"Assalamu'alaikum, Jindan." Jindan yang baru memarkirkan motornya sontak menoleh mendengar suara Desi tepat di belakangnya. Dia menoleh bukan karena Desi. Bukan! Jindan menoleh karena apa yang diucapkan Desi. Jindan tidak berusaha menyembunyikan rasa herannya. Dia menatap Desi dengan kening berkerut. "Wa'alaikum salam. Ada apa?" Desi mencoba menampilkan senyum manisnya. Dia menggeleng pelan. "Tidak ada apa-apa. Hanya saja, aku barusan mendapat kabar kalau kemarin Pak Rofiq memberimu surat peringatan. Benarkah itu?" Kening Jindan semakin berkerut. Kenapa Desi berbicara sopan? Sejak kapan? Apa ini benar-benar Desi, gadis kasar, urakan, dan tidak tahu malu itu? Jindan mengangguk. Lantas, dia kembali fokus melepas helmnya. Dalam hati, dia bersyukur jika Desi memang sudah belajar berbica