Ancam Arlan tegas padahal jantungnya sudah seperti akan meloncat dari tempatnya.
Alika tersenyum remeh, kini agak berjinjit dengan posisi wajah yang hanya berpaut beberapa centi dari pemuda di depannya ini. Alika benar-benar sangat puas melihat wajah belingsatan Arlan, siapa suruh dirinya dilawan.
Kayaknya gue harus keluarin bakat akting gue nih!
Alika tidak bisa menahan lengkungan bibir culasnya saat sekelebat ide jail melintas di otaknya, gadis itu perlahan menarik dasi panjang yang dikenakan Arlan membuat Arlan jelas melotot kaget.
"M-mau apa kamu! Saya peringatkan sekali lagi, jangan berani kurang ajar sama saya atau kamu bakal--"
"Bakal apa??!!" Alika menekan d**a Arlan, makin memajukan wajahnya. "Apa? Jawab bakal apa, hm?" Desis gadis itu kini sudah memposisikan wajahnya dan wajah Arlan sangat dekat.
Sayup-sayup terdengar hembusan napas keduanya yang beradu, dengan mata Alika yang menajam menghunus tepat ke manik mata Arlan.
Melihat wajah memerah engap Arlan gadis itu lama-lama jadi tak tega, ternyata dugaannya sangat benar. Meskipun kelihatannya bossy nyatanya lelaki ini masih sangat suci.
Entah kenapa Alika jadi merasa sangat tertarik sekarang.
"Bapak deg-degan yha sama saya." Bisik Alika sengaja menggoda, Arlan makin mendelik geram.
"Padahal saya cuma mau ambil bulu mata Bapak yang jatuh, tapi kenapa Bapak kayak ngarep yang nggak-nggak yha." Kekeh Alika dengan jari mengambil bulu mata di pipi Arlan.
Arlan tersedak, tercengang tak percaya. Sialan! Ternyata dirinya dikerjain!
Melihat wajah mengeruh Arlan membuat senyum setan Alika tidak dapat tertahan, gadis itu tertawa renyah sambil mulai mundur menjauh.
Namun naas.
Kakinya malah kesandung.
"UAAAH!!"
Alika yang masih memegang dasi Arlan tanpa sadar menariknya untuk dijadikan penahan, namun sialnya Arlan yang tidak siap malah ikut tertarik jatuh.
BRAK!
Tubuh Arlan terjatuh diatas tubuh Alika, entah ini yang dinamakan karma atau apa.
Tapi bibir keduanya benar-benar menyatu sekarang.