Bab 5

1041 Kata
Aku sengaja duduk di depan kak Biyan saat kami sarapan agar mataku puas memandang wajah tampannya, pagi ini ia terlihat sangat rapi dengan kemeja biru muda dan bulu-bulu halus yang kemarin aku lihat tumbuh kini sudah bersih,mumpung Daddy, Mommy dan Ocean belum turun dengan iseng aku menoel kakinya dengan kakiku. "Aisha..." Kak Biyan memelototkan matanya dan aku balas dengen kekehan. "Enak ya punya... ehem satu rumah, puas lihatin dari pagi, siang sampai malam," kataku memberi kode pacar dengan dehaman agar tidak ada yang mendengar, seperti yang Kak Biyan bilang semalam jika dinding di rumah ini mempunyai telinga dan aku wajib menjaga mulutku agar hubungan kami tidak tercium oleh Daddy. "Ai... kakak sudah bilang..." Aku memberi kode saat melihat Daddy dan Mommy saling bergandengan turun dari lantai atas, wajahku yang penuh senyuman langsung berubah jutek dan kesal. "Pokoknya Ai mau nyetir sendiri ke kampus, lagian kakak bisakan nebeng Daddy... kaliankan satu kantor," ujarku dengan nada super keras agar Daddy tau hubunganku dengan Kak Biyan belum membaik meski kini ia sudah kembali tinggal bersama kami, wajah kak Biyan planga plongo mendengar ocehanku, ish dasar cowok lempeng dan tidak peka, dengan tenaga ekstra aku menendang kakinya dan menunjukkan jika Daddy sedang memperhatikan kami. "Ah iya, kakak naik taksi saja," jawaban lugu keluar dari mulut kak Biyan, Mommy yang baru duduk langsung menyela perbincangan kami. "Tidak tidak... Mas boleh ya Biyan bawa mobil Aisha ke kantor, nanti Aisha turunin saja di kampusnya, lagian Aisha pasti sibuk kuliah, daripada mobilnya terparkir begitu saja mending digunakan Biyan untuk ke kantor," Mommy menunjukkan wajah mengiba kearah Daddy, oke Aisha acting kamu berhasil dan pagi ini aku bisa menghabiskan waktu berdua kak Biyan sebelum aku kuliah. "Nggak apa-apa Mom, Biyan naik taksi saja... kasihan Ai siapa tau dia mau pergi sama teman-temannya," balas kak Biyan, aku mengeram dan memberi kode dengan kakiku lagi tapi dasar tidak peka yang ada ia malah sibuk mengoles rotinya. "Hari ini kamu antar Aisha kuliah, besok Daddy siapkan mobil untuk kamu," balas Daddy sambil membuka koran paginya. Yesssss biar deh sekali ini doang aku bisa jalan pagi bersama kak Biyan, masih ada kesempatan untukku bisa berdua dengannya selama ia masih tetap berada disisiku. **** Silka membawakan jus orange pesananku, wajahku tak berhenti tersenyum mengingat bagaimana pagi tadi aku dan kak Biyan kembali berciuman sebelum ia menurunkanku di depan kampus, ah pokoknya aku makin cinta deh sama kak Biyan. "Neng Aisha ngelamunin apa ya, kok dari jauh gue lihat mulut elo itu tidak berhenti tersenyum kayak orang gila, kesambet ya?" tanya Silka, aku memegang pipiku agar rona merah yang muncul tidak terlihat jelas oleh Silka. "Iya kesambet jin grogol," balasku asal, Silka bergedik ngeri dan lari meninggalkanku sendiri di ruang kuliah, aku menyeruput jus orange pesananku dan tiba-tiba aku teringat kak Biyan sedang apa ya, aku lalu mengeluarkan ponselku dan mencari namanya di kontak w******p. Aisha : Kakak sayang. Huh 5 menit aku menunggu balasan tak kunjung datang, bahkan BBM-ku hanya di read doang Aisha : Kak, sudah makan siang? Lagi apa? bagaimana hari pertama kerjanya? Daddy galak ya? Sekretaris Kakak nggak genitkan? Aisha : Kak, kok di read doang? Aisha : Cintaaaaaaa Aisha : ping!! Sebanyak apapun aku mengirim w******p kepadanya tetap hanya di read doang tanpa ada balasan, saking kesalnya entah berapa