Bab 18

1501 Kata
“ Aku tidak percaya Amel tidak ada di sini. Aku mau masuk, Aku mau lihat sendiri Amel di dalam. "Ujar Angga yang langsung menerobos masuk ke dalam kamar Bian, membuat Bian langsung memejamkan matanya dengan kuat. Angga memutuskan untuk tidak percaya pada siapapun sebelum Angga memastikan sendiri. Saat Angga berada di dalam kamar Bian, Betapa terkejutnya Angga saat melihat ada sebuah baju wanita dan juga sandal wanita di dekat ranjang Bian, dan Angga yakin kalau sandal itu milik wanita yang disembunyikan oleh Bian karena Angga melihat Bian masih menggunakan sandal, jadi sandal itu bukan milik Bian. Pikir Angga. “ Papa sembunyikan di mana Amel? Aku yakin Amel ada di kamar ini. "Ujar Angga bertanya di mana Amel berada, membuat Bian yang semula memejamkan matanya langsung membuka matanya saat mendengar pertanyaan Angga. " Sudah kubilang, Aku tidak tahu. Amel itu istrimu, bukan istriku dan sepantasnya aku yang bertanya padamu, bukan kamu yang bertanya padaku. "Ujar Bian dengan perasaan lega, karena ternyata di ranjang tidak ada Amel. Bian jadi penasaran sebenarnya Amel kemana, Kenapa Amel tidak ada di ranjang, pasalnya saat ia ingin membuka pintu untuk Angga tadi, Amel masih tidur nyenyak di atas ranjang. “Tapi di sini ada bekas sandal yang aku yakini itu sandal Amel. "Ujar Angga Seraya menunjukkan sandal di dekat ranjang Bian. "Angga, Papa ini sudah dewasa. Sekalipun Papa membawa seorang wanita ke rumah ini, itu hak papa, dan Yang pastinya kamu tidak bisa menuduh Papa seenaknya kalau Papa yang membawa istrimu ke sini. Papa tidak punya istri, dan papa bebas membawa siapapun. Jadi bisa saja kan Papa membawa seorang wanita panggilan atau wanita yang Papa inginkan, dan kamu tidak pantas menuduh Papa hanya karena melihat pakaian seorang wanita di kamar papa. “Ujar Bian dengan wajah yang terlihat sangat menyeramkan, membuat Angga langsung membuka kamar mandi, dan mengecek seluruh ruangan yang ada di kamar Bian, namun Bian tetap bersikap santai dan tidak merasa takut kalau Amel akan ketahuan. Setelah Angga puas mencari Amel di semua tempat, dan Angga tidak menemukannya, Angga memilih menyerah, dan percaya pada Bian. "Aku minta maaf, Pah. Aku pikir Amel kesini, karena supir taksi itu bilang dia mengantarnya kesini.” Ujar Angga dengan nada lemahnya. " Memangnya di daerah ini cuma ada rumah Papa. Bisa saja kan dia ada di rumah temannya yang ada di dekat sini. Lagian kamu juga tidak tahu Amel dekat dengan siapa saja dan siapa saja teman Amel. Bisa-bisanya kamu menuduh papa dan mencari di kamar papa langsung. “ Ujar Bian yang sengaja membuat Angga agar Angga merasa sangat menyesal karena telah menuduh dirinya, meski tidak dipungkiri tuduhan Angga sangat cepat sekali. Angga sendiri Langsung percaya dengan kata-kata Bian, pasalnya apa yang dikatakan oleh Bian itu memang benar adanya, Angga tidak tahu Amel dekat dengan siapa saja dan siapa saja teman kampus Amel. Amel tidak pernah bercerita kalau dirinya punya teman, apalagi Angga sendiri juga tidak pernah bertanya atau bahkan mengintrogasi Amel mengenai pergaulan Amel. Angga benar-benar semakin merasa tidak enak terhadap papa Bian, karena ia telah menuduh papa Bian yang tidak tidak. Karena Angga tidak ingin terlalu lama di rumah Bian, dan ingin lanjut mencari Amel, Angga langsung berpamitan pada Bian untuk pergi mencari Amel. “ Kalau begitu aku cari Amel ke tempat lain. Sekali lagi Angga minta maaf, Pah. "Ujar Angga dengan nada pelannya, dan benar-benar merasa tidak enak hati pada Bian. Bian sendiri tidak menanggapi permintaan maaf Angga, dan membiarkan Angga pergi. Setelah Bian memastikan Angga sudah pergi, Bian menuruni anak tangga dan mencoba melihat apakah Angga benar-benar sudah pergi atau masih mencari Amel di sekitar rumahnya. Setelah Bian melihat mobil Angga sudah jauh posisinya dari arah rumah, Bian kembali masuk ke dalam kamarnya, dan mencoba untuk mencari Amel. Amel yang menyadari kalau Bian sedang mencarinya, dengan perlahan membuka pintu lemari Bian, dan dengan langkah pelannya Amel mendekati Bian, lalu memeluk Bian dari belakang. “ Aku bersembunyi di tempat yang amankan? Pintar kan aku bersembunyi? "Tanya Amel dengan nada pelannya, dan merasa bangga karena Angga tidak menemukan dirinya di kamar papa mertuanya. Pertanyaan Amel sedikit membuat Bian terkejut, namun Bian juga merasa senang, karena pagi-pagi sudah mendapat pelukan hangat dari wanita yang ia cintai. Dengan perlahan Bian melepaskan tangan Amel, dan membalikan badannya, lalu memeluk Amel dari depan. ”Bersembunyi di mana sih, Sayang? "Tanya Bian dengan nada lembutnya Seraya mengelus pipi Amel dengan penuh cinta. "Aku bersembunyi di sana. "Ujar Amel seraya mengarahkan jari telunjuknya pada lemari pakaian pribadi Bian. "Kenapa kamu tiba-tiba bersembunyi? Kok bisa tahu kalau Angga ada di kamar ini?" Tanya Bian penasaran. "Tadinya aku menikmati mimpi indahku. Tapi karena aku mendengar suara Papa sedang bicara dengan seseorang, aku terbangun. Dan aku cukup terkejut saat mendengar suara Kak Angga di sini. Makanya aku langsung bersembunyi karena aku takut Kak Angga disini untuk mencariku sampai aku tidak sempat membawa sendalku. “Ujar Amel menjawab pertanyaan Bian Seraya memperlihatkan deretan giginya yang putih Karena tersenyum. Mendengar jawaban Amel, Bian tertawa. "Ternyata benar kan dugaan kamu, Kalau Angga datang ke sini untuk mencarimu." Ujar Bian yang diiringi dengan cubitan gemas dihidung Amel. "Biarkan saja. Aku juga tidak merasa bersalah atau bahkan tidak merasa menyesal karena aku menginap di sini. Papa tidak keberatan kan aku menginap di sini. “ Ujar Amel yang diakhiri dengan kalimat tanya, takut sang papa mertua keberatan karena dirinya menginap di rumahnya. "Mana ada. Justru aku merasa senang kalau kamu menginap di sini. Kalau bisa Kamu setiap malam menginap di sini." Ujar Bian yang diiringi dengan tawanya, membuat Amel semakin mengeratkan pelukannya Karena ia merasa sangat bahagia, bahagia karena ia merasa dihargai dan merasa dibutuhkan oleh seorang pria. Mungkin saat ini Amel masih belum memberikan cinta sepenuhnya terhadap Bian, meski Bian memberikan cintanya sepenuhnya terhadap dirinya. Tapi Amel berjanji, meskipun dirinya hanya punya satu persen cinta untuk Bian, Amel akan tetap menjadikan Bian pasangan yang sebenarnya setelah ia bercerai dari Angga. “ Sekarang lebih baik kamu mandi, habis itu aku minta pelayan untuk membawa sarapan Kamu ke sini. Aku tidak mau pelayan di rumah melihat wajah cantikmu, karena aku takut mereka keceplosan memberitahu Angga. "Ujar Bian meminta agar Amel mandi. ” Papa sayang aku nggak? "Tiba-tiba saja Amel melempar pertanyaan singkat namun berhasil membuat kening Bian berkerut karena tidak mengerti kenapa Amel tiba-tiba bertanya soal perasaannya. “ Pertanyaan macam Apa itu, Sayang. Tanpa kamu bertanya, jawabannya tetap sama, aku mencintaimu dan bahkan Aku sangat-sangat mencintaimu. Aku sayang sama kamu. Kenapa? "Ujar Bian dengan wajah yang terlihat sangat serius. “ Kalau Papa sayang aku, bisa nggak sarapan aku kali ini hasil dari olahan Papa. Aku pengen ngerasain gimana rasanya dimasakin oleh orang yang mencintai kita. "Ujar Amel dengan nada manjanya, membuat Bian langsung meneguk ludahnya dengan susah payah, pasalnya selama Bian hidup, Bian tidak pernah menyiapkan makanan sendiri. " Jujur aku tidak pernah tahu masalah urusan dapur. Tapi demi kamu, Aku akan berusaha. "Ujar Bian jujur, membuat Amel merasa begitu sangat bahagia. "Sekarang kamu mandi, Aku akan siapkan sarapan khusus buat kamu." Ujar Bian meminta Amel mandi, dan penuh semangat Amel langsung menganggukkan kepalanya lalu berlari ke kamar mandi dengan patuh. Bian melihat wajah ceria dan penuh Kebahagiaan dari Amel ikut bahagia, karena ternyata untuk membahagiakan Amel cukup dengan cara yang sangat sederhana. Bian bener-bener memenuhi permintaan Amel, membuat semua pelayan di rumahnya melongo tidak percaya, karena selama mereka bekerja, mereka tidak pernah melihat majikannya Mau menyentuh peralatan dapur, dan tiba-tiba saja hari ini mereka menyaksikan sendiri, bahwa majikan mereka rela menyentuh alat-alat dapur hanya demi seorang wanita. 1 jam sudah Bian berkutat di dapur, dan selama 1 jam itu, Bian hanya bisa menyediakan sarapan untuk Amel dengan 3 butir telur mata sapi, dan telur yang sudah Bian habiskan itu sudah 2 kilo, dan hasilnya hanya 3 biji saja yang bisa Amel makan. Dengan wajah penuh semangat, Bian membawa 3 butir telur goreng itu ke kamarnya, dan pelayan rumah yang melihat kondisi dapur yang berantakan langsung menghela nafasnya dengan kasar. "Sayang, sarapannya sudah siap. Aku mampunya cuma ini. tidak masalah kan. "Kata Bian Sambil menunjukkan 3 telur mata sapi, yang salah satunya ada yang setengah gosong juga, namun tidak parah, dan tetap membuat Amel merasa bahagia, karena Amel tidak melihat hasilnya tapi melihat dari usaha Bian. Dengan lahapnya Amel langsung menyantap makanan yang diberikan oleh Bian, dan tidak memperdulikan Seperti apa rasanya, yang jelas rasanya campur aduk, antara manis, dan asin. Wajar asin, karena Bian yang niatnya ingin memberikan penyedap rasa, malah terkena gula. Setelah Amel menghabiskan 3 telur itu, Amel juga menghabiskan s**u yang dibawa atau yang disediakan oleh Bian juga. Setelah itu mereka Langsung memutuskan untuk pergi, dan saat Amel keluar dari kamar Bian, Amel memakai masker hitam serta kacamata hitam hingga pelayan di rumah tidak bisa mengenali wajah Amel. Baru saja Amel dan Bian keluar dari pagar rumah, tiba-tiba mobilnya dihadang oleh seorang wanita yang berdiri di depan mobil Bian, hingga membuat Amel dan Bian saling pandang. “ Bian, keluar sekarang juga! "Ujar wanita yang Menghadang mobil Bian dengan lantangnya, membuat Amel terkejut, dan ternyata tidak hanya Amel yang terkejut, tapi Bian juga sama terkejutnya, karena Bian Mengenali wanita tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN