Tarik nafas....
Buang...
Tarik nafas...
Buang...
"Tenang Aisha... marah, nangis, galau tidak akan mengubah rencana Daddy untuk menjodohkan Kak Biyan dengan wanita lain. Aku harus mencari rencana untuk membatalkan pertunangan itu, Kak Biyan terlalu memuja Daddy dan akan melakukan apapun yang diperintahkan Daddy kepadanya, hanya aku yang bisa menggagalkan rencana Daddy, ya hanya aku!" aku menyemangati diri sendiri dan mulai menyingsing lengan baju untuk memutar otak.
Aku harus bicara lagi dengan kak Biyan dan memberitahunya jika aku tidak akan menyerah mempertahankan jodohku, jodohku hanya dia sampai akhir hayatku. Aku mengambil syal yang tergantung di dalam lemari dan mengikatnya dikeningku.
"SEMANGAT!"
Aku membuka pintu kamar dan terkejut melihat kak Biyan sedang ebrdiri didepan kamarku, aku semakin mengikat erat syal yang aku pasang dikeningku.
"Kakak tenang saja, aku yang akan membuat Daddy membatalkan pertunangan itu, aku tau kakak pasti terpaksa menerima pertunangan itu, pasti Daddy mengancam kakak" bukannya menjawab pertanyaanku Kak Biyan langsung memelukku dengan erat.
"Maafin kakak Ai... maaf sudah mengecewakan kamu, please biarkan kakak memeluk kamu hari ini" suara bariton kak Biyan terdengar serak, ada nada keputusasaan dibalik suaranya, entah apa yang dilakukan Daddy sampai kak Biyan terluka seperti ini.
"Apa yang dilakukan Daddy kak" tanyaku lagi, tapi tetap saja kak Biyan diam.
"Ocean nggak lihat.. sumpah nggak lihat" kami melepaskan pelukan saat melihat Ocean lagi-lagi memergokiku memeluk kak Biyan. Ocean mengeluarkan cengirannya dan tertawa sambil mengunyah makanannya.
"Kak, sepertinya kita harus pergi cari makanan untuk menutup mulut Ocean" kak Biyan tertawa lalu mengangguk, ia memegang tanganku dan kami saling bergandengan turun bersama Ocean, tapi baru beberapa langkah kak Biyan menghentikan langkahnya.
"Ai.."
"Hmmm kenapa kak?" tanyaku, kak Biyan menunjuk kearah keningku dan dengan reflek tanganku menyentuh keningku lalu mengeluarkan cengiran saat sadar ada syal terpasang dikeningku.
"Kamu mau perang?" tanya kak Biyan. Aku langsung mengangguk dan bersandar dibahunya.
"Iya, perang melawan Daddy untuk membatalkan pertunangan kakak." balasku.
"Ai, ada kalanya kita harus memilih untuk menderita dan sedih agar bisa menyicipi sedikit kebahagiaan, jadi apapun nanti yang akan terjadi... kakak selalu mencintai kamu meski kita tidak bisa bersama" ucapan pasrah aku dengan dari mulut kak Biyan tapi aku langsung menutup telingaku seakan tidak mendengar apa perkataannya.
"Tidak kak, buat apa kita memilih menderita jika sebenarnya ada jalan untuk bahagia, aku sudah bilang perang kita melawan Daddy kulkas baru dimulai, Daddy akan sadar jika kita saling mencintai dan tidak bisa dipisahkan, Daddy pasti paham bagaimana rasanya dipisahkan dari orang yang dicintai" kataku menguatkannya.
"Kak Ai dan kak Biyan lagi drama apa sih... lama!! Aku lapar nih" suasana haru hancur seketika saat aku mendengar rengekan Ocean.
"Dasar gembil... ayo kak kita kasih makan Ocean dulu"
****
What! Wanita itu mau datang untuk makan malam bersama? Daddy benar-benar keterlaluan! tapi aku juga penasaran bagaimana rupa wanita yang akan dijodohkan Daddy, aku yang kesal sengaja membanting pintu dapur agar Daddy tau kalo aku ini sedang marah.
"Aisha, pintu itu ada salah apa sama kamu sampai dibanting seperti itu" tanya Mommy.
"Banyak! Egois banget jadi pintu, kok nggak pernah mau dengar keinginan orang" sindirku kasar sambil melihat kearah Daddy, Daddy masih sibuk dengan sarapannya, sedangkan Mommy menggaruk kepalanya yang bingung dengan ucapanku yang semakin aneh.
Aku membanting tasku keatas meja makan dan menuangkan s**u ke dalam gelas dengan beringas, ini bentuk kemarahan yang tidak bisa aku kendalikan.
"Aisha..." kak Biyan memberiku tanda agar bisa sedikit tenang, tapi bagaimana bisa tennag jika wanita itu nanti malam mau datang dan pasti ia bertingkah selayaknya pemilik kak Biyan.
"Apasih! Jangan bawel nggak tau aku lagi emosi!" bentakku yang terpancing, Daddy melihat kearahku dan kali ini aku menantangnya, tapi aku sadar dengan aku marah-marah seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah.
Tenang Aisha
Relaksssss
Jangan terpancing dan membuat Mommy dan Daddy curiga.
"Maaf Mom, Dad... Ai lagi PMS jadi emosi agak susah dikendalikan, oh iya aku dengar nanti malam ada tamu penting datang ke rumah kita, siapa Mom?" tanyaku dengan nada yang lebih lembut.
"Tanya tuh sama Daddy kamu" balas Mommy yang terlihat tidak suka dengan kedatangan wanita itu, oke Mommy sepertinya bisa aku andalkan nanti, sekarang hanya butuh sedikit info tentang wanita itu. Aku butuh nama dan setelah itu rencana baru bisa aku susun.
"Dad"
"Tunangan kakak kamu, kamu tolong bersikap sopan karena Malaika itu anak sahabat Daddy" balas Daddy.
Malaika
"Malaika? Memangnya sahabat Daddy yang mana?" tanyaku lagi.
"Malaika Nasution, kenapa kamu terlihat sangat penasaran dengan tunangan kakak kamu, kamu pasti sedang merencanakan sesuatu" tebak Daddy, aku menaikkan bahuku dan tersenyum licik. Nama wanita itu sudah aku dapatkan, sekarang tinggal mencari kelemahannya dan wanita itu mundur teratur dan membatalkan pertunangannya.
"Daddy selalu berpikiran buruk... aku hanya penasaran siapa wanita yang bakal menjadi kakak iparku, wah aku harus bersiap untuk nanti malam, Mom izinkan Ai yang menyiapkan acara makan malam nanti ya, kapan lagi Ai bisa menunjukkan kehebatan di depan calon kakak ipar, iya kan kak?" kataku kearah kak Biyan.
"Ya sudah, Mommy juga lagi nggak enak badan... hoammm mending tidur" Mommy menguap dan mengedipkan matanya, dan pergi meninggalkanku dan Daddy yang masih menatapku dengan tatapan tajamnya.
"Daddy akan pantau gerak gerik kamu Ai" Daddy meletakkan sendoknya dan meninggalkan meja makan untuk kembali kekamarnya.
"Kakak nggak boleh pulang malam ini! Malam ini akan sangat puanjanggggg, perang antara aku, Daddy dan wanita itu akan segera dimulai" kataku menggebu-gebu, Kak Biyan meletakkan sendoknya dan melihatku tajam.
"Daddy tidak akan berhenti sampai keinginannya tercapai, kamu pikir dengan membatalkan pertunangan ini Daddy akan berhenti mencarikan istri untuk kakak? tidak Ai, dia akan terus dan terus mencari, karena ini cara Daddy melindungi kedua anaknya"
"Melindungi? Ini bukan melindungi kak tapi mengekang dan menjerat leher kita, kakak tau? Andai aku tau sikap dan sifat Daddy sekeras dan egois seperti ini... lebih baik dulu aku tidak merengek meminta Daddy baru kepada Mommy... mungkin karena darah kami berbeda makanya Daddy tidak sadar apa yang dilakukannya akan menyakiti hatiku" aku tau jika Daddy bukanlah ayah kandungku, tapi selama ini aku sangat menyayanginya dibanding apapun, tapi sikap kerasnya membuatku sadar jika darah memang kental. Daddy tidak akan menyakitiku jika aku memang anak kandungnya.
"Ai..."
"Ah aku jadi sedihkan... ayo lanjutkan sarapannya kak, enak loh nasi goreng Mommy" aku mengalihkan kesedihanku dengan menyuap nasi goreng sesendok demi sesendok.
****