61. Gosip para karyawan

1468 Kata
Ketukan di pintu terdengar, Aiden dan Deema yang tengah mengobrol itu, menghentikan obrolan mereka. ''Siapa, Mas?'' tanya Deema. Aiden mengangkat bahunya. ''Entah ....'' ''Masuk ...'' jawab Aiden. Tak lama Zaffran pun muncul di sana, sontak Deema langsung berdiri dari duduknya. Aiden yang melihat ke arah belakang, tidak sadar jika Deema sudah berdiri dengan wajah gugup. ''Santai aja, Dek. Saya cuma mau ke bos saja.'' kata Zaffran dengan senyum seperti biasa. Deema yang gugup dan belum terbiasa pun hanya mengangguk sambil tersenyum dengan canggung. Aiden yang mendengar itu, ia kembali melihat ke arah Deema yang masih berdiri. ''Duduk saja.'' ucap Aiden, dan Deema pun langsung duduk. ''Maaf, ganggu waktunya.'' ''Ganggu banget,'' jawab Aiden santai. Ia masih melanjutkan membaca berkas-berkas yang ada. Ingin rasanya Zaffran berbicara dan mengumpat kepada Aiden saat ini. Tapi ia tak bisa, sebab Zaffran harus terlihat lebih profesinal. ''Mau pergi sekarang, bos?'' tanya Zaffran. Cukup lama Aiden terdiam dan akhirnya menjawab, karena ia harus menyelesaikan satu berkas yang tersisa. ''Iya.'' jawab Aiden. ''Perlu saya bawakan minum untuk adeknya?'' tanya Zaffran, ia pun kebingungan bagaimana caranya memanggil kekasih dari bosnya itu. ''Panggil saja Deema. Dia bukan adek kelas Lo,'' jawab Aiden. Ah, mendengar ucapan Aiden seperti itu, berarti Zaffran diberi lampu hijau untuk berbicara tidak formal saat ini. ''Oke, bos. Cepet, Gue mau pulang nih,'' seketika Zaffran mengubah ucapannya. Deema yang melihat interaksi antara Aiden dan Zaffran itu pun menggeleng. Deema percaya jika mereka adalah teman satu kampus dulunya. Dan ternyata ... Deema menjadi tahu jika jiwa mereka masih sangat muda sekali. ''Ayo, sayang ... Dia ribet banget,'' kata Aiden. Deema ingin tertawa karena melihat sisi Aiden yang baru, yaitu ketika Aiden sedang mengobrol dengan temannya. ''Ayo, Mas ...'' jawab Deema. Aiden mempersilahkan Deema untuk berjalan terlebih dahulu. Tapi, langkah mereka terhenti karena ucapan dari Zaffran. ''Bos, jas, Bos ...'' ucap Zaffran yang mengingatkan Aiden karena tidak memakai jasnya. Deema yang mengerti itu pun, ia melepaskan jas Aiden yang ia pakai, namun Aiden tahan. ''Pakai saja, seragam kamu kecil dan tembus pandang. Penerangan di sini sangat cerah.'' ''Aa--iya, Mas.'' ucap Deema yang kembali merapihkan jasnya. ''Mau Gue ambilin, Bos?'' ''Gak perlu. Gini aja.'' Zaffran pun mengangguk dan berjalan mengikuti kemana perginya Aiden dan Deema. Saat ini ia cosplay menjadi prajurit dadakan. Aiden memang sangat menyebalkan, jika ia membawa pacar seperti ini, Zaffran pun akan bersiap-siap kemarin mencari pacar, agar bisa ia pamerkan juga. Zaffran menggeleng melihat kemesraan antara Aiden dan Deema, bagaimana tidak, sedari tadi dengan sigap Aiden selalu berada di sisi Deema, bahkan tangan Aiden sudah standby jika ada sesuatu hal yang terjadi dengan Deema. Sungguh ... Ingin rasanya Zaffran pergi dari sini saat ini juga. Matanya ternodai melihat pasangan satu ini. Hatinya terasa cukup panas melihat hal itu. ''Untung ... Bos Gue,'' gumam Zaffran, ia menutup pintu ruangan Aiden dan berjalan menyusul Aiden dan Deema. ''Di lantai tujuh?'' tanya Aiden untuk memastikan. Zaffran mensejajarkan jalannya dengan Aiden. ''Iya, Bos. Di lantai tujuh. Ruangan sudah selesai, hanya tinggal diberi beberapa pemanis saja.'' Aiden mengangguk. ''Pakai lift atau tangga?'' tanya Aiden. ''Mas, lewat tangga aja. Aku mau liat.'' Zaffran yang hendak memencet tombol lift itu pun terhenti karena mendengat ucapan dari Deema yang ingin berjalan melewati tangga. ''Lewat tangga? Tapi hanya jalan tangga biasa,'' jawab Aiden. Deema pun mengangguk. ''Iya, mau liat. Terus kalau gak boleh ngapain nanya?'' Aiden yang hendak kembali berbicara, lebih baik membuangkam mulutnya. Ia pun memberi kontak mata kearah Zaffran untuk berjalan terlebih dahulu menuju tangga darurat. Hanya beberapa langkah dari lift saja, mereka sudah sampai di pintu tangga itu. ''Silahkan ....'' Setelah memastikan Deema dan Aiden masuk, Zaffran kembali menutup pintu itu. ''Ah, serem bangat, Mas.'' Deema berjalan mundur, untuk lebih mendekat ke arah Aiden. ''Tangga darurat memang seperti ini.'' jawab Zaffran, walaupun keadaan di sini cukup terang, tapi ... Karena jarang ada orang yang melewati, membuat tempat ini cukup seram. Zaffran tak habis pikir mengapa Aiden harus menawarkan jalan melalui tangga darurat seperti ini. Memang, dari sini kita bisa melihat pemandangan yang cukup indah dari luar, tapi tetap saja di luar sedang hujan dan keadaan di sini semakin menyeramkan. Deema belum juga melangkahkan kakinya, karena ia rasa melewati tangga akan seru dan lagipun hanya turun satu lantai. Tapi ternyata ... Tangganya seseram ini. ''Bos, mau lanjut atau kita keluar lagi?'' tanya Zaffran. Aiden sengaja ia terdiam, karena ingin melihat reaksi Deema yang akan berani atau memilih untuk pergi kembali keluar. Dan ternyata, ia melihat Deema menegakkan tubuhnya dan mulai melanjutkan jalannya untuk menuruni tangga. ''Mas, kayanya tangga ini harus di renovasi deh, kasih hiasan warna-warni ... Atau apa gitu, yang bikin ruangan ini hidup dan bisa dilewatin banyak orang, '' ucap Deema yang mengomentari suasana di tangga ini. Walaupun mereka bisa melihat pemandangan dari atas sini, tetap saja, tembok-tembok di sini tidak memiliki hiasan apapun, hanya cat putih yang tercetak jelas. ''Catat,'' ucap Aiden, yang membuat Zaffran mengerti. ''Ah, baik, Bos.'' Zaffran menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, mengapa Aiden sangat menuruti ucapan dari perempuan kecil itu? Aish ... Aiden selalu saja menambah pekerjaannya. Deema kembali melanjutkan jalannya, ia hendak memegang besi pinggiran agar ia tidak terjatuh, namun dengan cepat, tangan Aiden meraihnya. ''Pegang tangan saya saja, besinya kotor,'' ucap Aiden. Deema yang mendengar itu jadi tersenyum, dan hatinya langsung merasa hangat melihat perlakuan Aiden seperti itu. Berbeda dengan Zaffran yang mengusap dadanya karena ia harus sabat menghadapi ujian seperti ini. Akhirnya ... Setelah melewati banyak keraguan karena melewati tangga ini, apalagi Zaffran sudah selesai melewati ujian yang sangat mengganggu hatinya, mereka pun sudah sampai di lantai tujuh. Ketika membuka pintu tangga, sontak semua pegawai yang mendengar dan melihat itu, mereka langsung berdiri. Jika mereka sudah melihat Zaffran, itu tandanya bosnya pun akan ikut datang. Benar saja, bosnya datang dan ... Yang paling mengejutkannya lagi, mereka melihat bosnya itu datang bersama perempuan yang masih memakai seragam SMA. Saat