Deema dan Aiden kini sedang berada di dalam mobil, mereka sedang berada di perjalanan menuju toko kue The K. Sudah lebih dari 3 hari, Deema tidak bekerja, membuatnya merasa tidak enak kepada karyawan lainnya.
Deema sedari tadi terus diam, ia tidak ingin mengajak Aiden mengobrol sebab Deema masih kesal dengan Aiden. Sangat-sangat kesal.
Aiden yang tidak peka itu, ia pun tidak mengajak Deema berbicara. Ia hanya fokus menyetir tanpa mengobrol satu patah kata pun.
Entah ... Mereka berdua tengah terkena sindrom apa, sehingga saling diam seperti itu.
Deema yang sedikit kesal, lebih baik membuka ponselnya untuk menonton sesuatu di sana. Baru saja Deema membuka pola ponselnya, Aiden langsung merebut ponsel Deema. ''Gak sopan main hp ada saya.''
''Apasi, Mas ... Balikin gak. Gak jelas kamu,'' ucap Deema yang masih kesal.
''Enggak.''
''Yauda.''
Deema melipat tangannya dan mengalihkan perhatiannya untuk melihat ke arah luar jendela. Mengapa Aiden menjadi sangat menyebalkan hari ini. Tidak di sekolah, tidak di luar sekolah.
''Ada saya, buat apa main hp?''
''Hmm ...'' gumam Deema.
''Kenapa? Bete terus,'' ucap Aiden yang lebih mengalah untuk bertanya kepada Deema.
''Entah ....''
''Lagi datang bulan?'' Aiden memberanikan berbicara seperti itu, karena katanya jika perempuan sedang datang bulan, moodnya pasti tidak jelas. Sama seperti Deema ini, apa ... Kekasihnya itu sedang datang bulan?
''Sayang, kalau saya tanya itu di jawab.''
''Apasi, Mas ... Gak usah ajak aku ngobrol.'' Deema masih jual mahal.
''Kalau di ajak belanja mau?'' mendengar itu, dengan sekuat tenaga Deema menahan tawanya, mengapa imannya cepat sekali tergoda oleh hal sepele seperti ini?
''Mau? Kita pergi belanja kalau gitu. Enggak perlu pergi ke toko.''
''Eh ... Jangan. Aku mau kerja, jangan rusak mood aku deh, Mas ....''
''Ya terus kamu kenapa? Marah-marah terus sama saya.''
''Siapa yang marah-marah? Aku gak marah-marah sama kamu.''
Aiden melihat sebentar ke arah Deema, sebelum akhirnya ia kembali fokus untuk menyetir. ''Dari tadi kamu diemin saya.''
''Habisnya aku kesel sama kamu.''
''Kesel? Kesel kenapa?''
''Kamu, pikir aja sendiri.''
''Oke, saya pikirin.''
Deema semakin kesal mendengar Aiden yang menjawab ucapannya seperti itu. Apa ia tidak tahu jenis-jenis kode perempuan? Apa Aiden tidak tahu cara untuk membujuk perempuan? Ah ... Aiden sungguh menyebalkan.
''Mas ...'' rengek Deema, ia tidak ingin hatinya terus kesal seperti ini.
''Hm? Bentar saya masih mikir.''
''Aish ... Mas ...'' rengek Deema lagi.
Aiden yang tidak tega, memilih mengalah untuk tidak membercandakan Deema. Tangan kanan Aiden, ia gunakan untuk menyetir, dan tangan kirinya ia gunakan untuk memegang tangan kanan Deema.
''Kenapa, sayang? Jangan diem terus, saya gak tau dimana salah saya.''
Mendengar itu, seketika hati Deema langsung meleleh. Aiden paling bisa membuat dirinya bergemetar. Deema yang tadinya cemberut, menjadi tersenyum.
''Kamu kenapa sih, tadi di kantin harus banget gabung sama gengnya Avyan? Perasaan kamu gak suka deh sama anak itu.''
''Saya? Kamu kesal gara-gara itu.''
''Jelas kesellah, Mas ... Kamu ngapain makan di kantin? Mau di liatin cewek-cewek, gitu? Mau tebar pesona? Aku kesel tau gak kalau kamu di omongin sama cewek-cewek.''
Aiden sedikit tersenyum, ternyata Deema kesal karena hal itu. ''Memangnya kenapa kalau saya gabung sama gengnya Avyan? Avyan-kan mantan kamu. Kamu gak suka?''
''A--eng ... Bukan itu maksudnya, aku gak suka kamu gabung sama mereka, dan aku gak suka kamu diliatin sama cewek-cewek. Ngerti, Mas?''
Aiden mengangguk. ''Ngerti ... Tapi, saya ngerasa keren loh kalau gabung sama anak SMA.''
Deema mengacak rambutnya kesal. Hatinya yang sudah terbang tinggi tadi, harus kembali runtuh karena Aiden berbicara seperti itu. ''Iya, kamu ganteng, Mas ... Kamu hampir sama kaya anak SMA. Tapi ... Tapi gak gitu juga, Mas ....''
''Saya cuma nongkrong sebentar kok sambil makan siomay, enak banget lagi siomaynya.''
Apa Aiden tidak mengerti maksud ucapannya sedari tadi? Harus sejelas apa Deema menjabarkan semuanya? Ingin rasanya Deema mencakar-cakar wajah Aiden yang tampan itu.
''Iya. Terserah.'' ucap Deema yang menyerah berbicara dengan Aiden dan memilih untuk bersandar dengan pasrah.
''Hahaha ... Kesel ya? Maaf, sayang ... Tadi saya lagi di kantor dan diajak gengnya Avyan, yauda saya ikut. Dari pada makan di kantor sama guru-guru senior, mereka jokesnya tua banget. Mending gabung sama anak muda, jadi saya bisa belajar, dan menyeimbanginya sama kamu nanti. Dan ... Saya juga merhatiin kamu di kantin.''
Deema melirik sebentar ke arah Aiden. ''Bener? Gak ada maksud lain?''
''Maksud lain gimana? ''
''Kamu gak liatin cewek lainkan? Aku liat loh, kamu ketawa-tawa sama gengnya Avyan, dan semua cewek yang ada di kantin tadi, ngeliatin kamu. Nyebelin!''
''Oh ya? Saya gak tau kalau ada yang liatin saya. Tapi kamu harus percaya, saya gak ada niatan lain.''
Deema mengangguk. ''Eh ... Mas boleh kok kalau mau gabung sama gengnya Avyan.''
''Kalau mereka ngajak nongkrong saya di kafe?''
Deema membentuk kepalan di tangannya. ''Nih, mau ini?'' tanya Deema sambil menunjukan kepalan tangannya.
Aiden yang melihat itu tertawa terbahak-bahak. ''Iya, sayang ... Enggak.''
Tak lama mereka akhirnya sampai di depan toko The K. ''Aku turun dulu ya, Mas. Kamu gak usah jemput, aku udah tau kalau pulang naik angkot apa.''
Aiden menggeleng. ''Kalau saya belum jemput jangan dulu pulang ya?''
''Hmm ... Iya, Mas. Kamu mau ke kantor? '' tanya Deema.
Aiden mengangguk. ''Iya, pekerjaan saya sudah menumpuk.''
''Mas jangan lupa makan ya. Aku masuk dulu, bye ....''
''Iya, hati-hati ya ....''
Deema mengangguk, ia mencium tangan Aiden lalu turun dari mobil dan masuk ke dalam toko The K.
....
Sesampainya di dalam toko, Deema sudah di sambut dengan pelukan hangat dari Kaila. Kaila sengaja menunggu Deema di lantai bawah sebab Aiden bilang, Deema akan kembali bekerja hari ini.
''Deema ... Aku turut berduka cita ... Kamu kuat ya, yang sabar ....''
Deema tersenyum dan membalas pelukan Kaila. ''Iya, Kak terimakasih ... Maaf ya aku gak masuk kerja beberapa hari ini.''
''Enggak apa-apa. Aku ngerti banget, maaf ya kemarin aku gak bisa datang ke pemakaman ayah kamu. Kata Aiden di sana udah baik-baik aja, dan kamu juga baik-baik aja.''
''Iya, Kak. Aku baik-baik aja kok, Kak Kaila gak perlu capek-capek untuk pergi ke sana.''
''Kamu udah bisa kerja hari ini? Kalau capek enggak usah, mending pulang saja.''
''Aku sudah kuat, Kak. Aku baik-baik aja, Kak Kaila tenang saja.''
Kaila tersenyum dan memegang tangan Deema. ''Benar? Kamu baik-baik aja?''
Deema mengangguk. ''Yasudah ... Mending kamu hias kue seperti biasa di atas aja ya ... Hiasan kue sudah menumpuk gak ada kamu di toko.''
''Hehehe ... Pesanan pasti banyak banget ya, Kak?''
''Iya, Alhamdullah banyak banget.''
Tak lama, ada Nomi dan Arin turun dari lantai atas, dan mereka pun langsung memeluk Deema. ''Deema ... Aku turut berduka cita ....''
''Iya, Kak Deema, yang sabar ya ... Kakak kuat ....''
Deema mengangguk sambil membalas pelukan mereka. ''Iya, makasih ya, Mbak Nomi, Arin ....''
Mas Riki dan Galang pun ada di sana, mereka juga mengucapkan hal yang sama untuk Deema. Deema merasa sangat nyaman dikelilingi oleh orang-orang baik seperti mereka.
Saat ini, Deema sudah berganti baju dan memakai celemeknya, juga memakai sarung tangan untuk langsung memulai pekerjaannya.
Dari tadi, Deema perhatikan Kaila terus mengikuti kemana Deema pergi. Seperti sedang mengintai Deema diam-diam. Walaupun seperti itu, Deema merasa baik-baik saja, karena itu adalah Kaila, yang memerhatikannya. Sudah di bilang, Demma sudah sangat dekat dengan Kaila ini.
''Sudah makan, Deema?'' tanya Kaila.
''Ah, sudah Kak ... Kak Kaila sudah makan?'' Deema balik bertanya.
''Emm ... Aku lupa sudah makan atau belum.''
''Loh, kok bisa, Kak?''
Kaila sedikit tertawa. ''Habisnya aku gak bisa makan, gak liat kamu tiga hari.''
Deema yang mendengar itu melihat ke arah Kaila dan tertawa. ''Ya ampun, Kak ... Gak mungkin banget. Hahaha ....''
''Tapi bener kok, Deema ... Aku kepikiran kamu terus.''
''Oh iya, Aiden cerita kalau dia pernah makan ketoprak yang lagi viral itu loh, yang kemarin kalian makan,'' ucap Kaila.
''Oh ... Iya itu, Kak. Enak banget, Mas Aiden juga suka.''
''Oh ya? Aku jadi mau ... Aku kepikiran itu, jadi pengen deh ....''
''Beli, aja Kak. Suruh Mas Riki, dia udah langganan di sana jadi gak perlu ngantri.''
''Riki sudah langganan?'' tanya Kaila.
Deema mengangguk. ''Iya, Kak. Mas Riki hampir setiap hari ke sana. Ketoprak itu memang bener-bener enak, terus porsinya jumbo dan harganya terjangkau.''
''Deema ... Aku jadi ngiler loh ... Oke deh aku kebawah dulu mau suruh Riki buat beli ketoprak yang enak banget katanya.''
Kaila pun bergegas untuk turun ke bawah. Deema tersenyum melihat Kaila yang sangat lucu. Teringat akan Aiden, mungkin jika Aiden tidak kaku, ia akan sebawel Kaila.
Deema kembali melanjutkan pekerjaannya untuk menghias kue. Tema kue hari ini yang banyak di hias adalah galaksi. Perpaduan warna antara ungu, pink, biru dan sedikit oranye, Deema suka dengan perpaduan warna ini.
Tidak hanya itu, Deema juga membuat warna lain dari beberapa warna di atas. Hiasannya pun ia ganti-ganti, ada yang memakai bunga, memakai mutiara, tulisan sederhana dan lainnya.
Deema selesai dengan tiga kue berukuran besar. Ia pun terlebih dahulu jalan menuju lemari pendingin untuk memasukan kue itu.
Selanjutnya ia akan membuat bolu gulung dan cup cake. Pesanan itu di buat untuk di kirim esok pagi-pagi sekali. Apalagi katanya cup cake yang di pesan lebih dari 50 box. Sepertinya Deema akan sibuk menghias cup cake lagi. Apalagi di dalam ruangan pembuat kue di sana, masih banyak sekali adonan cup cake yang tengah di buat.
Melihat dirinya bisa menghias kue lagi, Deema sangat bersyukur. Ia bisa kembali menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Tentang ayahnya yang pergi kemarin, ia hanya bisa mendoakan. Dan semoga ayahnya selalu tenang di sana.
''Andai ayah kemarin gak pergi dari rumah, mungkin Deema udah bantu ayah buat cari kerja ....''
''Ah ... Salah Deema juga yang kemarin bicara kasar kepada ayah ... Maafkan Deema, ya ... Deema enggak tau ternyata sesakit ini kehilangan ayah.''
''Kami akan hidup dengan baik di sini, Yah ... Ayah gak perlu khawatir. ''
Deema tersenyum mengakhiri gumamnya.