Sampai di depan rumah, Safana langsung mencegat Shaka setelah memarkir motor. Dia tidak membiarkan Shaka melongok, apalagi keluar dari mobil. Dengan mengetuk kaca bertubi-tubi minta diturunkan, Safana sudah seperti penjahat yang mencegat di jalan. “Tuan Muda, buka pintunya! Saya mau ambil belanjaan.” Shaka menuruti kehendak Safana. Setelah itu, dia melepaskan sabuk pengaman, bersiap akan menyusul kalau tidak suara cempreng Safana mencegah. “Kenapa?” tanyanya dengan sebelah alis terangkat. “Kamu kesulitan membawa empat kantong sekaligus. Saya berbaik hati menawarkan bantuan, jadi tidak usah sok menolak.” “Sudah, pulang saja! Dari sini ke dalam cuma lima belas langkah. Saya yang hina ini nggak boleh merepotkan Anda.” Setelah itu Safana sibuk mengeluarkan barang-barangnya, meletakkan di jal