"Aku nggak apa-apa kok kak, jadi nggak usah ke dokter ya, kasihan uangnya kebuang sia-sia mending untuk kakak beli parfum Hugo Boss, entah kenapa aku lagi pengen cium aroma itu" tolakku saat kak Biyan kembali memaksaku untuk dibawa ke dokter, demam dan flu mulai sedikit berkurang hanya saja tubuhku masih lemas dan kurang bertenaga, dan anehnya kali ini aku sangat merindukan aroma parfum kak Biyan yang dulu sering aku cium. "Bandel!" gerutunya dengan keras. Aku menjulurkan tangan dan memintanya memelukku, pelukannya sudah cukup dan menjadi obat paling manjur di dunia ini. Kak Biyan mendekatiku dan mulai memelukku dengan erat dan cenderung posesif. "Kamu itu milik kakak dan akan terus menjadi milik kakak" ucapnya dengan tegas seakan itu ultimatum agar aku tidak mencoba bermain api di belak