CHAPTER 7

1256 Kata
Alaina menundukkan wajahnya saat ini. Setelah insiden di mana sang ayah mendapati isi pesan gila semacam itu, ia disidang di dalam ruang keluarga. Sedari tadi Alex berjalan mondar-mandir karena luapan emosinya yang ia tahan. "Jelaskan pada ayah, siapa pengirim bunga dan pesan itu, Alaina?! Kau harus jujur!" Sarah duduk di seberang Alaina, dia sebenarnya ingin menenangkan emosi suaminya yang pasti sedang melonjak naik ke ubun-ubun, tapi dia tidak bisa melakukannya. Tindakan Alex cukup benar kali ini dan semuanya demi kebaikan putri mereka. Dia pun syok saat mendengar penuturan Alex soal isi pesan m***m itu. "Aku tidak tahu, Dad. Kalau pun aku tahu, aku tidak akan memberitahumu." Jawabnya. Maaf ayah, ibu. Semuanya ini demi keselamatan kita semua. Alex melempar kertas yang sudah remuk di dalam genggamannya ke atas meja. Ia berkacak pinggang sambil menatap putrinya yang duduk dengan kepala tertunduk. Hal itu dianggap Alex sebagai bentuk pembenaran atas tuduhan yang sebelumnya ia layangkan bahwa Alaina sudah melakukan hubungan jauh dengan si pengirim bunga ini. "Beraninya kau membohongi ayahmu sendiri, Alaina. Apa kau sedang mencoba melindungi pria ini, hah?!" Alaina menahan luapan emosinya sendiri dengan mengepalkan tangannya. Matanya mulai terasa panas karena ia begitu tertekan dengan situasi ini. Dalam hatinya dia mengutuk Stefan karena telah berani bertindak jauh dengan mengirim bunga menjijikkan itu ke rumahnya, seakan pria itu sengaja melakukannya agar Alaina dituduh macam-macam oleh keluarganya sendiri. "Aku tidak mau membahas soal pria itu atau siapa pun!" Berhasil. Setelah meneriakkan kalimat itu, air matanya mengalir— membuat sang ayah tiba-tiba merasa bersalah karena telah membentaknya. Alaina mengusap kasar bola matanya,"Benar. Aku memang sedang punya hubungan dengan seorang pria dan ayah bebas menuduhku macam-macam. Aku tidak peduli dengan kemarahan ayah." "Alaina, kau-" "Ayah tidak bisa mengatur ku terus-menerus. Ini hidupku dan aku berhak menjalaninya sendiri tanpa campur tangan ayah di dalamnya." Potongnya. Alaina berdiri, ia menatap ayah dan ibunya bergantian. "Dan kalaupun aku berhubungan seks dengan seorang pria, apa salahnya? Ini kehidupan ku. Ayah atau ibu tidak berhak mengadili ku seolah aku gadis kecil yang patut untuk kalian kendalikan setiap saat!" Alaina berjalan cepat untuk dapat keluar dari ruangan ini lalu membanting pintunya— menandakan kalau ia memang benar-benar marah. Alex memegangi dadanya yang terasa nyeri setelah mendengarkan kalimat itu dari putrinya. Ia merasa tidak dihargai sebagai seorang ayah. Sarah meraih lengan suaminya lalu mengusapnya,"Jangan terlalu memikirkan ucapan Alaina. Aku akan berbicara padanya sebagai sesama perempuan, Alex. Dia menghormati mu dan tindakannya barusan hanya bentuk luapan emosinya saja." Wanita itu mengusap punggung Alex lalu meminta suaminya untuk duduk sambil menenangkan diri. Sarah mengecup pipi sang suami lalu ia beranjak dari sana untuk menemui putrinya. Ia tahu bagaimana cara melunakkan hati Alaina ketika gadis itu sedang marah. Sampai di depan pintu kamar Alaina, Sarah mendengar isak tangis dari dalamnya. Pintu itu tidak tertutup rapat, Sarah masuk setelah ia mengetuk lebih dulu. "Sayang..." "Hiks... Hiks... Pergi. A-aku ingin sendiri." Alaina yang tengah duduk di ranjang lantas menutup wajahnya dengan selimut dan kembali menangis. Sarah menatapnya iba, jika Alaina sudah menangis seperti ini, pasti ada hal berat yang gadis itu coba sembunyikan. Sarah duduk di pinggir ranjang lalu menarik selimut yang menutupi tubuh putrinya. Dia meraih bahu Alaina lalu memeluknya. Ini adalah cara paling ampuh dalam menenangkan hati gadis itu. Pelukan dari sang ibu selalu menjadi obat dari segala kegundahan hatinya. "Mom..." Dielusnya pelan rambut coklat bergelombang milik Alaina, ia membiarkan perempuan itu menangis untuk menghilangkan sedikit beban dari hatinya. "Kau bisa menceritakan semuanya padaku, nak. Ibu janji tidak akan mengatakan ini pada siapa pun." Alaina masih enggan melepas pelukan sang ibu, dia merasa benar-benar lemah kali ini. "A-aku..." "Ceritakan saja semua pada ibu. Al, aku berjanji akan membantumu," Kata Sarah. Ia menangkup kedua pipi putrinya dan menghapus lelehan air mata di pipi Alaina. Perlahan gadis itu dapat kembali mengontrol emosinya. Dia menarik napas pelan lalu mulai duduk dengan punggung yang rileks daripada sebelumnya. "Bunga itu... Tidak kudapat dari hal sepeleh, Mom. Ada seseorang yang meneror ku sejak beberapa bulan belakangan." Sarah mengerutkan dahi. Ia mulai merasa kalau ini adalah pembicaraan serius karena ada aura ketegangan dari cara Alaina menyampaikan ceritanya. Mengalirlah cerita itu. Alaina menceritakan setiap detil peristiwa yang terjadi beberapa bulan yang lalu, tapi dia tetap menyembunyikan identitas Stefan dari ibunya karena menurutnya itu hal yang berbahaya untuk diceritakan. Sarah jelas terkejut dan tidak mengerti. Alaina mengatakan soal pembunuhan, Swedia, dan acara balas dendam. Apa yang terjadi dengan putrinya ini? "Lalu kenapa dengan bunga itu? Hubungannya denganmu apa?" Sarah mencoba mencari tahu lebih jauh, tapi yang ia dapat adalah gelengan semata. Alaina memutus kontak mata mereka dan gadis itu beringsut mundur ke sudut ranjang lalu ia memeluk dirinya sendiri. Alaina merasa tidak aman, dia berpikir kalau memang Stefan adalah mafia, maka apapun usaha ayahnya untuk menendang jauh Stefan terasa percuma. "Mom, aku tidak bisa membuat kalian terlibat lebih jauh. Aku sudah membuat sumpah kalau ini semua akan aku sembunyikan dan ku mohon... Jangan pernah beritahu ayah." Sarah meraih telapak tangan Alaina lalu menggenggamnya erat,"Apa yang bisa ibu bantu, nak? Ini berat, kau tidak bisa melewatinya sendirian. Kita tidak tahu dengan siapa kau berhadapan, jadi ibu mohon untuk tidak menghadapi ini sendiri," Pintanya. Alaina mengangguk, ia sudah memikirkan ini sejak kemarin-kemarin dan ia pikir hanya ini satu-satunya jalan untuk dapat lepas dari pengawasan Stefan. "Aku akan pergi ke Rusia dan bertemu dengannya, Mom. Hanya ini satu-satunya cara untuk menghindari teror orang itu." Sarah semakin tidak mengerti. Sejauh itukah? Dan Alaina harus pergi sendirian? "No, kau tidak bisa pergi sendirian. Ibu-" Alaina dengan segera meremas telapak tangan sang ibu,"Ku mohon. Aku harus menyelesaikan masalah ini. Tolong katakan pada ayah kalau aku akan pergi untuk urusan bisnis. Aku janji Mom, hanya sebentar." Sarah menarik tubuh putrinya lalu ia peluk dengan erat. "Baiklah, ibu akan mencoba menolong mu." ... Malam hari itu, tepat dua Minggu sejak hari di mana Alex menyidang dirinya di ruang keluarga. Berkat pertolongan Sarah, Alex tidak lagi mempertanyakan soal kiriman bunga waktu itu. Setidaknya Alaina bisa sedikit tenang karena ayahnya percaya kalau bunga itu hanya kiriman orang iseng. Malam ini Alaina telah mempertimbangkan semuanya, dia akan menemui Stefan kembali dan berkompromi dengan orang itu soal hal yang menyangkut urusan saat mereka berada di Swedia. Alaina akan melaporkan Stefan ke polisi atas kasus pembunuhan. Menurutnya, Stefan sudah menyembunyikan fakta mengenai apa yang terjadi dan ia tidak akan tinggal diam. Alaina akan bertanggung jawab sepenuhnya karena saat itu dia menjadi korban dan saksi mata kematian Elina yang terasa ganjil di otaknya. Gadis itu melepas satu-persatu pakaian yang ia kenakan hingga menyisakan pakaian dalam setelah dirinya berada di dalam kamarnya sendiri. Gadis itu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang lalu mendekap erat guling di sampingnya. Alaina masih agak bimbang, ia pernah memikirkan untuk mengikutsertakan seorang pengawal dalam rencananya kali ini. Namun, mengingat kalau tindak-tanduk Stefan juga kerabatnya yang sedikit mencurigakan, Alaina membatalkan niat itu. Bukannya ia menantang dengan pergi sendirian, ia hanya ingin Stefan menduga kalau dia datang bukan untuk mencari masalah. Gadis itu kembali duduk di pinggir ranjangnya. Dia akan bersiap untuk besok. Bukan hanya fisik, tapi juga mentalnya. Dengan cepat dia melangkah ke kamar mandi, berniat untuk berendam. Sarah melarangnya untuk berendam saat malam hari, tapi mungkin tidak ada salahnya jika mencoba sesekali saja. Alaina melepas bra yang ia kenakan berikut dengan celana dalamnya. Dia menghidupkan keran air di dalam bak mandi besar itu lalu mencampurkan aroma bunga ke dalamnya hingga bau harumnya tercium. Gadis itu mengikat rambutnya lalu mencelupkan kakinya ke dalam sebelum benar-benar merendam sebagian tubuhnya ke dalam bak berisi air itu. Ia bersenandung kecil sembari memejamkan mata. Ini adalah sensasi paling menakjubkan yang selalu Alaina sukai. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN