''Aish ... Kenapa telponnya enggak diangkat sama sekali sih? Ini gimana jadinya? Gue lanjutin atau gimana?''
''Tapi kok, serem gini ya? Kenapa gak ada orang sama sekali masalahnya ....''
Deema melihat sekitarnya, ia kembali memastikan jika daerah ini tidak ada orang sama sekali. Hanya ada mobil yang terparkir di depan ruko ini, dan ... Jalanan yang sesekali dilewati oleh pengendara.
''Kalau gak Gue ambil, bisa kena omel Kak Kaila ini. Lagipun Gue gak enak sama Kak Kaila. Haduh ... Ini gimana? ''
Deema sudah memikirkan hal-hal buruk yang akan terjadinya. Bagaimana jika ia akan berakhir seperti difilm-film? Di culik di tempat seperti ini, dan dibunuh di jurang-jurang? Ahh ... Tidak-tidak. Semestinya Deema tidak perlu memikirkan hal seperti itu di suasana yang tengah genting seperti ini.
''Mas Aiden gak angkat telpon ... Kak Kaila gak angkat telpon. Terus Gue harus gimana ....''
Deema mengacak rambutnya. Ia hanya takut jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Jika di tempat ini banyak orang, ia pun berani untuk masuk ke dalam sana. Tapi ... Di sini tidak ada orang sama sekali.
Deema membereskan rambutnya dengan benar, ia kembali menguncir rambutnya. ''Huft ... Gue niat mau bantu Kak Kaila ... Kalaupun terjadi sesuatu, Kak Kaila pasti cari Gue kesini.''
Deema menarik dan membuang napasnya beberapa kali, sebelum ia mengetuk pintu ruko sebanyak 9 kali, sesuai dengan perintah yang ada di tulisan itu.
Ia berjalan ke arah pinti ruko dengan ragu. ''Bismillah ... Bismillah ... Gue masih muda ... Masih mau nikah sama Mas Aiden ...'' gumam Deema.
Nyalinya kembali menciut ketika ia teringat, jika Deema seseorang yang takut akan hantu. ''Ini gak angkerkan? Aish ... Kenapa Gue jadi lemah gini sih.''
Deema menggelengkan kepalanya beberapa kali. ''Enggak, enggak boleh takut.''
Deema mulai mengetuk pintu itu.
''Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan.''
Deema langsung menutup matanya, disaat pintu yang ia ketuk itu, tiba-tiba terbuka begitu saja. Deema memundurkan langkahnya, ini benar-benar seperti film-film horor yang pernah ia tonton.
Deema membuka satu matanya disaat tidak ada reaksi apapun yang ia terima. ''Lebay banget sih, Deem ....''
Dengan nyalinya yang sangat tinggi, Deema masuk ke dalam ruangan itu. Untung saja ruangan ini terang. ''Halo? Assalamualaikum ....'' Deema terkejut karena suaranya menggema di sini.
''Pak ... Bapak ruko ...''panggil Deema.
''Pak, saya mau ambil barang Kak Kaila. Bapak ruko ....''
Deema berjalan pelan-pelan sambil melihat di sekitarnya. ''Kok sepi, terus ... Yang tadi bukain pintu siapa?''
Ketika Deema melihat ke arah pintu tadi, seketika pintu itu tertutup begitu saja. Padahal tidak ada siapa-siapa di sini selain dirinya.
''Hah! Woy! Gak lucu asli,'' kata Deema sedikit berteriak.
''G--gue harus telpon kak Kaila.'' Dengan gemetar hebat di tangannya, Deema mencari nomer Kaila dan kembali menghubungi nomer Kaila. Tapi, tetap saja, Kaila tidak menjawab panggilannya.
''Ah, nomer Mbak Nomi.'' katanya yang teringat jika Nomi masih sedang berada di toko.
''Aish ... semua orang pada kemana sih?''
''Pak ... Pak ruko ... Tolong dong, gak lucu banget ini, asli.'' kata Deema kembali memberanikan diri.
Deema dapat melihat, lampu yang ada di ruangan ini, redup seketika, dan digantikan oleh cahaya lilin yang dibawa oleh tiga mobil remot yang berjalan ke arahnya.
''E--eh ... Ini kenapa an-jir. Gue enggak lagi ke kandang pisi-kopatkan? Aish ... Gak lucu banget ini asli.''
Air mata Deema sudah turun begitu saja. ''Hiks ... Gimana kalau Gue di bunuh psikopat .... Hiks ....''
''Hiks ... Pak ruko ... Saya cuma mau ambil barang Kak Kaila loh ... Bukan mau menyerahkan diri. Hiks ....''
Tak lama, datang satu mobil remot dari arah ruangan yang sangat gelap. Mobil itu membawa satu tangkai mawar berwarna merah dan sebuah tulisan 'ikuti aku, kak'
''Please ... Ini ada mobil remot, berarti ada orang di sini. Hiks ... Tolong dong ... Jangan kaya gini ....''
''Hiks ... Hiks ....''
Deema tidak ingin terus berada di sini, ia mengambil bunga mawar dan tulisan itu. ''Ini gak lucu ya, Pak ruko. Saya bukan lagi ikutan fish game ....''
Mobil remot yang membawa lilin-lilin itu perlahan berjalan ke sebuah tempat yang sangat gelap. ''Hiks ... Kalau gak Gue ikutin, nanti Gue sendiri di sini. Tapi ... Kalau Gue ikutin, nanti Gue di cekik gimana? Hiks ... Mas Aiden tolong ....''
Sambil menangis tersedu-sedu, Deema mengikuti kemana keempat mobil remot itu pergi, sampai ... Ia berada di sebuah jalan yang lantainya di penuhi oleh kelopak bunga mawar berwarna merah, putih dan merah muda.
''Ini apaan sih, Gue enggak minta sesajen loh ... Gue cuma mau ambil barang Kak Kaila aja. Hiks ... Hiks ....''
Tangis Deema mereda disaat keempat mobil itu membawanya keluar dari tempat ini. Di belakang ruko ini ternyata ada sebuah taman yang sangat indah, dan ... Satu buah kotak kado yang sangat-sangat besar. Ia tahu itu kotak kado karena kotak besar itu di hias oleh sebuah pita.
Deema masih belum mengerti arti dari semua ini. Ia berhenti, untuk memperhatikan sekitarnya. Tetap saja, di sini tidak ada orang lain selain dirinya. Lalu, siapa yang mengendalikan keempat mobil remot ini.
''Hiks ... Pak ruko, udah dong. Ini gak asik banget hiks ....''
''Kenapa masih banyak mawar kaya gini. Saya bukan mbak kunti loh, Pak ....''
Deema mencoba menghibur dirinya sendiri dengan berbicara hal-hal konyol seperti itu.
''Ini kenapa mobil remotnya masih ada?''
''Saya enggak lagi ulang tahun loh, jangan ngeprank saya lah ... Pak ruko. Saya takut asli.''
Sebuah mobil remot yang lumayan besar, kini datang menghampiri Deema, dan membawa sebuah gunting yang dihias oleh pita.
''Ini gimana konsepnya sih? 'Ambil saya?''' Deema membaca sebuah kertas yang tertempel di gunting itu.
''Ini Gue harus bunuh diri sendiri apa gimana? Hiks ...''
Deema pun melihat ada sebuah mobil remot yang datang dan membawa tulisan 'gunting pita di kotak besar'
''Gue bukan gubernur, masa disuruh gunting pita?'' Deema merengek sendiri. Air matanya kini perlahan surut, ia masih memiliki sedikit ketenangan saat ini.
''Kak Kaila ... Aku gak mau lagi kalau Kakak suruh. Aku takut,'' gumam Deema berharap Kaila mendengar ucapannya itu.
Lagi, lagi, disaat Deema terdiam lama, mobil remot yang membawa gunting itu, berjalan mendekat ke arah kotak raksasa itu.
Mau tak mau, Deema pun mendekat ke arah kotak itu. ''Ini yakin, Gue yang gunting? '' tanya Deema lagi.
''Bismillah ....''
Deema mulai mengambil gunting itu, jika ia tidak selesaikan hal ini sekarang juga, akan makin lama ia terdiam di sini. Dengan susah payah, Deema menggunting pita jumbo itu dengan beberapa kali guntingan. Ketika kotak itu terbuka, Deema sangat terkejut, karena ada banyak sekali balon-balon berwarna pink yang beterbangan.
Ketika kotak itu terbuka sepenuhnya, Deema semakin terkejut karena melihat isi kotak besar itu adalah sebuah mobil mewah berwarna merah, dan tak lama, ada orang yang merangkul Deema dari belakang.
''Aaaa!''
''Sayang ... sayang ... Saya manusia, bukan psikopat,'' kata Aiden yang langsung tertawa di depan Deema.
Deema terdiam sebentar, semua alur cerita ini masih belum sampai di otaknya. Ketika ia sudah melihat Aiden dihadapannya, Deema pun langsung memeluk Aiden dengan sangat erat. ''Mas .... Jahat banget sih, hiks ....''
''Loh, kok nangis lagi? Malu dong diliatin mereka.'' Deema semakin memeluk Aiden dengan sangat kuat, saat ini ia sudah tau tujuan Aiden adalah memberikan dirinya hadiah.
''Udah ya ... Liat dong, kamu suka gak?'' Aiden membantu Deema mengusap air matanya.
Aiden pun membalikkan tubuh Deema untuk menghadap ke arah mobil mewah berwarna merah itu.
''Suka? Atau mau saya ganti?''
Deema menggeleng. ''No ... Aku suka ... Terimakasih ....''
Aiden mengangguk, ia mengatakan sesuatu kepada Zaffran untuk membawa sebuah kunci mobil yang akan ia hadiahi kepada Deema.
Zaffran membawakan kunci mobil mewah itu. ''Nih, coba di buka.'' kata Aiden yang memberikan Deema kuncinya.
''Aku gak tau gimana cara bukanya.''
''Ini, sayang. Di pencet.''
Aiden mengajak Deema berjalan mendekat ke arah mobil itu. Ia pun membuka pintu mobil, dan mempersilahkan Deema untuk masuk.
''Mas, aku kemarin cuma bercanda loh ....''
Aiden menggeleng. ''Enggak ada kata bercanda di mata saya.''
''T--tapi, aku keliatan matre banget gak sih, Mas?''
''No, gak ada cewek yang matre, sayang .....''
Deema memegang stir mobil mewah ini. ''Terimakasih, banyak Mas Aiden. Takut banget ya kalau aku dibeliin mobil sama Avyan?''
Dengan lucu, Aiden mengangguk. ''Iya, makanya saya beli mobil ini yang terbaru. Biar kamu gak diambil orang.''
''Aish ... Mas .... Aku kira lagi di lamar loh, habisnya pakai bunga mawar segala.''
''Lamar? Harus lebih indah dari ini.''
Deema kembali memeluk Aiden. ''Tapi, Mas ... Aku gak bisa nyetirnya ....''
Aiden mengusap kepala Deema. ''Saya ajarkan nanti ya.''
''Iya, Mas.''
''Inget ya ... Gak boleh ada laki-laki lain yang beliin kamu barang mewah seperti ini.''
Sambil menahan tawanya, Deema pun mengangguk. ''I--iya, Mas, sayang .....''