kali aku ingin menghapusnya dari kontak  w******p-ku tapi selalu aku batalkan karena aku tidak mau dianggap labil hanya karena  w******p-ku tidak dibalas. Aisha : Mungkin kakak sibuk, ya sudah kerja yang rajin ya... dan jangan lupa gaji pertama nanti belikan aku cincin berlian 10 karat, ah iya aku izin mau jalan sama temanku... cowok sih namanya Haska Biyan : Sedang mengetik pesan Yihaaaaa umpan yang aku tebar dimakan kak Biyan Biyan : Jangan macam-macam Ai, siapa itu Haska? Kalo mau jalan nanti saja sama kakak, jam 4 kita ketemuan di mall, kakak akan belikan kamu cincin 10 karat. Aisha : Nah gitu dong... oke kak see you again, love you :* Oke  w******p-ku tidak dibalasnya lagi, tapi aku tidak peduli dan berharap jam 4 cepatlah datang, aku jadi nggak sabar mengenakan cincin 10 karat seperti yang dibilang kak Biyan, pasti cocok ditanganku... huwaaaa jangan-jangan kak Biyan berniat melamarku dan mau kami menikah, tapi aku langsung bergedik ngeri membayangkan reaksi Daddy jika tau dua anaknya berhubungan selama ini, bisa-bisa rambut panjangku dibotakin dan aku diumpetin agar tidak bisa bertemu kak Biyan lagi. "Oke hapus kata pernikahan untuk saat ini, aku belum siap berpisah dari kak Biyan," aku menghapus khayalanku dan kembali berkutat dengan diktat pelajaran. **** Aku ternganga saat kak Biyan memasangkan sebuah cincin ke jariku, senyum cerah diwajahku saat melihat kak Biyan mengeluarkan kotak kecil berwarna merah langsung sirna saat membuka kotak itu dan ternyata isinya bukan cincin bermatakan berlian tapi cincin karah yang biasa kita temukan di dalam makanan kecil. "Suka?" tanyanya. "Nggak! Katanya mau kasih cincin 10 karat, ini sih bukan 10 karat tapi cincin karatan," aku merajuk dengan mengacuhkan dirinya, Kak Biyan tertawa dan memegang tanganku. "Mungkin hari ini hanya cincin ini yang bisa kakak beri, tapi nanti apapun yang kamu mau akan kakak beri, bahkan kalo kamu mau matahari sebisa mungkin akan kakak beri untuk kamu," bukannya terharu, aku malah mencubit tangannya sampai ia teriak menahan kesakitan. "Oh mau bunuh aku! Oke fine! Sekalian saja mataharinya kakak letak didepan wajah aku biar gosong! Niat amat ya pisah sama aku! Nggak ada stock gombalan lain?" gerutuku, Kak Biyan kembali tertawa dan mencolek tanganku, tapi karena sedang ngambek aku jual mahal dan menolak bujukannya. "Ya ampun Ai, itu hanya kiasan... mana mungkin kakak meletakkan matahari didepan wajah kamu, nanti kakak nggak bisa lagi lihat wajah kamu, kalo kangen gimana?" oke kali ini aku terbuai dengan gombalannya, aduh kak Biyan ini pakai susuk apa sih pinter banget bikin aku luluh. "Tapi tetap saja aku nggak suka cincin ini kak, kakak pikir aku anak SD pakai cincin karah," rengekku, Kak Biyan kembali memegang tanganku. "Apalah arti karat dan karah jika orang yang memberinya tidak tulus dan ikhlas, ada saatnya kakak akan menyematkan cincin 10 karat di jari kamu, tapi bukan sekarang," balas kak Biyan dengan wajah serius, aku tau maksud ucapannya, jika sekali ia menyematkan cincin itu berarti hubungan kami kedepannya menjadi lebih sulit. "So sweet banget sih pacar aku, tapi aku suka kok dengan cincinnya, walau aku mencium bau bau kuaci ya, jangan bilang kakak dapat cincin ini dari bungkusan kuaci?" tebakku sambil mengendus cincin itu, kak Biyan berdeham sambil berusaha mengalihkan pembicaraan. "ASTAGA INI BENERAN DARI KUACI?, MOMMMMMMYYY KENAPA KAK BIYAN NGGAK MODAL BANGET PACARIN AKUUUUUUU." ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN