Mariana baru saja kembali ke kediaman Nate. Begitu melewati ambang pintu, langkahnya tertatih dan wajahnya pucat pasi. Tanpa suara, ia masuk ke kamarnya, menutup pintu perlahan lalu merosot ke ranjang. Tubuhnya terasa menggigil. Mariana meraih selimut lalu menutupi hampir seluruh tubuhnya. Namun, rasa dingin itu tidak juga pergi. Ketika waktu makan malam tiba, Mariana tidak juga keluar dari kamarnya. Nate yang sedang menikmati makan malamnya, melirik ke arah kursi yang kosong. Dahi pria itu berkerut. “Bi Imah, Mariana belum turun?” tanyanya. Bi Imah yang baru saja meletakkan mangkuk sup di hadapan Nate segera menoleh. “Sepertinya belum, Tuan.” Rasa tidak nyaman menyelinap dalam benak Nate. “Tolong periksa keadaannya.” Tanpa membuang waktu, Bi Imah segera menuju kamar Mariana. Ia meng