Dering ponselnya mengalihkan perhatian Stefan sejenak. Dia meraih benda pipih itu lalu menempelkannya di telinga.
"Tuan Stefan, kiriman Anda sudah sampai."
"Bagus. Apakah perempuan itu menerimanya?"
"Iya, Tuan."
"Kau terus awasi dia sampai aku memintamu berhenti. Dia akan datang sendiri padaku dan jika saat itu tiba, Alaina akan menjadi urusanku."
"Baik, Tuan Stefan." Balas salah satu anak buahnya yang ia beri tugas untuk mengintai setiap pergerakan Alaina. Stefan begitu puas dengan kekuasaan yang ia miliki, karena dengan inilah dia bisa menuntaskan nafsunya untuk segera memiliki Alaina.
Sebenarnya Stefan bisa saja membawa paksa gadis itu ke dalam manornya, hanya saja, beberapa bulan belakangan ini banyak sekali urusan yang harus ia selesaikan lebih dulu. Terutama permasalahan yang Viktor buat dengan kelompok Elang Putih.
Elang Putih adalah sebuah organisasi gelap—sama sepertinya— yang menguasai wilayah Amerika Utara dan hampir seluruh titik di Afrika Barat. Klan Elang Putih dikenal dengan luasnya jaringan prostitusi mereka. Stefan bahkan pernah mendapati ada beberapa wanita-wanita bekas istri mafia menjadi pekerja mereka.
Sejauh ini hubungan kelompoknya dengan Elang Putih baik-baik saja. Segala bentuk transaksi apapun juga tidak terkena masalah sampai akhirnya terjadilah taruhan di dalam ruang merah.
Ruang merah adalah sebutan bagi dunia mereka. Itu sama saja artinya dengan arena tinju. Biasanya para tetua setiap klan mengadakan taruhan gelap yang melibatkan nyawa di dalam ruangan itu. Sebenarnya Stefan sudah mengatakan kalau dia tidak akan mengikuti bentuk taruhan apapun di dalam ruang merah karena Stefan tahu risiko besar jika ia mempertaruhkan sebagian wilayahnya pada kelompok lain.
Namun sayang, Viktor bertindak diluar batas dengan memalsukan identitas Stefan hingga semuanya menjadi begitu rumit.
Setelah Elang Putih melakukan acara balas dendam—yang Stefan nilai tidak sportif— Darius O'connell, si tetua klan berniat untuk merebut kembali wilayah mereka. Darius mengatakan kalau ada bentuk kecurangan selama pertandingan berlangsung dan ia bilang kalau dirinya akan membuktikan kecurangan itu sendiri.
Bukan hal yang baru lagi melihat ke-antusiasan Darius dalam menguasai sesuatu. Stefan sudah bekerja sama dengan organisasi yang ada di Swedia, mencari bukti lain yang bisa memukul mundur Darius dan anggotanya. Saat itulah Stefan bertemu dengan Roger Fransisco, si pembuat onar yang juga mencari masalah dengannya.
Roger ditahan di ruang bawah tanah miliknya dan di siksa agar dapat berbicara. Stefan mencari informasi akurat dari Roger dan rupanya Roger memang bermain curang. Ia menggunakan narkoba untuk mengalahkan lawan mainnya yang mana itu dilarang dilakukan selama pertandingan.
Namun, Stefan harus bermain licik. Jika informasi itu lebih dulu sampai di telinga Darius, maka wilayah Amerika Utara akan kembali menjadi milik Elang Putih. Stefan tidak bodoh dengan membiarkan hal itu begitu saja terjadi, dia kembali bekerja sama dengan Oliver dan kelompoknya untuk membunuh Darius lalu mengambil alih organisasinya.
Jawabannya hanya satu, yaitu kemenangan. Darius kalah oleh nafsu primitifnya, Stefan menggunakan cara itu untuk dapat membunuh Darius hingga kini urusannya perlahan selesai dan tak ada satupun titik di Amerika Utara yang gagal ia miliki.
Anggap saja hal yang ia dan Oliver lakukan adalah sebagai bentuk balas dendam atas peledakan pabrik dan perencanaan pembunuhan Elina yang terjadi waktu itu.
Pria itu bernapas lega saat tubuhnya sudah kembali segar. Dia meraih celana pendek lalu memakainya sebelum menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Malam ini begitu sepi dan dingin, Stefan melirik ke arah laci nakas di sebelahnya lalu ia mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.
Itu adalah beberapa foto gadis cantik yang beberapa bulan ini berada dalam kepalanya. Dia melihat semua foto-foto itu lalu seringai tajamnya mulai perlahan muncul.
"Alaina... Kau sangat cantik. Tidak sabar rasanya aku mengurung dirimu di kamarku dan menyetubuhi mu berkali-kali sampai aku puas."
Foto-foto itu ia dapatkan dari orang suruhannya. Stefan meminta orang itu mengirim foto Alaina setiap Minggu, agar ia tahu semua kegiatan wanita itu dan apa-apa saja yang berada di dekatnya. Stefan sedikit kagum karena Alaina tidak terlihat dekat dengan pria mana pun dan itu memudahkannya untuk segera mengikat Alaina di tempat ini.
Dari semua rencana gelapnya, hanya ini yang paling membuat dia bersemangat. Menyiksa keturunan cantik dari Grissham akan menjadi hal favoritnya sepanjang masa.
...
Rumah keluarga Grissham tampak sangat ramai di siang hari. Kehadiran anggota baru membuat suasana di rumah ini tampak begitu hangat dan menyenangkan. Aaron dan istrinya datang kemari sambil membawa Isabelle.
Betapa menyenangkannya saat melihat bayi kecil itu. Alaina sangat antusias saat menggendong Isabelle dalam pelukannya.
"Kak Aaron, Isabelle gendut sekali! Kalian beri makan apa dia?" Tanyanya sambil mengecup pipi gemuk bayi berusia empat bulan itu.
Reanne tertawa,"Dia hanya minum s**u, tapi kuat sekali."
Alaina kembali tersenyum. Saat ia memandangi wajah Isabelle, tiba-tiba pemikiran tentang ucapan Stefan muncul dalam kepalanya.
Bagaimana jika orang-orang itu membalaskan dendam mereka dengan menyakiti keponakannya? Bagaimana jika mereka bukan hanya menyakiti, tapi juga membunuh? Bagaimana jika...
Terlalu banyak pengandaian yang membuat Alaina ketakutan. Dengan tangan bergetar dia mengembalikan Isabelle ke pelukan Reanne lalu ia pamit untuk kembali ke kamarnya— meninggalkan sedikit pertanyaan di mata setiap orang yang melihat tingkah anehnya.
Alaina menaiki undakan tangga dengan langkah terburu-buru. Dia tidak bisa mengorbankan nyawa setiap orang. Kini dia harus merencanakan sesuatu untuk dapat membuat Stefan juga orang-orang yang berusaha menyakitinya pergi.
Gadis itu mengunci pintu kamarnya. Ia berjalan mondar-mandir di dalam kamar sembari memikirkan cara lain selain bertatap muka dengan Stefan. Alaina menggigiti kukunya saat otak cemerlangnya tidak mendapat ide apapun.
Dia mengerang kesal lalu dengan cepat gadis itu meraih ponselnya. Dia mencari sesuatu yang berkaitan dengan Elina di internet, tapi kembali kebingungan saat tak mendapati profil apapun di dalam sana. Wajahnya berubah pias, pasti semua ini berhubungan dengan Stefan. Ya, hanya pria itu yang bisa menghentikan semua bentuk kegelisahan ini.
"Apa... Apa aku harus pergi menemuinya?" Gumamnya pada diri sendiri. Alaina menekukkan kakinya, ia merasa tidak berdaya dan apa kemungkinan terburuk jika ia berani mendatangi Stefan tanpa perlindungan? Oh, Tuhan... Itu pasti akan lebih buruk dari yang ia pikirkan! Stefan adalah pria matang yang sendirian.
Bukan tidak mungkin jika pria itu meminta...
"Kau gila, Alaina! Jangan sampai semua itu terjadi!" Dia memukul kepalanya sendiri lalu ia menyembunyikan kepalanya di bawah bantal. Semua hal ini bisa membuatnya gila dalam sekejap mata saja. Alaina benar-benar ketakutan, dia merasa kalau hidupnya saat ini tidak sebebas dulu sejak peristiwa itu.
...
Di malam yang sunyi, Sang Grissham senior sedang berada di ruang tamu sambil menonton siaran televisi. Wajahnya yang menua tidak membuatnya tampak begitu lemah dan rapuh. Garis ketampanan masih bisa dilihat walau usianya sudah kepala lima.
Aaron dan Reanne pulang sebelum jam makan malam, mereka sudah berencana untuk makan malam di tempat lain sambil mengajak si kecil Isabelle dan hal itu membuat Alex sedikit sedih. Semakin hari, meja makan mereka semakin sepi. Satu persatu anak-anaknya memilih untuk memisahkan diri dan mungkin nanti hanya akan ada dia dan istrinya di meja makan.
Namun beruntunglah Alex dan Sarah, ketiga anak mereka tidak melupakan orangtua. Di setiap kesempatan, ia selalu mendapati Axelle atau Aaron sesekali menanyakan apakah dirinya sudah makan atau belum. Bukankah dua jagoannya itu sangat manis?
Ia tersenyum kecil mengingat semua itu sampai ada seorang pelayan yang menghampirinya.
"Tuan Grissham, ada kiriman datang untuk Nona Muda."
Alex menoleh ke kiri mendapati seorang pelayan memegang sebuah buket bunga mawar hitam berukuran sedang. Dahi Alex berkerut dalam, kira-kira siapa yang mengirimkan benda ini untuk putrinya? Alex selalu tahu siapa saja yang sedang mencoba mendekati putrinya, jadi ia rasa tak mungkin ada yang berani mengirim bunga seperti ini tanpa seizinnya. Siapa gerangan ini?
"Apa ada nama pengirim?"
"Tidak ada, Tuan." Jawab si pelayan. Alex menghembuskan napasnya lalu meminta pelayan itu menaruh kiriman dari—entah siapa— ke atas meja.
Setelah pelayan itu berbalik pergi, Alex meneliti bunga itu. Dia mencari-cari apakah ada sebuah kertas atau apapun yang bisa ia temukan dan matanya sedikit melebar saat melihat secarik kertas berwarna hitam terselip di tangkai bunga tersebut.
Segera ia baca isi pesan yang terdapat di atas kertas hitam tadi dan hal itu sukses membuatnya meradang.
Saat ini aku sedang membayangkan tubuh telanjang mu, Alaina ku.
- S. R.
TBC