Gadis Lain

1098 Kata
Limosin berwarna hitam metalik dengan pelat khusus milik Thomas meluncur keluar dari parkiran hotel, menembus butiran salju yang masih saja turun membasahi bumi New York. Beberapa truk yang sudah dimodifikasi dengan sekop dari balaikota secara simultan terus menyingkirkan salju dan menumpuknya di pinggir sehingga jalanan tetap bisa dilalui kendaraan lain dengan lancar. “Kita langsung menuju ke kantor, Tuan?” tanya Ruben sang sopir limosin menoleh ke arah Thomas dari jendela kecil yang ada di belakangnya. Biasanya jendela itu akan ditutup jika ada tamu khusus atau sang Tuan tidak ingin Ruben melihat hal pribadi yang sedang ia lakukan. Thomas mengangguk, “Iya, langsung ke kantor, Ruben!” Maka Ruben kemudian mengarahkan limosin yang ia kemudikan menuju ke kantor Thomas yang terletak di fifth avenue, di jantung kota New York yang indah dan modern dengan banyak gedung pencakar langit. Bahkan beberapa gedung pencakar langit yang ada di sana sebenarnya adalah milik Thomas, ia adalah Landlord dari banyak properti yang terkenal dan juga yang beroperasi secara diam-diam. Hening selama beberapa jenak sampai akhirnya Thomas berujar kembali kepada sopir limosin itu. “Ruben, aku sudah tidak akan berhubungan lagi dengan Anya. Untuk selanjutnya kamu carikan aku gula lain yang lebih menarik!” “Siap, Tuan!” “Bagus, kamu adalah orang yang bisa aku percaya untuk mengurus hal pribadiku yang satu ini. Ingat untuk tetap merahasiakan semua ini dari siapa pun juga. Urusan uang dengar dan uang tutup mulutmu akan aku transfer di akhir bulan bersama dengan gajimu. Kau mengerti?!” Ruben mengangguk, “Sangat mengerti, Tuan. Tenang saja, mulut saya terkunci!” “Bagus, nanti malam kamu sekalian bookingkan untukku sebuah hotel mewah dan aman. Jangan terlalu berada di tengah kota, mungkin di Manhattan atau Long Island akan bagus! Jangan di properti yang aku menjadi pemiliknya. Aku tidak ingin dikenali oleh pegawainya!” instruksi dari Thomas. “Itu pilihan yang baik, Tuan. Cuaca New York yang semakin dingin dan terus hujan salju begini memang cocok untuk menghangatkan badan saat malam bersama gula Anda. Saya akan mengirimkan beberapa kandidat gadis yang mungkin akan cocok bagi Anda nanti,” sahut Ruben. “Kau mungkin akan membutuhkan uang cash sebagai pemikat untuk gadis itu nanti. Ini pakai untuk biaya operasionalmu!” Thomas kembali membuka kopernya dan mengambil sejumlah uang lalu ia ulurkan kepada Ruben melalui jendela kecil di dalam limosin-nya. Ruben mengambil uang tersebut dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya masih memegang setir, memang benda hijau ini adalah sesuatu yang sangat penting di zaman modern dan penuh dengan hedonisme seperti sekarang ini. Para wanita yang memilih jalan pintas untuk mendapatkan uang akan rela melakukan apa pun, termasuk menjadi selimut hangat bagi tuannya ini. Semuanya dilakukan semata-mata hanya demi uang, urusan cinta itu nomor sekian puluh. “Tuan, Anda dan nona Anya sudah menjalin hubungan selama dua bulan. Itu adalah rekor untuk gadis yang anda kencani selama ini. Apa saya harus mencari gadis yang sama tipenya dengan nona Anya?” tanya Ruben, ia merasa kalau wanita yang diinginkan oleh sang majikan tentunya adalah yang sama dengan Anya yang memang merupakan sebuah rekor dalam hubungan Thomas. Thomas menggelengkan kepala dan menghela nafasnya. “Tidak Ruben, kali ini aku ingin mencoba hal yang berbeda. Sekarang kamu carikan aku gadis dengan rambut pirang!” “Baik, Tuan. Gadis dengan rambut pirang, akan saya camkan hal itu!” Thomas mengacungkan jempol dan ia kini mengambil serta menghidupkan smartphone miliknya yang memang sudah menjadi kebiasaannya untuk ia matikan ketika hari menjelang malam. Terutama ketika ia hendak tidur ditemani oleh para sugar baby itu, dia ingin fokus kepada mereka dan merasakan kasih sayang yang tak kunjung ia temukan sejak waktu itu. “Dua puluh empat tahun telah berlalu, tanpa terasa. Kenapa aku masih saja bisa merasakan sentuhan dan bibir gadis itu,” gumam Thomas sambil mengusap bibirnya sendiri. Kini usia Thomas sudah memasuki lima puluh delapan tahun, usia yang sangat dewasa dan sangat matang. Ia telah memiliki kebebasan finansialnya sejak belasan tahun, andai saja ia jauh lebih cepat mendapatkan kebebasan finansialnya itu, maka mungkin saja ia tidak akan menjalani hidup dengan penuh kesendirian dan kesepian seperti ini. “Dari semua bibir gadis yang pernah aku kecup, semuanya penuh dengan kehangatan dan kelembutan. Tapi aneh, kenapa semuanya itu tidak mampu menghapus bekas bibirmu di bibirku?” Thomas kembali membenak. Thomas memang pernah memiliki seorang kekasih yang sangat ia cintai dulu ketika usianya berada di pertengahan dua puluh dan selama hampir lima belas tahun menjalin hubungan, mereka pun sempat bertunangan. Gadis itu bernama Vivian, mereka bertemu saat masih berada di bangku kuliah dan menjalin cinta yang rumit dengan dipenuhi oleh masalah. Terutama berkenaan dengan masalah keuangan, saat itu Thomas adalah laki-laki yang miskin. Ia tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan bahkan sebaliknya mengandalkan gaji Vivian yang terlebih dahulu mendapatkan pekerjaan setelah merela lulus kuliah, ia menjadi sekretaris di sebuah perusahaan besar. Usia mereka kala itu tiga puluh tiga tahun, dan secara mengejutkan Vivian mencampakkan Thomas. Gadis itu memutuskan tali kasih diantara mereka dan pergi begitu saja dari kehidupan Thomas dan bahkan keluar dari pekerjaannya sebagai sekretaris di perusahaan besar itu. Waktu itu Thomas sampai berlutut di bawah kaki Vivian demi mencegahnya pergi tapi pecuma, Vivian telah membulatkan tekadnya. Sejak saat itu kehidupan Thomas menjadi sangat terpuruk dan ia nyaris mengakhiri hidupnya serta mencari pelarian dengan minum-minuman keras, uangnya ia dapatkan dari meminjam di sana sini, dari teman, sahabat, keluarga dan kerabat. Sampai akhirnya ia tidak bisa lagi membeli semua minuman keras itu sebab telah kehilangan semua uangnya. Tidak ada teman dan keluarga yang mau meminjamkan uang mereka lagi untuknya. Itu adalah titik balik bagi Thomas, ia menyadari arti penting dari uang dan ia pun kemudian berjuang untuk menghentikan kebiasaannya meminum minuman keras. Ia menemukan tujuan dari hidupnya, yakni mencari uang sebanyak-banyaknya. Dan pada akhirnya Thomas berhasil, ia dalam waktu yang terbilang singkat bisa mendapatkan uang yang banyak. Pada mulanya ia bermain saham dan menjadi pialang nomor satu di Wall Street. Thomas kemudian memulai bisnisnya dengan mendirikan sebuah perusahaan yang kemudian melesat menjadi memiliki banyak cabang dan diversifikasi usaha. Kini perusahaan Thomas menjadi salah satu perusahaan bonafit yang bergerak di berbagai bidang usaha. Mulai dari investasi, properti, gadget dan teknologi, pokoknya sebutkan saja bidang usahanya maka yakin ada perusahaan milik Thomas di sana. Dengan kebebasan finansialnya, Thomas pun mulai mencari pelampiasan dari emosi dan rasa kesepian yang menderanya sejak kehilangan Vivian. Untuk itulah, ia menggunakan uangnya untuk digunakan sebagai alat untuk memikat para sugar baby itu. “Semua gadis yang pernah bersama denganku, tidak ada satu pun yang mampu menjadi seperti dirimu. Tapi aku yakin, suatu saat aku pasti bisa menghapus bekas bibirmu ini dengan bibir gadis yang lain!” monolog Thomas. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN