Safana ke luar kamar dalam keadaan bingung, dia mendekati Mara yang sibuk membuka tirai kaca. Sambil menggaruk tengkuk, Safana bertanya, “Ra, kamu tahu nggak ini kenapa? Perasaan kamarku nggak ada nyamuk. Kalau adapun nggak mungkin bentol-bentolnya besar kayak gini.” “Apaan memangnya?” Mara menoleh, menatap lekat pada manik mata Safana lalu beralih pada bagian atas lutut yang dia tunjuk. Untuk beberapa saat Mara terdiam, lebih tepatnya berpikir keras kenapa bisa tanda itu ada di dua paha Safana. “Kemarin kamu ngapain aja? Sama siapa kamu, Fa?” “Mmm ... nggak ada yang aneh, kok. Kuliah kayak biasa, pulangnya langsung ke apartemen tuan muda. Di kampus temenku cuma Melly sama Olin, ‘kan Nyonya Kama nggak ada kuliah. Nggak ada kebentur juga, makanya nggak ngerasain sakit. Tapi tandanya nakun