CHAPTER 4

1272 Kata
Stefan memberhentikan mobilnya tepat di depan restoran di mana Elina berada. Bisa ia lihat kalau anak buahnya tampak berlalu lalang sambil mengamankan lokasi agar jauh dari perhatian publik. Ia semakin merasa curiga saat dia melihat Viktor berada di dalam restoran itu. "Stefan..." Pria tua itu menyentuh bahu putra angkatnya lalu bergerak untuk meninggalkan Stefan di dalam ruangan itu. Stefan melihat tubuh Elina sudah tidak bernyawa lagi— bersamaan dengan banyaknya mayat yang merupakan anak buahnya. Ada seorang perempuan yang duduk membelakanginya sambil sesekali menangis. Apa dia saksi mata? "Hei." Alaina yang tadinya menangis, dengan cepat menoleh ke belakang. Ia tersentak saat matanya bertemu dengan netra coklat itu. Stefan pun terdiam. Otaknya kembali mengingat gadis bermata biru yang semalam dengan arogannya menyiram alkohol ke wajah Stefan. "Ka-Kau calon suami Elina?" Tanyanya lirih. Atensi Stefan kembali berada pada linangan air mata Alaina. Tampaknya Alaina tidak mengingat kalau semalam mereka pernah bertemu. "A-aku... Aku minta maaf. A-aku-" "Stefan." Keduanya menoleh ke belakang saat Viktor kembali muncul di antara keduanya. Alaina menatap dua orang itu bergantian dan menyadari kalau ada sesuatu yang aneh di sini. Kenapa wajah Stefan tidak menunjukkan kesedihan atau raut frustasi? Kenapa pria itu diam saja saat melihat jasad calon istrinya? "Aku perlu bicara berdua denganmu." Viktor lantas kembali meninggalkan Alaina dan Stefan. Pria itu masih tak melepas tatapannya yang tajam pada iris biru Alaina yang berkaca-kaca. Separuh dari dirinya menginginkan gadis itu, segera... "Aku akan kembali untukmu nanti, Nona." Pria itu berbalik untuk menyusul Viktor yang masuk ke dalam mobil. Pasti ada pembicaraan serius. "Apa yang terjadi? Apa benar Elang Putih mengirim orang untuk membunuh Elina dan gadis tadi adalah saksi mata?" Viktor menggeleng,"Dia pembunuh Elina yang sebenarnya. Aku tidak tahu kenapa gadis itu melepaskan peluru untuknya dan kurasa ada maksud terselubung." "Kau menuduh gadis itu yang membunuhnya disaat kelompok Elang Putih mengirim pasukan mereka untuk mencelakai Elina dan anak buahku? Sadarlah sedikit, semua ini karena ulahmu," Sanggahnya. Viktor menghela napasnya, ia mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam jas nya lalu menyerahkan benda itu pada Stefan. "Aku mendengar kalau Elina akan bertemu dengan gadis itu, jadi aku mencari tahu sedikit tentangnya." "Dia Alaina Grissham. Apa kau tidak ingat nama itu, anakku?" Lanjutnya. Stefan mulai berpikir keras. Grissham? Dengan cepat dia membaca dokumen yang diberikan Viktor padanya lalu napasnya mulai bergerak tak beraturan. "Dia... Grissham yang itu?" "Benar, dia putri dari Alex Grissham— pria yang sudah membuat ibumu menderita." Mata coklatnya melirik kembali ke dalam restoran, menatap tajam wanita yang duduk dengan tangisan di matanya. Tangannya meremas kertas itu dengan kencang kala menemukan seseorang dari masa lalunya yang membuat dia hidup seperti ini. "Dia... Darah daging orang itu?" "Mari kita bermain pintar, Stefan. Hari ini, gadis itu membunuh calon istrimu dan ya... Kita masih tidak tahu apakah gadis itu juga terikat dengan Elang Putih. Apa kau tidak mau memikirkan untuk membunuh gadis itu juga?" Tawa Stefan terdengar seketika. "Membunuhnya? Well... Aku masih waras dengan tidak bersetubuh dengan mayat, Papa. Aku lebih suka melihatnya hidup." Senyum kemenangan terbit di bibir Viktor. Dia tahu kalau umpannya berhasil ia berikan pada Stefan dan sebentar lagi, drama sesungguhnya akan dimulai. Stefan keluar dari dalam mobil. Tubuh tingginya masuk kembali ke dalam restoran kosong itu untuk segera menemui Alaina. "Alaina Grissham." Ia menoleh ke arah belakang. Tubuh tinggi Stefan membuatnya sedikit khawatir. Apa pria itu juga mengenalnya? "Kau... Kau tahu namaku?" Stefan pura-pura iba melihatnya,"Maafkan aku... Tidak sopan rasanya jika kita tak berkenalan secara resmi." Pria itu berjongkok, ia menyentuh dagu Alaina dan benar-benar memuji kecantikan wanita itu. Bahkan saat menangis pun Alaina terlihat seksi. "Ikutlah denganku sebentar. Mari kita bersihkan dirimu." ... Alaina tidak tahu mengapa dia menurut begitu saja saat tangan dingin Stefan membawanya ke sebuah rumah kecil. Ingatannya masih merekam jelas saat Elina dengan sengaja membunuh dirinya sendiri tepat di depannya. Tidak mengerti sebenarnya apa yang sedang terjadi dan Alaina berharap ini hanya mimpi belaka walau terdengar mustahil untuknya. Tuk! "Minum ini. Kau pasti syok." Mata birunya melirik seorang pria tinggi dengan rambut klimis. Alaina masih tidak nyaman berada di dekat Stefan karena mereka tidak saling mengenal dan itu membuat dia sedikit ketakutan. Alaina tersentak saat Stefan mengulurkan tangannya padanya,"Namaku Stefan Roswell." "A-aku Alaina. Kau sudah tahu namaku," Balasnya dengan suara yang kecil. Gadis itu melirik telapak tangannya yang masih terkena noda darah yang mengering dan sekali lagi ia teringat peristiwa beberapa saat yang lalu. Aroma tubuh Stefan tampak begitu dekat dengannya, Alaina tidak menyadari saat pria itu meraih telapak tangannya. "Aku tahu... Kau pasti merasa bersalah karena telah membunuh calon istriku, kan? Tenang, aku tidak menaruh dendam padamu." Pria itu dengan santai mengelap tangan Alaina dengan sapu tangan miliknya, menghapus noda darah di telapak tangan gadis itu. "A-aku tidak bermaksud... E-Elina, di-dia-" "Sstt... Tenang, sayangku. Kau sedang terguncang." Mata Stefan berkilat penuh gairah. Sebelah tangannya yang lain meremas bahu Alaina, mencoba menguasai emosi perempuan rapuh di sebelahnya ini dan ia bersorak penuh kemenangan saat Alaina terlihat tidak menolak sentuhannya. "Sudah kuduga aku pasti mendapatkan mu..." Bisiknya. Kesadaran Alaina kembali muncul saat merasakan desiran di telinganya itu. Ia dengan segera bangkit dari duduknya dan memandang penuh permusuhan pada Stefan. "Anda jangan kurang ajar, Tuan Roswell." Stefan tersenyum miring dan itu diartikan sebagai bentuk ejekan bagi Alaina. "Aku tertarik melihat kecantikanmu, Nona Alaina. Kau tampak seperti malaikat." "Elina baru saja meninggal! Apa kau gila?!" Mata Alaina berkilat marah. Dia tidak mengerti dengan orang-orang ini dan sebenarnya apa tujuan mereka? Stefan berdiri lalu ia berjalan ke depan Alaina yang memundurkan tubuhnya ke belakang hingga punggungnya menyentuh dinding berlapiskan keramik warna hitam. "Perlu aku ingatkan padamu, Nona. Kau membunuh calon istriku dan-" Stefan mengusap telunjuknya di pipi gadis itu hingga Alaina merasa merinding. Ia tidak pernah mendapat kontak fisik seperti ini dengan pria manapun dan semua ini membuatnya merasa takut. "Apa kau tidak ingin meminta maaf padaku karena telah menyirami ku dengan alkohol?" Mata birunya membulat. Hah? Dia pria kurang ajar tadi malam?! "Ka-kau mau apa?" "Aku minta bayarannya dengan tubuhmu." Tangan Alaina dengan cepat menampar pipi kiri Stefan hingga berpaling ke samping. "Anda jangan kurang ajar denganku, Tuan Roswell. Aku akan pergi." Alaina menggeser tubuhnya lalu berjalan cepat ke arah pintu. Dia akan melapor pada polisi atas kejadian ini dan mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Alaina tidak mengerti kenapa lokasi kejadian tidak didatangi oleh pihak kepolisian ataupun para saksi mata lainnya. Dia pun bingung, sebenarnya apa yang baru saja dia alami? "Alaina." Langkah gadis itu berhenti tepat di depan pintu. Ia tidak berniat menoleh, tapi telinganya masih bisa mendengar cukup jelas. "Aku pasti akan mendapatkan mu." Cukup. Alaina menekan tuas pintu dengan kasar lalu dia berlari cukup cepat keluar dari rumah kecil itu untuk segera pergi ke kantor polisi. Dia akan melaporkan tentang kasus ini dan bersedia untuk diadili. "Nona Grissham." Ia tersentak mendengar suara berat itu lagi. Matanya melihat seorang pria tua yang baru keluar dari dalam mobil. Pria itu menghisap cerutu di bibirnya dan sesekali matanya yang tajam menatap ke arah langit. "Jangan pernah memberi pernyataan apapun pada polisi jika kau ingin semua anggota keluarga mu aman." "Sebenarnya apa maumu? Kenapa kau dan pria itu tak merasa kehilangan, hah? Kenapa?!" "Karena kami bukan orang seperti itu, Nona Grissham. Kematian bukan menjadi alasan kami untuk menjadi lemah. Aku sarankan padamu untuk tetap bungkam." "Saat ini kematian Elina akan menjadi momok bagimu. Orang-orang akan mengincar nyawamu sebagai pembalasan atas kematian anggota klan mereka. Kau mau mati cepat dengan mengekspos dirimu?" Pria tua itu kembali berkata. Alaina memundurkan langkahnya karena perkataan pria itu semakin tidak dapat ia percayai dan napasnya tercekat saat punggungnya membentur sesuatu yang keras dan panas. Itu Stefan. Sentuhan di bahunya membuat ia kembali meremang,"Jika kau ingin perlindungan, jadilah milikku." TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN