82. Makan bakso bersama

1843 Kata
Minggu sudah berganti, kini senin sudah menyambut. Hari senin, hari dimana Deema akan melaksanan ujian nasional sampai hari rabu nanti. Saat ini Deema sudah menggunakan seragamnya dan duduk di meja makan bersama adik dan ibunya. Hari ini, seperti biasa Ratu pergi ke sekolah, Ratu sudah terbiasa menaiki angkutan umum untuk sampai di SMPnya. Dan hari ini juga, perdana Kinanti mulai bekerja di kantor Aiden. Ketika malam minggu kemarin, Aiden sempat datang kerumahnya, dan berkata jika Kinanti bisa datang hari senin nanti dan bertemu dengan sekertarisnya, Zafran. Dan tibalah hari ini, Kinanti akan mulai kembali bekerja di sebuah perusahaan besar, yang sudah ia idam-idamkan sejak dulu. Saat ini, Kinanti sedang mengoleskan slai ke atas roti untuk sarapan anak-anaknya yang akan berangkat sekolah. ''Deema, jangan lupa baca bismilah sebelum ngisi soalnya.'' ingat Kinanti. ''Iya, Bu. Deema juga ngerti. Deema sedikit deg-degan aja.'' ''Insyallah semuanya lancar. Enggak perlu tegang.'' Deema mengangguk. ''Iya, Bu. Amin.'' ''Ibu juga pasti deg-degan mau kerja hari ini ya?'' tanya Deema. Kinanti saat ini terlihat sangat cantik dan lebih muda dari biasanya, karena memakai baju kantoran. ''Hehehe ... Sedikit deg-degan,'' kata Kinanti. ''Ibu cantik banget hari ini,'' puji Ratu sambil tersenyum. ''Oh ya?'' tanya Kinanti sambil merapikan jilbabnya. ''Iya, Ibu cantik banget pakai baju pink-pink kaya gitu,'' tambah Deema. ''Terimakasih, Nak ...'' kata Kinanti sambil mencubit pipi kedua anaknya. ''Di makan rotinya, di minum su-sunya, setelah itu kita berangkat.'' ucap Kinanti. Deema dan Ratu pun mengangguk. Mereka sarapan tanpa berbicara karena hari sudah semakin siang. Deema segera meminum habis su-su yang ada di dalam gelasnya. Ia memakai tas dan mencium tangan ibunya. ''Bu, Deema berangkat ya. Assalamualaikum ....'' ucapnya yang langsung belajar ke luar rumah. ''Kamu diantar siapa?'' tanya Kinanti. ''Mas Aiden udah jemput,'' ucap Deema sambil sedikit berteriak. Benar saja, ketika Deema membuka pagar rumahnya, mobil Aiden sudah menunggu di depan. ''Masuk, Deem,'' ucap Aiden. ''Ah, iya, Mas.'' Deema masuk ke dalam mobil, dan Aiden pun mulai melajukan mobilnya. ''Tiga puluh menit lagi kamu masuk ruangan loh,'' kata Aiden. ''Masih lama, Mas ... Jangan ngagetin.'' Aiden pun tersenyum ke arah Deema. ''Semangat ya ... Saya bukan ngawas di ruangan kamu.'' ''Yahh ... Padahal kamu ngawas aja di ruangan aku, biar kamu bisa ngasih tau aku.'' ''Mana ada ujian nasional ngasih tau, sayang ....'' ''Hehehe ... Aku deg-degan banget loh, Mas ....'' ''Tenang aja ... Tinggal klik-klik di depan komputer.'' Deema melirik ke arah Aiden. ''Iya cuma klik-klik aja, jawabannya gimana?'' ''Ya di pikir, sayang ....'' Deema menyandarkan tubuhnya, ia menjadi sedikit grogi. Deema yang tadinya tidak peduli dengan ujian nasional ini, menjadi grogi ketika sudah waktunya. ''Btw, Mas ganteng banget hari ini,'' kata Deema, namun dengan suara yang tidak semangat. Aiden melihat ke arah Deema dengan aneh. Bagaimana bisa Deema memuji dirinya tampan, tapi dengan wajah dan suara yang sangat datar seperti itu? ''Kamu kalau gak niat puji saya, gak usah.'' ''Aku niat banget, tapi aku lagi deg-degan. Kalau pengawasnya galak gimana?'' ''Enggak akan galak.'' Deema pun mengangguk-anggukan kepalanya. ''Tapi bener kok, Mas ganteng banget pake seragam guru kaya gitu. Aish ... Kamu ngawas lagi, kenapa gak diem di ruangan aja?'' ''Kenapa kalau saya ngawas?'' ''Nanti anak-anak ceweknya gak fokus, ngeliatin kamu yang ganteng.'' Aiden pun tertawa. ''Enggak, sayang. Saya hanya mengawasi di luar, dan membantu jika ada kesalahan teknis. Kalau yang mengawas di dalam ruangan, itu dari sekolahan lain.'' ''Ah ... Gitu. Kenapa harus ada ujian nasional ya? Padahal ... Gak perlu huhu ....'' ''Semangat, jangan dipikirin terus, tapi dijalani. Okey?'' Deema mengangguk. ''Semangat, Mas.'' Tak terasa, mereka sudah sampai di pelataran parkiran sekolah. Deema turun terlebih dahulu, ia pun tak lupa untuk berpamitan kepada Aiden dan meminta doanya juga, agar hari ini ia bisa melaksanan ujian nasional dengan lancar. ''Deema ... Meja Lo sebelah Gue ....'' ucap Aya yang melambaikan tangannya di saat ia masuk ke dalam ruangan. Ia pun bisa melihat Celline yang duduk sejajar dengannya namun terhalang oleh satu murid lainnya. ''Hai ... Lo deg-degan gak? Kok jantung Gue kenceng banget ya ...'' ucap Deema sambil berbisik kepada Aya ketika ia lewat. ''Sedikit. Gue mah jalanin aja. Hahaha ...'' ucap Aya. Deema langsung duduk di tempatnya, disaat melihat pengawas masuk ke dalam ruangannya. Pelajaran hari pertama ujian nasional adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Semoga saja, Deema lancar mengerjakan semua soal-soal yang ada. Masing-masing murid sudah diam di hadapan komputer mereka masing-masing. Jarak antara murid satu dengan lainnya, cukuplah jauh. Deema tidak bisa mencontek, apalagi soal yang mereka kerjakan itu secara acak. Ujian nasional dimulai sejak mereka selesai membaca doa pembuka, dan pengawas menjelaskan teknis pengerjaanya. Deema harap semuanya berjalan dengan lancar, dan ia pun mendapatkan nilai yang memuaskan. .... Jam menunjukan pukul 11 siang, saat ini Deema, Aya, Lola, Celline dan Aiden tengah berada di kedai bakso tak jauh dari sekolah mereka. Jika ada yang bertanya mengapa mereka berlima bisa bersama? Jawabannya adalah Aiden yang mengajak kelimanya untuk memakan bakso agar menenangkan pikirkan mereka, yang sudah terbakar karena soal ujian nasional hari ini. Aiden tahu, ketika seorang wanita sedang kesal dan stress, bawa saja ia ketempat makanan yang ada hubungannya dengan lemak dan pedas, dijamin semuanya aman. Info itu semua, Aiden dapatkan dari Zaffran. Ternyata benar, ketika Aiden membawa Deema dan ketiga teman Deema lainnya ke kedai bakso ini, mulut mereka diam, dan hanya sibuk mengunyah. ''Wah ... mantul, otak Gue akhirnya cerah lagi,'' ucap Aya disaat menyeruput kuah pedasnya. ''Syut ... Ada Pak Aiden,'' ingat Celline karena Aya berbicara terlalu bar-bar. ''Ah ... Maaf, Pak. Saya kalau lagi emosi gitu,'' ucap Aya yang berbicara sambil menahan pedasnya rasa bakso yang sedang ia makan. Aiden hanya bisa mengangguk. ''Iya, tidak apa-apa, santai saja dengan saya.'' ''Hah ... Pedes banget. Tapi ngilangin stress ...'' kini Deema ikutan berbicara. Di sini, Aiden tidak memesan bakso yang sama seperti yang lain. Ia hanya duduk sambil memakan es campurnya, yang juga di makan oleh Deema tatkala Deema merasa pedas dengan baksonya. ''Huh ... Makasih ya, Pak. Udah traktir kita makan bakso di sini.'' kata Lola yang tengah mengusap hidungnya menggunakan tissue, karena ketika makan pedas dan panas, hidungnya otomatis akan mengeluarkan cairan. ''Iya-iya ... Dimakan saja jangan banyak berbicara.'' ''Lo tau, otak gue hampir pecah gara-gara baca soal Indonesia yang bejibun ....'' ''Ah, bener ... Gue liat soalnya aja, ngantuk bener.'' ''Kalau gak Gue kerjain, kaga dapet nilai dan gak lulus. Yauda terpaksa Gue tahan ngantuk dan baca semuanya.'' ''Mana pilihannya sampai E. Dan jawabannya bikin terkecoh.'' ''Hahh ... Dah ... Dah ... Kita makan dulu, keselek bahaya,'' kata Lola yang melerai. Aiden tidak bisa berkata apa-apa selain mendengarkan murid-muridnya itu saling curhat. Terlihat lucu dan unik, tapi ketika ia melihat Deema yang ada di sebelahnya, menjadi kasihan. Wajah kekasihnya itu sudah berkeringat dan memerah. Mungkin karena menahan pedas dari bakso setan itu. Ya ... Aiden tidak tahu mengapa kelima perempuan ini memesan bakso yang bernama setan dengan level tertentu. Aiden yang hendak mengusap keringat di dahi Deema, ia urungkan karena tidak ingin yang lainnya fokus karena perbuatannya. ''Huhh ... Ini enak banget, tapi pedesnya gak ngo-tak.'' kata Lola sambil membenarkan ikatan rambutnya. ''Kita bari ngerjain bahasa Indonesia, belum besok, kita ngerjain matematika. Kita harus makan ayam geprek level tiga lima,'' ucap Celline yang mengusulkan. Ucapan Celline itu diangguki oleh teman-temannya. ''Hah ... Se--sekedar informasi, Pak. Ada restoran ayam geprek di dekat pengkolan depan itu, enak banget dan murah.'' kata Lola, ucapan itu adalah sebuah kode. ''Iya, bener, Mas, eh Pak. Besok ajakin kita lagi ke sana ya. Murah-murah kok menunya,'' kata Deema yang ikut berbicara. ''Ah ... Bener-bener, Gue gak bisa bayangin besok waktu keluar dari ruangan ujian matematika, kepala Gue pasti berasap,'' kata Aya. ''Makan ayam geprek apa seblak, guys?'' tanya Celline lagi. ''Aaa ... seblak enak tuh,'' jawab Aya. Aiden yang tidak mengerti apa 'seblak' itu bertanya. ''Itu makanan?'' tanya Aiden. ''Iya, Pak. Seblak itu makanan. Diolah, topingnya bisa pakai kerupuk, makaroni, cuanki dan lain-lain. Level pedasnya juga bisa diatur.'' kata Lola yang seperti sedang promosi. Aiden masih belum mengerti, ia pun hanya menganggukkan kepalanya. ''Kalian tidak sakit perut makan pedas?'' tanya Aiden. Ia merasa aneh melihat orang-orang yang menyiksa dirinya memakan makanan pedas. ''Bapak cobain aja, ini enak banget,'' kata Deema yang saat ini ikut berbicara. Aiden langsung menggelengkan kepalanya. Melihat kuahnya yang berwarna merah saja, Aiden tidak berani, apalagi ia melihat banyak sekali cabai yang ada di dalam bakso itu. ''Enggak. Silahkan di makan saja.'' 20 menit berlalu, saat ini Deema, Lola, Aya dan Celline bersandar dikursi masing-masing. Mereka merasakan perutnya sangatlah kenyang. Dan rasa pedas dari bakso yang mereka makan barusan masih terasa di dalam mulut mereka. ''Ini kepada pada diem-dieman?'' tanya Aiden. ''Bentar, Pak ... Kita kepedesan ini ....'' ''Sudah tau pedes kenapa di makan ....'' Saat ini, masing-masing dari mereka tengah memegang gelas es teh manis mereka masing-masing. Aya dan Lola asik mengunyah batu es untuk mempermudahkan menghilangkan rasa pedas yang ada di dalam mulut mereka. Sedangkan Celline, ia memakan es buah yang berisi kandungan s**u itu untuk menetralkan rasa pedas yang ada di mulutnya. Sedangkan Deema, ia asik berkumur-kumur menggunakan es teh manisnya. ''Jorok,'' ucap Aiden yang melihat tingkah Deema seperti itu. Deema tersenyum. ''Syut ... Pedes banget ini,'' katanya. Aiden tidak ingin lagi memprotes. Ia pun menunggu keempat anak muridnya ini, menyelesaikan kepedasan mereka masing-masing. ''Yuk, kita pulang yuk ...'' ajak Celline. ''Ah ... Kebetulan kita gak bawa kendaraan, gimana kalau Pak Aiden anterin kita ke rumahnya Aya?'' tanya Lola. ''Boleh ... Boleh ide bagus. Nanti Pak Aiden antar kalian,'' ucap Deema yang langsung menjawab. Aiden yang hendak membuka mulutnya tidak jadi, karena Deema sudah menjawab. ''Kalian tunggu saja di dalam mobil, saya bayar makanan kalian dulu.'' ''Siap, Pak. Berasa punya pacar Gue,'' ucap Lola yang saat ini menggandeng Deema. Jika bukan Lola, Deema sudah pasti menghajar mulut temannya itu. Apa Lola tidak tahu? Jika Aiden adalah kekasihnya. Deema sungguh kesal. Aya yang hendak membuka pintu mobil Aiden dibagian depan, buru-buru Deema menahannya. ''Eits ... Ini khusus tuan putri. Dayang-dayang, dibelakang saja, okey?''kata Deema yang saat ini masuk ke dalam mobil. ''Yeu ... Dasar mentang-mentang doinya Pak Aiden.'' ''Tau nih, Lo liat aja ya. Selama janur kuning belum melengkung, Gue tikung Lo ampe ujung gang,'' kata Lola dengan nada bercanda. ''Kaga takut, Gue. Lo tikung aja kalau berani,'' jawab Deema. ''Awas Lo ye ... Kalau Gue berhasil dapet, jangan nangis,'' kata Lola lagi. Tak lama Aiden masuk ke dalam mobil untuk mengantarkan teman-teman Deema pulang. ''Pak Aiden, kata Deema makasih ya udah traktir kita hari ini,'' ucap Celline. ''Dih, Lo yang bilang ya. Gue gak pernah ngomong kaya gitu.'' jawab Deema. ''Kata Deema juga, dia sayang banget sama Pak Aiden,'' kini Aya menambahkan. ''Iya, bener ... Terus dia gak akan ngelepas Pak Aiden sampai ke ujung dunia. Deema lebay banget kan ya, Pak? Maafin Deema ya ....'' Deema sudah memijat kepalanya, mendengar semua keanehan yang keluar dari mulut ketiga temannya itu. ''Mana ada sih Gue ngomong kaya gitu ....'' ''Ada. Lo aja yang gak ngaku,'' kata Aya. Aiden menggelengkan kepalanya. Jika saja ia bergabung dengan teman-teman Deema selama lima hari, sudah dipastikan keesokan harinya, ia akan memakai alat bantu dengar, karena telinganya rusak oleh obrolan-obrolan mereka. Mungkin lebih tepatnya mengobrol sambil berteriak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN