“Apaan sih guru-guru, biasa saja, jangan menganggap saya guru Mas Sean,” pinta Dinda. Drrt ... Drtt ... ponsel Sean bergetar, Jordan menelponnya. Sean segera mengangkat telpon itu dan meminta Dinda untuk tidak bersuara sebentar saja. “Sean, kita sekarang harus bergerak ke titik 48, barang yang kita incar sudah di depan mata!” ucap Bos Jordan membuat Sean langsung menjawab, “Siap Bos!” “Dinda,” ucap Sean dengan ragu dan Dinda pun mendongakkan wajahnya menatap Sean. “Saya harus pergi sekarang juga, maaf saya tidak bisa mengantar kamu sampai ke masjid, kamu hati-hati di jalan ya, saya pamit,” ucap Sean yang sebenarnya sangat berat meninggalkan Dinda, tapi dia harus pergi sekarang juga. Dinda mengangguk sambil tersenyum kecut, dan Sean segera berlari meninggalkan Dinda seorang diri yang m