Jindan membuka matanya yang lengket saat dia merasa kantung kemihnya penuh. Setelah berhasil mengumpulkan kesadarannya, dia melangkah ke kamar mandi. Setelah menyelesikan semua hajatnya, Jindan keluar dan menyadari kalau Bilqis benar-benar tidak pulang lagi. Jindan mengela nafasnya. Masih jam satu malam. Jindan kembali meringkuk di atas karpet, di depan televisi. Meski dia tahu kamarnya kosong, tapi dia enggan masuk ke sana. Dia bahkan sengaja tidak mengunci pintu. Dia masih saja khawatir istrinya tiba-tiba datang. Pikiran yang aneh memang! “Mau bagaimana lagi? Dia istriku meski hubungan kita rumit,” ucapnya dalam hati. Sekeras apa pun Jindan menolak Bilqis, takdir Tuhan sudah tertulis mereka menikah. Jadi, dia harus menjalankan amanat dari Tuhan dan ayah Bilqis. Dan jangan lupakan warga