Menunda Pemerasan.

1257 Kata
Peter menatap layar smartphonenya dan mengangguk-angguk sendiri, ia kemudian menoleh ke arah Anya yang sedang makan sandwich di meja yang ada di dekat dapur kecil apartemen mereka yang sederhana. Hujan salju masih turun di luar sana, membuat segala sesuatu yang tertutup olehnya menjadi putih. “Selesaikan makanmu dengan cepat! Kita akan segera berangkat!” perintah Peter. “Kemana?” “Long Island! Aku sudah mendapat informasi kalau pria tua itu akan menginap di salah satu hotel mewah di sana. Dia membawa sugar babynya yang baru. Ini adalah kesempatan bagi kita untuk memerasnya!” Peter menjelaskan. ‘Tring!’ Sebuah pesan masuk ke dalam aplikasi perpesanan di smartphone milik Anya yang ada di atas meja. Anya segera membaca pesan yang masuk tersebut dan terlihat raut wajahnya menjadi gembira. “Peter! Aku mendapat kabar penting dan gembira!” Anya berujar dengan penuh semangat. “Apa itu?” “Aku diterima bekerja! Lamaranku tembus ke salah satu perusahaan dan HRD-nya memintaku untuk melakukan wawancara siang ini juga!” “Tapi bagaimana dengan rencana kita? Kita harus pergi ke Long Island untuk memeras pria tua yang kaya itu kan?!” Anya mengibaskan tangannya. “Sebaiknya kita lupakan saja soal hal itu. Kau tahu, jika aku sudah bekerja dan mendapat gaji bulanan maka kita bisa hidup lebih baik. Kita akan terbebas dari belenggu hutang yang selama ini selalu membelit kita. Bahkan kita pun bisa pindah ke apartemen yang lebih besar dari pada ini!” Anya menjelaskan, ia sebenarnya tidak ingin melakukan pemerasan kepada Thomas. Sekarang karena dia punya alasan yang tepat maka dia bisa membujuk Peter untuk tidak melakukan hal buruk itu. “Tidak Anya, lebih baik kita tetap pada rencana kita saja. Kita peras pria tua itu dan hidup senang dengan uang yang kita dapatkan darinya. Itu jauh lebih mudah kan?” “Lebih mudah tapi itu adalah tindakan kriminal! Mendapatkan uang dari hasi kerja itu jauh lebih terhormat. Ayolah Peter, kali ini dengarkan aku! Aku janji kamu boleh melakukan apa saja yang kamu inginkan termasuk membeli konsol game terbaru itu. Semua tagihan biar aku yang akan membayarnya nanti dengan gajiku, bagaimana?” Anya mencoba membujuk Peter. Peter terdiam, ia jauh lebih suka melakukan kerja sekali dan menikmati hidup dengan uang yang berhasil mereka dapatkan setelah memeras Thomas dengan video yang ia rekam di hotel saat Anya dan Thomas sedang b******u dan bercocok tanam bersama. “Lagi pula apa yang akan kamu lakukan itu penuh dengan resiko, Peter. Kita tidak tahu apa yang mungkin bisa dilakukan oleh Thomas. Orang kaya seperti dia bisa saja membayar orang untuk memutar balikkan fakta dan menutupi jejaknya. Tapi yang menjadi kekhawatiranku adalah jika dia menyuap aparat hukum untuk menjebloskan kamu ke penjara. Aku tidak ingin melihatmu dipenjara, Peter. Karena itu aku mohon lebih baik aku saja yang bekerja keras demi kita berdua!” Anya kembali membujuk dan memberikan alasan yang sekiranya akan diterima oleh Peter. Peter terdiam dan memikirkan ucapan Anya baik-baik, ia menghela nafas dan akhirnya mengangguk setuju dengan apa yang direncanakan oleh Anya. “Baiklah, tapi kamu jangan lupakan janjimu untuk membelikan aku konsol game terbaru itu. Saat kamu sedang bekerja dan aku berada sendirian di apartemen, aku tidak ingin kebosanan apalagi sampai mati membeku menunggu dirimu pulang!” Anya mengangguk senang, “Tentu saja! Terima kasih kamu sudah mau mengerti aku, Peter!” “Jadi dimana letak kantor yang kamu diterima kerja itu?” “Ada di fifth avenue, di salah satu gedung pencakar langit. Apa kamu mau mengantarkan aku kesana?” tanya Anya. Peter mengangguk, “Iya, cepatlah mandi dan ganti baju, aku akan memanaskan mesin mobilnya terlebih dulu!” Anya segera menghabiskan sandwichnya dan kemudian bergegas menuju ke kamar mandi untuk mandi dan lalu berganti baju dengan pakaian yang pantas dan sopan untuk melakukan wawancara kerja. Maka kemudian dengan mobil tuanya Peter pun mengantarkan Anya menuju ke sebuah gedung pencakar langit yang terletak di fifth avenue. Mereka kini berada di tempat parkir. “Sial! Kita tampak seperti gelandangan saja dengan mobil jelek ini!” gerutu Peter yang merasa minder sebab mobilnya yang jelek itu tampak kontras dengan kemegahan dan modernitas yang ada di sepanjang fifth avenue. “Tidak masalah Peter, tunggu saja setelah aku beberapa bulan bekerja di sini maka kita akan bisa mencicil mobil yang lebih bagus!” Peter mengangguk, “Ya, kamu mau aku tunggu agar kita bisa pulang bersama?” Anya menggeleng, “Sebaiknya kamu kembali pulang saja ke apartemen. Aku tidak tahu berapa lama mereka akan mengadakan wawancara kerjanya.” “Kamu yakin? Bagaimana kamu pulangnya? Apa tidak sebaiknya aku menunggu atau akan menjemputmu nanti?” “Tidak usah, kamu tenang saja. Aku akan menggunakan subway nanti setelah pulang dari sini!” “Kamu punya uang untuk membeli tiketnya?” Anya mengangguk, “Aku masih memiliki beberapa dollar di aplikasi e-wallet. Akan aku gunakan metode p********n cashless.” “Baiklah, hati-hati di jalan nanti!” Anya mengangguk, ia menghampiri Peter dan memberikan ciuman lembut di bibir pacarnya tersebut. “Aku akan menunggu dirimu di rumah dengan sandwich dan segelas kopi panas!” Peter melambaikan tangan dan kembali melajukan mobil bututnya. Anya balas melambaikan tangan dan segera berjalan masuk ke dalam gedung kantor tersebut. Ia langsung menemui resepsionis dan memberi tahu apa tujuannya datang. Oleh sang resepsionis dia diarahkan menuju ke ruangan HRD yang kebetulan memang sudah menunggu kedatangannya. Proses waawancara itu berlangsung cukup lama, sang HRD memberikan banyak pertanyaan dan juga meminta jawaban yang sangat jelas dan kongkret dari Anya. Beruntung Anya bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh sang HRD dengan sangat baik. “Baiklah Nona Anya, kami sangat terkesan dengan semua jawaban yang Anda berikan. Terlebih gelar bachelor yang Anda miliki ternyata dari Stanford dan Anda termasuk dalam salah satu lulusan terbaik dalam angkatan Anda. Tapi kami meminta maaf sebab posisi yang Anda lamar sudah diisi oleh orang lain yang datang lebih dahulu daripada Anda,” jelas sang HRD. “Jadi saya tidak diterima bekerja di sini?” “Belum tentu, memang posisi yang Anda lamar sudah terisi. Tapi kami menawarkan sebuah posisi lain yang masih kosong, itu jika Anda bersedia untuk menerimanya.” “Posisi apakah dan berapa gajinya?” tanya Anya menyelidik. “Asisten pribadi dari pemilik perusahaan ini. Untuk gajinya mungkin ini akan membuat Anda mempertimbangkannya dengan baik, gaji yang kami tawarkan adalah dua kali lipat dari gaji dengan posisi yang anda lamar sebelumnya. Bagaimana?” “Dua kali lipat? Anda serius?” Anya terlonjak. Sang HRD mengangguk, “Tentu saja saya sangat serius, itu bahkan belum termasuk bonus dan tunjangan lain yang disediakan oleh Bos. Tapi beban kerja Anda pun akan jauh lebih berat sebab terkadang di luar jam kerja Anda harus berada di samping Bos, menemaninya sebagai seorang asisten pribadi ketika Bos sedang ada acara di luar.” Anya diam dan berpikir sejenak, dengan gaji dua kali lipat itu dia tentunya akan lepas dari masalah finansial yang membelenggu dirinya dan Peter selama ini. “Baiklah saya setuju, saya menerima posisi sebagai asisten pribadi itu. Kapan saya bisa mulai bekerja?” “Itu tergantung Bos yang sayangnya sekarang sedang berada di luar. Tapi Anda bisa berkoordinasi dengan sekretaris beliau, bawa surat disposisi dari saya ini kepadanya.” ucap sang HRD sambil membubuhkan nama Anya dan tanda tangan dirinya yang meng-approved sebagai asisten pribadi. Anya mengangguk, “Siapa nama sekretaris Bos itu?” “Namanya Nancy, dia ada di depan ruangan kerja Bos. Kamu bisa langsung ke sana sekarang juga!” ucap sang HRD sambil menyerahkan surat disposisi. Anya menerima surat disposisi itu dan mengulurkan tangannya untuk berjabatan tangan dengan sang HRD. “Terima kasih, saya akan segera menemui Nancy!” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN