Pagi harinya, Deema sudah siap untuk pergi bersekolah. Hari ini juga ia akan pindah ke rumah baru, dan check-out dari hotel.
Hari ini Deema akan bersekolah terlebih dahulu, dan langsung ke toko The K seperti hari-hari biasanya. Ya ... Deema harus tetap menjalankan hari-harinya seperti biasa. Tidak boleh terus mengeluh dan terlalu berlarut-larut dalam kesedihan.
Hari ini jadwalnya di sekolah padat dengan latihan pentas seni. Karena itu akan dilaksanakan lusa, datang ke sekolah hari ini pun, Deema akan menyelesaikan semua tugas-tugasnya dan hari senin nanti ia akan menghadapi ujian nasional selama 4 hari.
Tak terasa, masa SMA-nya akan selesai begitu saja. Masa-masa yang sangat-sangat berkenan di masa hidupnya, apalagi di SMA inilah, ia bertemu dengan Aiden, pangeran yang sudah menguasai hatinya.
Deema saat ini tidak memakai seragam sekolah, karena seragamnya berada di loker kelasnya kemarin. Biarlah nanti orang menatap aneh dirinya karena datang ke sekolah tidak memakai seragam.
''Dek, nanti kata Mas Aiden ada orang yang ke sini, nanti Lo sama Ibu ikut ya. Gue udah bilang kok ke Ibu.''
Ratu yang tengah memakan sarapannya pun bertanya. ''Memangnya mau kemana, Kak?''
''Ke rumah baru, nanti Gue ke sana selesai kerja di toko. Lo bantuin Ibu ya. Semua barang-barang yang ada di rumah kita dulu, udah di pindahin ke sana.''
Ratu mengangguk sambil tersenyum. ''Siap, Kak ... Kak Deema mau langsung kerja?''
Deema mengangguk, ia sedang memakai tasnya saat ini. ''Iya, Gue udah beberapa hari gak kerja.''
''Gue pergi dulu ya, Mas Aiden udah tunggu di parkiran depan. Bilang ke Ibu, Gue berangkat. Assalamualaikum, Dek ....''
''Iya, Kak ... Waalaikumsalam.''
Deema turun menggunakan lift, ia berjalan dengan cepat karena Aiden sudah menunggunya di jalan depan hotel sana.
Angin di luar cukup kencang, mendung ternyata mengisi langit saat ini. Deema lebih baik mengikat rambutnya.
Sesampainya di jalan raya depan hotel, Deema mencari-cari dimana mobil Aiden. Ia tidak menemukan mobil Aiden. Apa Aiden berganti mobil?
Tak lama, sebuah mobil berwarna merah datang menghampirinya, dan ternyata itu adalah Aiden. ''Hai ... Masuk.''
''Mas ... Ganti-ganti terus mobilnya, pantes aja aku gak kenal.'' ucap Deema dan ia pun masuk ke dalam mobil.
''Ini mobil Kak Kaila, kamu gak kenal?''
''Oh ya? Aku lupa. Kak Kaila kalau ke toko suka pakai mobil putih.''
''Mobil saya di pakai Kaila. Yauda saya juga pakai mobil dia.''
''Ya ampun, Mas ... Mobil kamukan gak cuma satu ....''
''Biarin. Bensin saya suka habis, saya juga mau ngabisin bensin dia.''
Deema tertawa mendengar itu. Bagaimana bisa Aiden bercerita dengan nada merajuk seperti anak kecil? Sungguh menggemaskan.
''Hahaha ... Mas kaya anak kecil ih ....''
Aiden tersenyum. ''Memang saya masih kecil kali.''
''Iya sih, anak terakhir itu pasti manja banget.''
''Saya gak manja. Saya kuat.''
Deema tersenyum. ''Iya, deh ... Kamu kuat kaya iron man.''
Aiden melihat wajah Deema yang tertawa tapi matanya terlihat kosong. Apalagi kantung mata Deema terlihat jelas di sana. ''Mas ngapain sih ngeliatin aku terus? Aku ada jerawatnya ya? Iya nih ... Mungkin gara-gara stress kali ya, jerawat aku jadi muncul ....''
''Mas ... Aku jelek ya?''
''Masih cantik. Tetep cantik,'' ucap Aiden.
''Jangan ngeliatin gitu terus dong ... Aku jadi gak PD.''
''Biarin suka-suka saya.''
''Mas hari ini ada jadwal ngajar?''
Aiden mengangguk. ''Saya di suruh buat jadi koordinator untuk acara pensi. Dan ... Sedang membereskan nilai-nilai mata pelajaran saya buat anak kelas dua belas.''
''Mas ... Aku jangan di remed ya ....''
''Mana ada. Kamu tetep di remedial.''
''Kok gitu sih ....''
''Iya, sayang ... Saya harus profesional. Pacaran itu di luar sekolah, kalau di dalam sekolah kita kaya musuh.''
''Bener musuh? Oke deh. Aku gak akan kenal kamu kalau di sekolah.''
''Bukan musuh maksudnya. Ya seperti hubungan guru dan murid saja.''
''Tapi aku jangan di remedial ya ... Aku gak bisa olahraga loh ....''
''Liat nanti saja.''
Deema sedikit kesal dengan jawaban Aiden. Tak lama, mereka sudah sampai di sekolah, Deema dan Aiden pun turun dari mobil.
Deema terlebih dahulu pergi ke kelasnya untuk memakai seragamnya. Ketika hendak pergi ke kelasnya, sangat disayangkan sekali, Deema bertemu dengan wali kelasnya.
''Pagi, Bu ...'' sapa Deema yang ingin mencari aman.
''Kamu kenapa tidak pakai seragam?''
''Seragam aku ada di loker. Aku pergi dulu ya, Bu ....'' sebelum wali kelasnya itu mengomel Deema terlebih dahulu berlari untuk sampai ke kelasnya.
''Deema ....''
''Ya ampun ....''
''Lo baik-baik aja kan ....''
Baru masuk ke dalam kelas, Deema sudah di sambut oleh ketiga temannya yang langsung memeluk dirinya.
''Ah ... Deema, kita turut berduka cita ya ....''
''Yang sabar ya, Lo kuat.''
''Semoga ayah Lo tenang di sana ya.''
Deema mengangguk, dan membalas pelukan ketiga temannya itu. ''Iya ... Makasih ya, Gue baik-baik aja kok.''
''Seragam Lo ada di loker.'' ucap Lola.
''Iya, Gue kemarin lupa gak bawa seragam.''
''Yauda Lo ganti dulu sana. Kita selesain tugas kita yang masih belum di kerjain.''
''Oke. Bentar ya, tungguin Gue kalau mau ngerjain tugas.''
Deema mengambil seragamnya dan pergi ke toilet untuk berganti baju.
....
Selesai mengerjakan semua tugasnya, saat ini Deema dan ketiga temannya sedang berada di kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah saling bersahutan.
Mereka sangat senang karena semua tugas mereka sudah selesai dan mereka akan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian nasional nanti.
''Mau pesen apa? Biar Gue traktir,'' ucap Celline yang sudah membawa daftar menu.
''Yeyeyyyy .... Di traktir Celline ....'' sorak Deema, Lola dan Aya.
Mereka langsung menceklis menu-menu yang ada di sana. ''Woy ... Lo gak kira-kira?''
''Syut ... Berisik, Cell ... Katanya Lo mau traktir, yauda diem aja,'' ucap Aya yang masih memegang pulpennya untuk memilih menu.
''Gue mau soto mie, enak banget pasti. Es jeruknya juga satu, sama pangsit basahnya pake daging ayam banyak banget.'' ucap Deema yang sudah mengincar menu itu.
''Ah ... Gue mau bakso super aja tuh ... Esnya ... Apa ya?''
''Cepet, keburu masuk kita.''
''Nih ... Nih ... Udah, Lo bayar dah sana.'' Aya memberikan catatan menu mereka.
Dan Celline pun pergi untuk memesan semua yang dipesan oleh teman-temannya itu.
Tak butuh waktu lama, semua makanan yang mereka pesan sudah tersedia di atas meja.
''Wuuu ... Makasih Celline cantik,'' ucap Deema yang langsung menikmati soto mienya.
''Celline yang kaya, traktir kita terus ya ... Biar makin kaya.''
''Syut ... Diem-diem gak usah puji-puji Gue, makan aja yang bener.''
''Eh ... Pak Aiden ... Sini makan bareng, Pak ... Enak loh di traktir Celline,'' ucap Lola.
Deema yang mendengar itu langsung tersedak dan meminum es jeruknya. Pak Aiden? Ngapain dia ke kantin? Mau nyari cewek-cewek cantik kah?
''Sini, Pak ...'' ajak Aya juga.
Deema pun melihat kemana teman-temannya melihat. Ah, ternyata Aiden ada di belakangnya. Bersama dengan, Avyan dan gerombolan teman-temannya.
''Sini, duduk sini, Pak ...'' ajak Lola sekali lagi.
Aiden hanya mengangguk sambil mengangkat jempolnya.
''Gaya Pak Aiden udah serasa anak SMA ya. Gabungnya sama kelompok Avyan,'' kata Lola yang mulai bergosip.
Deema tidak ingin ikut bergosip, ia takut jika tersedak dengan kuah panas ini.
''Deem, samperin dong itu doi, Lo ...''
''Doi siapa? Bukan doi Gue ....''
''Jangan pura-pura Lo ... Siapa tau doi lagi balas dendam sama Avyan, mantan pacar Lo.''
''Ngarang Lo,'' ucap Deema.
''Iya gak sih, Pak Aiden gayanya anak muda banget, mana ketawa-tawa bareng gitu lagi,'' kata Celline yang menatap lurus ke arah Aiden. Deema tidak bisa melihat Aiden, karena posisi duduknya membelakangi Aiden.
''Punggungnya aja udah cakep banget, apalagi di peluk. Pasti nyaman,'' kata Aya yang ikut berucap.
Deema yang kesal mendengar itu, ia melempar kerupuk kecil ke arah Aya. ''Mata Lo, mimpi.''
''Hahaha ....'' semuanya tertawa terbahak-bahak karena lucu melihat Deema yang sepertinya kesal.
''Deema kesel banget pasti pacarnya terus di puji-puji sama orang. Hahaha ...'' Aya tak berhenti tertawa sampai ia tersedak dengan ludah sendiri.
''Mampus, Lo.''ucap Deema yang merasa puas.
Acara makan-makan mereka telah selesai, saat ini Deema tengah berjalan menuju ruang musik untuk pemantapan latihannya hari ini. Ia hanya memiliki waktu dua jam sebelum ia pergi bekerja.
Sesampainya masuk di dalam ruang musik, Deema terkejut ternyata Aiden pun sudah hadir di sana duduk sambil menegang gitarnya. Ternyata Aiden sedang bermain gitar bersama dengan Avyan.
Deema menggaruk kepalanya, ia bingung sekali dengan konsep hidup Aiden. Mengapa Aiden selalu saja bergabung dengan kelompok Avyan? Dari mulai bermain basket, makan di kantin, hingga di ruang musik saat ini? Sungguh ... Aiden sangat sulit sekali di tebak.
''Woy ... Deem ...'' kata Avyan yang mengangkat tangannya.
Deema mengangguk dan menghampiri ke arah Avyan dan Aiden berada. Sebelum itu ia menyimpan terlebih dahulu tasnya di sebuah rak.
Aiden dengan santai terus memetik gitarnya tanpa nada yang pas. Bos seperti Aiden yang memiliki perusahaan besar, bisa-bisanya di siang bolong seperti ini malah santai bermain gitar?
Ah sudahlah ... Deema tidak bisa berbicara apa-apa lagi.
''Vyan ... Langsung aja, Gue mau ada perlu.''
''Latihan dulu aja santai,'' jawab Aiden.
''Bukan ke Bapak,'' kata Deema.
Aiden menahan senyumnya. Ia bisa melihat wajah Deema yang terlihat kesal. Mungkin karena ulah Aiden yang Aiden sengajakan.