ini, dapat mereka pastikan jika di chat group itu bukanlah hoax, itu benar adanya. Aiden dengan gagahnya berjalan terlebih dahulu, di susul oleh Deema yang sebentar-sebentar menunduk karena merasa belum percaya diri, diam berdiri di samping Aiden. Juga Zaffran yang mensejajarkan jalannya dengan Deema. Banyak sekali orang yang menunduk, dan memberi hormat ketika Aiden berjalan melewati mereka. Tak lupa setelahnya mereka pun berbisik tentang perempuan yang memakai baju SMA dan juga jas Aiden yang tersampir di bahu anak SMA itu. Mereka sudah sangat yakin jika itu adalah calon nyonya besar dari Aiden. Ah ... Ini menjadi sebuah berita yang membuat kaum hawa menangis di pojokan. ''Ini, Pak, ruangan yang sudah di bereskan dan dibersihkan.'' ucap Zaffran. Deema terkagum-kagum melihat calon ruangan yang akan ibunya pakai nanti. Ruangan ini di d******i oleh kaca, dan dari luar, Deema sudah melihat warna ruangan itu perpaduan antara pink tua, abu dan cream yang mememberikan kesan elegan dari ruangan ini. ''Ini ruangan buat Ibu, bagus gak? Atau ada yang kamu gak suka?'' tanya Aiden. ''Aku suka banget, Mas ... Ini sih ibu pasti suka ....'' Zaffran yang merasa ada suara-suara yang mengusik di telinganya, ia pun menengok ke arah belakang dan berbicara. ''Kembali bekerja,'' ucap Zaffran dengan tegas. Sontak semua karyawan pun langsung menutup mulutnya dan kembali menuju kursinya masing-masing. ''Masuk saja, Bos ... Pekerjaan mereka terganggu karena adanya pemandangan seperti ini.'' Aiden membukakan pintu ruangan untuk Deema, dan mempersilakan Deema untuk masuk ke dalam terlebih dahulu, di susul oleh Aiden dan juga Zaffran. Setelah memastikan bosnya itu masuk, semua karyawan yang ada di sana langsung mengambil ponselnya masing-masing, mereka langsung membuat gosip tentang Aiden, bos mereka yang sangat tampan itu. Apalagi puncaknya di saat mereka melihat Aiden yang terkenal dengan sikap dinginnya, membukakan pintu untuk seorang perempuan dan ... Mereka pun salah fokus dengan jas Aiden yang dipakai oleh anak SMA itu. ''Sebentar, Mas ... Aku harus foto ini biar ibu liat ruangannya. Pasti ibu suka banget.'' Aiden tersenyum melihat antusias dari Deema. Deema terus mengambil gambar dari ujung sampai ujung ruangan ini. ''Bos, ini buku yang diminta. Sudah saya siapkan,'' ucap Zaffran yang kembali ke mode seriusnya. Ia menunjuk rak buku yang sudah terdapat beberapa buku di sana. Aiden berjalan menghampiri rak buku itu, dan mengambil dua buah buku yang ia beri ke hadapan Deema. ''Bisa kamu beri ini ke ibu?'' tanya Aiden. Deema mengangguk. ''Bisa, Mas. Ibu di rumah juga suka baca-baca buku lamanya.'' ''Nanti jika ada waktu saya ke rumah untuk kembali berbicara dengan ibu.'' Deema tersenyum mendengar hal itu. Aiden sungguh makhluk yang sangat sempura, yang tuhan kirim untuk dirinya. Dan ... Ada satu hal tentang rasa bersalahnya ketika melihat hujan, ia selalu bergumam di dalam hatinya. 'Maaf ya, hujan ... Bukan aku gak suka kamu lagi, tapi ... Sekarang aku sudah punya sosok dengan suara yang sangat lembut, seperti suara kamu. Dan ... Aku bakal terus dengerin kamu kok, kalau aku ada kesempatan dan waktu buat nikmatin keindahan kamu. Juga ... Perlu kamu ingat, kalau kamu tetap bakal jadi tempat ternyaman aku ....'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN