Aku terbangun bukan karena sinar matahari mulai menyinari bumi, bukan juga karena ciuman selamat pagi dari kak Biyan seperti impianku, karena semua itu hanya akan ditemukan di novel-novel roman. Aku terbangun karena bunyi knalpot bajaj yang tak berhenti lalu lalang di depan rumah. Aku menggeliyatkan badan dan mengedipkan mata beberapa kali agar kesadaranku bisa benar-benar pulih. Aku tersenyum malu mengingat pagi ini akhirnya aku resmi menjadi wanita dewasa dan juga seorang istri. Aku memutar kepalaku untuk melihat reaksi kak Biyan pagi ini, tapi begitu aku melihat ke samping kiri sosok kak Biyan tidak ada, ke kanan juga tidak ada. Aku lalu kembali duduk dan mengedarkan bola mata untuk mencari kak Biyan tapi di kamar ini hanya ada aku sendirian dengan kain sarung milik kak Biyan melilit