“Mas Jindan, di sini?” Suara perempuan cantik itu mengalun merdu dan manja, tapi bagi telinga Bilqis, itu seperti suara cemprengan khas pengamen jalanan dari tutup botol. Bilqis syok. Dengan mata kepalanya sendiri dia melihat suaminya bermanja dengan seorang perempuan. Dadanya sesak seolah ribuan batu menghimpitnya. Matanya memanas, tapi sekuat tenaga dia berusaha menahan agar air matanya tidak keluar. Dia cemburu! Ingin rasanya dia pergi. Matanya tidak sanggup melihat betapa dekatnya mereka berdiri. Di depannya, dia melihat bagaimana perempuan itu menyapa manja suaminya. Entah apa yang tengah mereka bicarakan karena telinga Bilqis tidak bisa fokus mendengarkannya. Bilqis hanya bisa melihat bagaimana agresifnya betina itu mendekati suaminya. Sebenarnya dia siapa? Bagaimana bisa mengenal