Hari demi hari sudah berlalu. Deema akhirnya sudah selesai melaksanan ujian nasionalnya. Tepat hari ini, Deema berhasil menyelesaikan ujian nasionalnya itu, walaupun ia juga tidak tahu berapa nilai yang akan ia dapat nanti.
Berusaha sudah, doa pun selalu Deema panjatkan. Untuk hasilnya nanti, semoga saja sesuai harapan Deema.
Saat ini, kelas 12 IPA ataupun IPS sedang berkumpul di aula, katanya akan ada pengumuman penting kali ini. Deema yang otaknya masih belum move on dengan soal bahasa inggris tadi, ia hanya melamun sambil bersandar di tembok, menunggu pengumuman yang akan disampaikan.
''Lo kenapa sih? Kesurupan apa gimana? Orang udah selesai ujian nasional itu, seneng, happy ... Kok, Lo malah diem gini sih. Kek ayam sakit tau gak,'' protes Aya yang melihat Deema terus saja diam.
''Iya nih, Deema kenapa ya? Semenjak keluar dari ruangan tadi tuh, tatapannya kosong. Kaya orang kehilangan uang seratus juta,'' tambah Celline.
''Gue nyesel banget,'' gumam Deema.
''Lo nyesel kenapa?'' tanya Lola.
''Gue ngisi soal bahasa Inggris nyontek ke si Kamal. Seharusnya Gue tau, kalau soal bahasa Inggris Gue, sama dia itu beda,'' ucap Deema dengan lemas.
Aya, Celline menepuk jidat mereka masing-masing. Sedangkan Lola, ia hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
''Lo gak bisa mikir, atau gimana sih, kok bisa? Kalau nilai Inggris Lo, nol gimana?'' tanya Celline yang juga ikut khawatir.
Deema mengangkat pundaknya dengan pasrah. ''Dahlah ... Rasanya Gue pengen tidur lima abad.''
''Mati dong, Deem,'' kata Lola.
''Lagian kenapa Lo nyontek sih .....''
''Ya Gue gak tau bahasa Inggris, Aya ... Pelajarannya aja Gue molor.''
''Pasrah aja udah. Udah terjadi.''
Celline menepuk pundak ketiga temannya bergantian. ''Udah ... Jangan disesali. Gue juga gak bisa bahasa Inggris dan its okay ... Semuanya akan baik-baik aja.''
Deema dan Aya mendorong pundak Celline. ''Mata Lo baik-baik aja. Gue gemeter ini keinget dari tadi,'' kata Deema.
''Salah satunya pasti ada yang bener kok ... Udah ... Yang udah terjadi biarlah. Sekarang yang penting kita udah menyelesaikan semua rangkaian kehidupan kita di dunia SMA ini.''
''Lagu Lo kehidupan-kehidupan ...'' protes Aya.
''Hahaha ... serius banget sih. Kek Gue dong enjoy ... Mau salah mau bener, Gue menikmati.'' Kini Lola berbicara.
''Iya-iya, Gue akan ikhlas dengan sepenuh hati.'' ucap Deema.
Suara tes mic berbunyi, semua perhatian melihat ke depan. Dimana Aiden dan seorang guru bimbingan konseling sedang berada di depan aula.
''Wah ... Pak Aiden bisa aja milihnya bu guru yang bening-bening, '' ucap Lola.
Membuat Deema yang bersandar itu langsung bangun dan melihat ke arah depan. Benar saja, Aiden sedang berada di depan aula dan memegang mic-nya.
''Huh ... Huh ... Jangan panas-jangan panas,'' kata Celline sambil mengipasi badan Deema dengan kedua tangannya.
Deema menatap datar ke arah Aiden yang sedang mengobrol dengan sangat dekat, kepada guri bimbingan konseling itu. ''Tahan Deema, tahan Deema. Ini gak bisa dibiarin,'' kata Celline yang memegang tangan Deema.
''Wah ... Pak Aiden bener-bener ya. Harus di kasih paham, La,'' ucap Aya yang berbicara dengan Aya.
''Syut. Udah diem, Gue lagi males ngomong. '' ucap Deema disaat suara Aiden menginterupsi mereka semua.
Deema kira, selesai ujian nasional, Deema bisa senang dan bebas. Ternyata ... Ketika keluar ruangan tadi, ia menemukan fakta, bahwa ia salah mencontek dan ... sekarang ia melihat Aiden dengan guru bimbingan konseling?
Arghh ... Ingin rasanya Deema mengacak-acak aula ini dengan bom yang akan ia rakit sendiri. Tapi, Deema baru teringat ia tidak bisa membuat bom.
Deema mendengar Aiden membuka acara ini, bahkan sekali ia mengucapkan kata salam, seluruh penghuni yang ada di aula ini menjawab salam Aiden dengan penuh semangat. Apalagi kaum hawa yang haus akan kecoganan.
Lagi-lagi Deema sangat kesal mendengar itu. Deema ingin sekali mengumumkan ke semua orang bahwa Aiden adalah kekasihnya, miliknya! Dan tidak ada yang boleh mengagumi Aiden selain dirinya. Tapi ... Sepertinya itu tidak akan bisa.
''Apa kabar semuanya? ''
''Baik, Pak ....'' jawab semuanya dengan suara yang sangat kencang.
Deema yang gemas, ia menutup mulut Lola, temannya sendiri, yang Deema ketahui, Lola adalah seorang siswi sekaligus temannya yang juga mengagumi Aiden secara terang-terangan.
''Lo bisa gak jawabnya gak usah centil kaya gitu?'' tanya Deema dengan wajah garangnya.
''Ih, biarin kali. Sirik aja Lo.'' jawab Lola yang kembali senyum-senyum disaat melihat Aiden yang sedang berbicara di depan.
''Selamat untuk kepada semua siswa kelas dua belas yang sudah melaksanan ujian nasional yang berakhir hari ini. Semoga harapan dan doa kalian bisa menjadi kenyataan disaat menerima hasilnya nanti.''
''Aminn ....''
''Amin ... Bapak ganteng ....''
''Eh, sekali lagi Lo ngomong apa?'' tanya Deema kepada Lola.
Celline dan Aya hanya bisa tertawa terbahak-bahak melihat Deema yang selalu kesal dengan Lola, dan Lola si anak yang suka membuat orang lain kesal.
''Syut ... Deema, kok marahin Gue terus sih. Yang lain juga pada ngomong kaya gitu kok ...'' kata Lola yang membela dirinya.
Deema yang mengerti itu hanya sebuah candaan ia pun memilih untuk kembali memperhatikan Aiden yang sedang bicara di depan itu.
''Hari ini kita akan membahas tentang study tour .....''
Belum selesai Aiden menyelesaikan ucapannya, semua orang sudah heboh dengan adanya kabar study tour itu. Apalagi Celline yang memeluk ketiga temannya, karena di sini, ia yang paling senang.
''Ih ... Ih ... Peluk-peluk aja. Udah dong ....'' kata Deema sambil memukul lengan Celline.
''Yes ... Kita jalan-jalan guys ....'' ucap Celline yang sangat senang.
''Semuanya dengarkan dulu Pak Aiden ...'' ucap guru konseling itu.
''Ih amit-amit, ''gumam Deema, yang sangat kesal melihat guru itu selalu dekat-dekat dengan Aiden. Padahal aula sangat luas, kenapa ibu guru itu harus dekat-dekat dengan Aiden?
''Darah tinggi Lo, lama kelamaan. Marah-marah terus,'' protes Aya.
''Lo liat aja itu bu konseling, mepet Pak Aiden banget. Gimana ceweknya gak marah-marah dari tadi,'' jawab Celline.
Memang hanya Celline, satu-satunya orang yang mengerti Deema.
''Tapi bener juga sih, Pak Aiden ganteng banget hari ini. Gue juga terpesona,'' ucap Celline yang kembali melanjutkan ucapannya.
Ah, Deema tarik kata-katanya tadi. Mereka semua memang tidak peduli dengan dirinya. Sudahlah, Deema harus mengikhlaskan dan juga harus memberi orang lain kesempatan untuk mengagumi Aiden. Sudah menjadi resikonya juga, karena berpacaran dengan laki-laki tampan.
''Sudah ... Sudah ... Dengarkan semuanya. Sekolah menyarankan beberapa destinasi yang dapat kita kunjungi. Pertama, ada Bali, Lombok dan Aceh.''
Semua orang kembali berbicara. Padahal Aiden belum menyelesaikan ucapannya. ''Guys ... Dengarkan terlebih dahulu.''
Sebelum berbicara, Aiden memastikan semuanya diam dan tenang, baru ia melanjutkan ucapannya. ''Saat ini, silahkan kalian keluarkan kertas kecil, dan pilih salah satu tempat yang sudah saya sebutkan nanti. Waktunya satu menit, silahkan dimulai dari sekarang.''
''Eh, kemana nih?'' tanya Deema.
''Lombok aja, Gue belum pernah. Kalau Bali sering,'' ucap Celline.
''Bali aja deh ... Sekalian kita hunting bule,'' kata Lola.
''Kenapa gak ke Aceh aja. Perjalanannya pasti seru,'' kata Aya.
''Syut ... Pilh mau kalian masing-masing, jangan banyak berbicara,'' ucap seseorang yang ternyata Aiden sudah ada di hadapan mereka.
Deema yang sudah tau suara siapa itu, ia tidak melihat ke arah Aiden dan hanya fokus menulis tempat yang ia mau.
''Deem, Pak Aiden nyamperin Lo tadi,'' kata Celline.
''Biarin. Gak peduli.''
''Ah ... Kalau gitu buat Gue aja ya, Deem.''
Deema melotot ke arah Lola. ''Gue cekek,'' kata Deema sambil berekspresi dengan garang.
''Hahaha ...'' Celline dan Aya hanya tertawa.
''Lo milih apa?'' tanya Aya kepada Deema.
''Gue pilih Bali. Kalau Lombok terlalu jauh.''
''Ah ... Gue juga deh ...'' kata Aya.
Semua hasil suara mereka dikumpulkan menjadi satu ke sebuah tempat, dan perhitungan pun langsung di laksanakan.
Butuh waktu 30 menit, untuk menyelesaikan diskusi mereka. Saat ini, guru yang lain berdatangan dan mulai berembug untuk biaya perjalanan wisata kali ini.
''Semuanya, harap di perhatikan.''
Suara Aiden kembali terdengar. Para siswi yang tadinya mengantuk, kini menjadi kembali bersinar.
''Ini hasil dari vote tempat study tour kita.''
''Bali lima puluh lima persen, Lombok tiga puluh persen, dan Aceh lima belas persen. Seperti kesepakatan kita bersama, kita akan memilih perjalanan kita tahun ini untuk pergi ke ... Bali ....''
''Yeyyyyy ....''
''Jalan-jalan ....''
''Yeyyyy ....''
''Tenang ... semuanya tenang. Perjalanan kita kali ini bukan hanya semata-mata berlibur saja. Tapi ... Untuk menjalankan tugas akhir. Dapat dipahami? ''
''Bisa, Pak ....''
''Oke. Untuk rincian biaya, wali kelas kalian masing-masing akan mengabarkannya di grup w******p kelas.''
''Terimakasih, silahkan pulang dengan tertib.''
Celline menahan Deema dan Aya yang hendak keluar. ''Biarin dulu mereka yang keluar, nanti ke dorong-dorong,'' kata Celline.
Deema pun mengangguk.
''Akhirnya kita ke Bali ... Bisa cari bule-bule keren deh ...'' kata Lola dengan semangat.
''Iya ... Iya Lo semua seneng. Gue bosen.''
''Jangan gitu, vibes berangkat ke sana sama temen-temen itu beda, Celline ...'' ucap Aya yang menghibur Celline.
''Hmmm. Gak apa-apa deh, seru juga kayanya.''
''Iya. Dong, pasti seru,'' kata Deema yang sekarang moodnya sudah membaik.
Mereka pun berjalan keluar aula, disaat hendak turun tangga, Aiden melewat di sebelah Deema dan berbicara. ''Tunggu di dalam mobil,'' ucapnya.
''Ha? Ha? Lo denger Pak Aiden ngomong apa tadi?'' ucap Lola.
Berbeda dengan Celline dan Aya yang menahan tawa mereka, karena mereka sudah tahu hubungan keduanya.
''Sana, pergi aja. Doinya udah nungguin.''
Deema tersenyum malu-malu. ''Apaan sih. Yauda, Gue duluan ya ....''
Deema pun memilih untuk pergi menuju parkiran terlebih dahulu, untuk menunggu Aiden.