Pukul delapan malam kurang sepuluh menit, Jindan memarkir motornya di depan rumah. dia baru saja menyelesaikan dua belas jam kerja di hari pertamanya. Tidak ada yag bisa dia katakan selain menurut. Selain karena peraturan perusahaan, juga karena dia tidak ingin hubungannya dengan mandornya semakin runyam. Jindan bertekad tidak akan menceritakan apa pun kepada sang istri saat dia pulang. biar dia saja sebagai kepala rumah tngga yang memikirkannya. Namun, jika tiba saatnya dia membutuhkan seseorang, Jindan tidak akan sungkan lagi. Bagaimana pun juga, dia hanya manusia biasa. Siapa tahu, istrinya yang cantik dan pintar itu memiliki jalan keluar untuk masalah ini. Bukankah suami istri memang saling melengkapi? Seperti biasa, dia selalu memasang senyum manis untuk istrinya begitu dia memasuki