17. Harga Sebuah Pengkhianatan

1349 Kata

Mariana masih menggendong Elhan ketika Nadia berdiri dari kursinya. “Saya akan meminta Bi Imah menyiapkan minuman hangat untuk Anda, Bu. Mau teh atau cokelat panas?” Mariana menggeleng. “Tidak perlu repot-repot, Nadia. Terima kasih atas perhatianmu.” Nadia tersenyum kecil. “Bukan repot. Anda kelihatan lelah, Bu.” Mariana hanya diam. Ia tidak bisa membantah, meskipun rasa lelah yang ia rasakan bukan sekadar di fisiknya. Saat Nadia melangkah pergi ke dapur, Mariana menunduk menatap wajah tenang Elhan yang terlelap dalam pelukannya. Kehangatan tubuh bayi itu sedikit meredakan gejolak dalam hatinya, tetapi tidak cukup untuk menghapus kenyataan pahit yang baru saja ia terima. Ia harus menerima bahwa keluarganya memilih Bianca. Bahwa mereka tidak akan memikirkan bagaimana perasaannya selama

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN