Tuhan sepertinya tau jika apa yang aku perjuangkan hari ini merupakan kebenaran dan keadilan, aku merasa Tuhan meridhoi perang yang aku tabuhkan untuk melawan Daddy dan wanita itu.
Sebuah SMS dari sekretaris Daddy memberitahuku jika hari ini Daddy terpaksa menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa di Bogor dan itu berarti malam ini wanita itu tidak mempunyai tameng yang akan membelanya saat aku menyambutnya dengan sebuah rencana yang sudah susah payah aku susun.
"Kak, yakin mau Ocean pakai kain ini... tapi serem banget kak, kalo yang aslinya nongol gimana?" dan untuk memuluskan rencanaku dengan terpaksa aku meminta Ocean bekerja sama tapi ya gitu nggak ada hal yang gratis didunia ini, Ocean rela membantuku asal besok dibelikan makanan kesukaannya.
"Pleaseeee, kamu taukan kalo kakak cintaaaa banget sama Kak Biyan, dan kamu pasti nggak mau wanita lain yang jadi istri Kak Biyan" bujukku sambil memohon Ocean mau memakai kain putih yang aku persiapkan untuk menakuti wanita itu.
"Ya tergantung... kalo wanita itu lebih bisa memenuhi kebutuhan makan aku, mau nggak mau aku rela kok" balasnya cuek dengan mulut berisi coklat.
"What!!" Aku memelototkan mataku, dan dibalasnya dengan cengiran yang menampakkan gigi coklatnya.
"Just kidding My Sister... aku lebih suka kakak kok, walau kakak bawelnya sama kayak Daddy, tapi tetap saja Kak Ai is the best... soalnya nggak pelit beliin Ocean coklat" Ocean menunjukkan jempolnya, dan aku balas dengan mengacak rambutnya.
"Love love love you so much" aku memeluknya dan kami saling tertawa terbahak-bahak mengingat sebentar lagi akan ada perang besar di rumah ini.
"Aisha... Ocean." teriakan Mommy membuat kami berdua langsung keluar, pasti wanita itu sudah datang. Aku melirik jam di tangan, wow sangat sangat sangat tepat waktu sekali wanita itu, masih dua jam lagi dari janji yang telah ditentukan.
Aku dan Ocean melihat Mommy sudah rapi dengan pakaian serba hitamnya, wajahnya juga sedikit panik.
"Kamu jaga rumah ya, ada kabar duka dari sahabat Mommy... orangtuanya meninggal jadi Mommy harus segera melayat, masalah Malaika kalian saja yang atur" aku prihatin mendengar berita duka tapi juga terselip kebahagiaan, perginya Mommy berarti semakin membuatku leluasa mengisengi wanita itu.
"Hati-hati Mom, bye and love you" aku melambaikan tangan, "lama-lama ya pulangnya" sambungku lagi, Ocean terkikik mendengar ucapanku yang mungkin tidak terdengar Mommy yang sudah masuk kedalam mobilnya
"Yihaaaa, let's go! kita buat jebakan untuk wanita itu" kami berdua melakukan high five dan mulai menyiapkan jebakan demi jebakan untuk calon tunangan kak Biyan yang statusnya hanya akan bertahan sampai hari ini saja.
****
Ting tong ting tong
Aku merapikan bajuku yang sengaja aku buat acak-acakan, menurut Ocean aku sudah mirip gembel yang suka mengais dan mengorek tong sampah di depan rumah, beuh andai aku tidak butuh tenaganya mungkin sudah aku tendang ke antariksa saking beraninya menyamakan aku dengan gembel.
"Spaddddaaa"
Aku langsung membuka pintu dan melihat wanita bertubuh sintal memakai hotpant berwarna hitam dan baju super ketat berdiri dengan angkuhnya.
"Cari siapa mbak" tanyaku, wanita itu membuka kacamata hitamnya dan meletakkan diantara payudaranya yang hampir menyembul.
"My Fiancee ada?" tanyanya dengan angkuh dan masuk begitu saja tanpa aku izinkan.
"Piance? Panci maksud mbak? Ada ada monggo duduk dulu" kataku dengan logat Jawa medok, wanita itu dengan angkuhnya duduk dan sibuk memandang isi rumah, untungnya sebelum kedatangannya aku sempat menyembunyikan foto keluarga, jadi ia tidak akan tau jika aku salah satu anggota keluarga Dinata.
"Ini mbak pancinya" aku meletakkan panci yang pantatnya sudah menghitam keatas pahanya.
"Ya ampun... are you kidding me! Fiancee... F I A N C E E atau tunangan, Biyan" ia melemparkan panci itu kearahku, aku berusaha menahan tawa dan menunjukkan wajah lugu khas gadis kampung.
"Oh Mas Biyan toh, kirain Mbak minta panci, Mas Biyan belum pulang mbak... kata adiknya sih lagi on the way ke rumah" balasku, ia mengangguk dan meminum jus jeruk yang sudah aku isi obat pencahar yang akan bereaksi sekitar 1 jam lagi.
"Calon adik ipar saya mana, kok nggan kedatangan saya tidak disambut" tanyanya dengan pongah, hampir saja aku menarik rambut palsunya, tapi aku harus sabar karena sekarang belum saatnya.
"Ada kok diatas, sebentar saya panggilkan" wanita itu mengangguk dan kembali menyeruput jus jeruknya, aku bergegas naik keatas dan berniat merubah penampilanku.
"Kak, kaki Ocean pegel nih... masih lama nggak?" aku langsung memberi kode agar Ocean tidak mengeluarkan suara.
"Sabar... mau makan Pizza-kan?" Ocean langsung mengangguk dan aku balas mencium pucuk kepalanya, setelah itu aku langsung bergegas merubah penampilanku, aku tidak mau kalah dari wanita itu, ia pikir hanya dirinya yang bisa memakai baju seperti itu.
Aku memakai hotpant tak kalah sexy-nya, aku juga memakai tanktop yang menunjukkan belahan payudaraku, walau payudaraku tidak sebesar miliknya, aku tidak putus asa dan menyumpalnya dengan bra berbusa tebal.
"Perfect!" kataku setelah memoles lipstik merah menyala dibibirku.
Aku langsung keluar dari kamar dan bergegas turun, wanita itu sibuk memoleskan riasan diwajahnya.
"Ehemmmm"
Aku mendekatinya dan berdiri dengan gaya angkuh "Aisha... you call me Ey..." kataku sambil memonyongkan mulutku.
"Malaika... you call me... Angel" balasnya tak mau kalah, aku menyuruhnya kembali duduk, matanya sibuk menilai penampilanku, aku sengaja membusungkan d**a agar terlihat lebih darinya.
"Jadi lo yang bakal jadi calon kakak ipar gue?" tanyaku membuka pembicaraan, ia mengangguk dan terlihat jelas wajah bangga karena berhasil menyandang status tunangan kak Biyan.
"Yes... kakak elo yang tampan itu bakal jadi suami masa depan gue" balasnya lagi.
Drttt drttt
"Halo kakak sayang... kakak dimana? Oooo udah dijalan, iya nih tunangan kakak sudah datang, kakak mau makan masakan tunangan kakak? Bentar aku tanya dulu"
"Kak Biyan mau coba masakan calon istrinya, elo bisa masak?" wajah angkuhnya langsung berubah panik, "oh nggak bisa? ya udah bentar gue bilang ke kak Biyan" sambungku.
"Kak..."
"Tu....tunggu dulu, gue bisa... gue bisa" tahannya.
"Oke kak... kakak cepat pulang ya" aku mematikan ponselku, mungkin CS kartu kredit yang meneleponku barusan akan geleng-geleng kepala mendengar aktingku, masa bodo yang terpenting aku ada jalan untuk membuatnya kapok berurusan denganku.
"Jadi mau masaknya?"
"Iya iya..." balasnya ngedumel, aku membawanya ke dapur dan membuka kulkas yang penuh dengan bahan makanan.
"Kakak elo suka makan apa?" tanyanya.
"Kak Biyan sukanya ikan asin, ayam panggang dan sayur tumis toge, plusssss mie goreng tapi mie-nya buatan sendiri"
"Buset seleranya tukang banget dan mesti ya mie-nya buatan sendiri? ribet banget sih!" Omelnya, aku mengangkat bahu dan meninggalkan ia sendirian di dapur, aku lalu duduk sambil ongkang-ongkang kaki menonton acara gosip di TV, beberapa kali aku mendengar teriakan dari arah dapur, bunyi piring pecah dan juga aroma gosong. Aku yakin dapur Mommy yang biasanya mengkilap kini sudah hancur centrang prenang.
"5...4...3...2...1..." aku menghitung efek pencahar yang mulai bekerja.
"Awww, mules banget" wanita itu berlari dan bertanya dimana toilet, dengan santai aku menunjuk lantai atas, dan ia langsung bergegas sambil memegang perutnya.
"5...4...3...2...1..." aku kembali menghitung
"Arghhhhh pocong!!!.... Daddyyyyyyyyyy aku nggak mau nikah!!!!" wanita itu kembali turun dan aroma tak sedap tercium dari tubuhnya.
"Kakak ipar mau kemana" teriakku.
"PERTUNANGAN DIBATALKAN!!" aku tersenyum penuh kemenangan.
"Aisha dilawan!"
****