Ian mencoba untuk tetap membuka matanya, tetapi ia sangat pusing. Ia bisa mendengar Layla mengeluhkan tubuhnya yang berat ketika ia dibawa naik tangga. Namun, entah bagaimana akhirnya ia terbaring di atas tempat tidur. Ia begitu lega sekaligus merasa aneh karena ia berada di sini. Kantuk menderanya, ia memang butuh berbaring. Namun, bukankah ia harus segera menemui Wina? "Hah ... Mas, kamu nggak apa-apa?" Ian mendengar suara Layla. Ini tidak benar, wanita itu pasti telah melakukan sesuatu padanya. Sayang, Ian tak bisa membuka matanya apalagi bersuara. Ia terlalu mengantuk dan lemas. Jadi, ia hanya bisa membiarkan Layla membelai pelan pipinya. "Apa perlu saya panggilkan dokter, Nona?" tanya Fitri yang ikut-ikutan cemas dengan akting Layla. "Nggak usah, Bi. Biar saya aja yang urus mas Ia