Pukul 7 malam, Deema tengah menghias cup cake yang sudah matang dan dingin. Dengan bakat seni menggambar yang ia punya, berbagai jenis cup cake itu pun terhias dengan sangat cantik.
Aiden baru mengetahui bakat tersembunyi Deema yang sangat jago di dalam seni menggambar. Tidak salah dirinya, membantu Deema untuk bekerja di sini.
"Wah ... Cantik banget hiasan kamu. Kamu kursus menggambar ya? Atau ada kursus-kursus lain?" Tanya Kaila sambil menatap kagum cup cake-cup cake yang sudah di hias oleh Deema.
Deema tersenyum mendengar pujian dari Kaila. "Enggak, Kak. Aku gak kursus apapun. Dari kecil memang seneng sama menggambar."
"Pinter ya kamu, gimana bisa ya kamu gabungin warna-warna sampai cantik kaya gini. Duh ... Aiden ... Kamu bawa orang yang tepat," kata Kaila sambil berbicara kearah Aiden yang tengah menghadap laptopnya di ujung tempat ini.
Merasa namanya dipanggil ia pun menengok dan bertanya. "Ada apa, Kak?"
"Deema jago banget menghias kue. Aku seneng banget, kamu gak salah bawa orang," kata Kaila dengan wajah senangnya.
Toko kue yang baru Kaila bangun beberapa bulan ini, hanya memiliki 2 pegawai tetap saja. Satu orang membuat kue bersama Kaila, dan satu orang pegawai lainnya menjaga toko yang berada di lantai bawah.
Namun, setelah bertemu Deema hari ini, sepertinya beban Kaila akan terasa ringan, karena ia percaya dengan Deema yang sudah handal dalam hal itu.
"Aku post di i********: sama Blog aku. Ini bagus banget." Tak henti-hentinya Kaila terus memuji Deema.
"Jangan muji gitu terus, Kak. Nanti aku keras kepala. Heheh ...."
Kaila pun tertawa dengan Deema bersamaan. "Hahahaha ... Kamu bisa aja. Habisnya aku seneng banget."
Kaila asik memotret kue hasil hiasa Deema dengan ponsel canggihnya itu. Diam-diam, Aiden memperhatikan interaksi mereka berdua. Ternyata, ia menemukan sisi lain dari Deema, yang sangat ramah, dan cepat akrab dengan orang sekitar. Aiden akhirnya bisa menemukan sisi baik dari Deema.
"Deema, kamu sudah makan, Dek?" Tanya Kaila.
"Eh, aku boleh panggil Dek, kan? Aku dari dulu mau banget punya adek cewek. Tapi ... Malah keluar jagoan kesiangan kaya gitu," katanya sambil melirik ke arah Aiden.
Deema tersenyum ke arah Kaila. "iya, Kak. Enggak apa-apa, panggil aja aku sesuka Kak Kaila."
"Alhamdulilah ... Semoga kamu seneng ya kerja di sini."
Deema mengangguk. "Pasti, Kak. Aku pasti seneng banget kerja di sini."
"Cup cake tinggal satu loyang lagi?" Tanya Kaila.
"Iya, Kak. Satu loyang lagi. Ada tambahan lain?"
"Emm ... Sepertinya sudah, ini untuk besok. Setelah selesai, kamu bisa simpan semua ini di dalam ruangan kamar kecil itu ya," ucap Kaila sambil menunjuk ruangan kecil yang berada di dekat dapur.
"Iya, Kak. Nanti aku simpan di sana."
Deema pun kembali melanjutkan acara menghias kue yang masih tersisa di sini. Rasa lapar dan hausnya sudah hilang karena rasa senangnya hari ini. Akhirnya ia bisa melihat secercah harapan untuk hidupnya di sini.
Cup cake terakhir, ia lukis dengan krim berwarna biru dan pink. Lalu ia tambah beberapa hiasan bintang laut dan patung kecil berbentuk anak kecil. Cup cake terakhir pun ia simpan di ujung loyang. Setelah 6 loyang itu terisi dengan cup cake yang sudah sangat cantik, Deema pun membawa loyang-loyang kue itu kedalam ruangan yang sudah di tunjuk oleh Kaila.
"Deema?" Panggil Kaila.
Deema yang tengah berada di dalam ruangan itu pun menghampiri Kaila dengan sedikit berlari. "Iya, Kak kenapa?"
"Aku lupa," kata Kaila sambil menepuk jidatnya. "Kamu belum makan ya sejak datang ke sini. Aiden gimana sih, gak bilang sama aku kalau kamu belum makan."
Deema tersenyum kecil. "Enggak apa-apa, kok, Kak. Kak Kaila mau tutup toko? Aku bisa bantu."
"Tutup toko jam sembilan malam, Deem."
"Oh gitu ... Aku kira Kak Kaila mau tutup toko sekarang."
"Aiden," panggil Kaila kepada Aiden yang masih sibuk dengan laptopnya itu.
"Kamu ngapain sih diem di situ seharian, bukannya pulang malah kerja di situ. Biasanya juga kamu langsung pulang," kata Kaila.
"Apa sih, Kak? Bawel bener deh," kesal Aiden yang merasa terganggu. Sedari tadi tidak ada yang menggangu dirinya, hanya Kaila yang terus berbicara dan berbicara.
"Kamu ngapain aja di situ? Bukannya ajak Deema makan. Malah diem. Kakak mana tau kalau kalian udah makan atau belum."
Deema melihat interaksi kedua adik kakak itu, sangat lucu menurutnya. Apalagi ia baru melihat sisi sifat Aiden yang sangat lucu dimatanya. Deema menahan tawanya yang ingin menyembur karena melihat wajah Aiden yang sangat kesal.
"Memangnya kamu udah makan, Kak?" Tanya Aiden yang tidak ingin kalah.
"Udahlah, selesai shalat magrib tadi, aku langsung makan. Cepet sana, ajakin Deema makan. Kamu yang bayar."
Kaila pun pergi menuju dapur pembuatan kue, sebelum itu ia pun berbicara kepada Deema. "Hari ini pengenalannya sampai di sini, ya. Untuk besok kamu bisa ke sini jam berapa?"
"Sepulang sekolah, jam lima sore," kata Deema sambil menghitung waktu untuk jalan dari sekolah sampai ke sini.
"Jam lima? Bukannya kamu pulang sekolah jam tiga sore?" Tanya Kaila.
"Emm ... Itu, Kak. Aku ...."
"Nanti kalau mau berangkat ke sini, bareng dengan saya." Untung saja Aiden menyelamatkan dirinya untuk berbicara kepada Kaila. Jika tidak, ia akan sangat malu.
"Yasudah, kamu besok ke sini bareng Aiden jam tiga sore ya."
Mau tak mau, Deema pun mengangguk. Mengiyakan semua ucapan Aiden untuknya.
"Cepet ajakin Deema makan di tempat sebelah aja, enak banget loh ayamnya," kata Kaila yang merekomendasikan makanan yang baru saja ia makan sore tadi.
"Ayo," ajak Aiden.
Deema mengangguk, membuka apronnya dan berjalan mengikuti Aiden yang sekarang pergi menuruni tangga.
...
"Emm ...."
Aiden bisa mendengar jika Deema ingin membuka suaranya. Aiden yang tengah memegang ponselnya pun melirik sambil mengangkat alisnya.
"Emm ... Itu ...."
"Itu?" Tanya Aiden yang tidak mengerti ucapan Deema.
"Itu, aku mau bilang terimakasih ...."
"Aku?" Ulang Aiden yang baru mendengar Deema mengucapkan kata aku kepadanya.
Ingin rasanya Deema mengeluarkan kata 'aish!' saat ini, tapi ... Ia harus menjaga sopan santunnya di depan Aiden.
"Eh, emm ... Saya mau bilang terimakasih sama Bapak. Dan ... Untuk kejadian sebelum ini, saya mau minta maaf."
Aiden hanya mengangguk dan kembali fokus dengan ponselnya. Deema yang tidak tahu kegiatan apa lagi yang harus ia lakukan, Deema pun melihat kearah jendela. Banyak sekali orang yang berlalu-lalang di sini, dan ketika malam hari seperti ini ternyata orang-orang semakin banyak berdatangan.
Sepertinya asik, keluar hang out bersama teman-teman di malam hari. Berbelanja, menonton film, pergi ke salon, dan lainnya. Namun apalah daya, Deema belum bisa merasakan itu, Deema tidak memiliki uang untuk pergi berbelanja seperti itu. Bahkan, untuk makan pun ia masih harus menahan perutnya untuk tidak memakan apapun.
Pesanan mereka datang. Hanya menu sederhana, ayam goreng dan lalapan berserta sambal berwarna hijau tersaji di depan mereka.
Deema baru tersadar, jika Aiden lebih tampan jika menggunakan celana jeans dan kaos seperti ini. Apalagi, otot kekarnya yang terlihat di mata Deema, membuat Deema selalu salah fokus.
Aiden memiliki tubuh yang sangat atletis. Dengan otot perut, tangan dan kaki yang sedikit terlihat karena tertutup oleh kaosnya. Tak heran jika ia menjadi guru olahraga.
"Di makan, bukan ngeliatin saya," kata Aiden yang membuyarkan lamunan Deema.
Bagaimana bisa Deema selalu saja ketahuan jika sedang memperhatikan Aiden? Sama seperti makan malam mereka kemarin, Deema yang ketahuan terus memperhatikannya. Jika di hitung-hitung, ini makan malam kedua mereka setelah beberapa hari yang lalu. Deema kira, ia tidak akan makan bersama lagi dengan Aiden tapi ternyata tidak.
"Kenapa kamu kalau di sekolah susah diatur?" Tanya Aiden yang membuka suaranya.
Deema yang tengah mengunyah itu, menjadi tidak selera karena Aiden menanyakan hal seperti itu. Baru saja moodnya bertambah naik, tapi mengapa dengan mudahnya Aiden menurunkan moodnya.
"Yaelah, Pak ... Kalau lagi makan mulutnya diem, gak usah banyak ngomong," kata Deema yang mengeluarkan sisi dirinya kembali.
Kita bisa menyebut jika sisi kiri Deema ada di sekolah, dan sisi bagian kanan Deema yang di luar sekolah. Bukan tanpa maksud apa-apa Deema melakukan hal itu. Jika di sekolah, ia hanya tidak ingin, orang miskin seperti dirinya di tindas begitu saja.
"Kamu punya kepribadian ganda? Baru aja tadi terimakasih dengan saya, sekarang sudah seperti itu lagi."
"Lagian Bapak sendiri yang mancing emosi saya. Ya jelas saya emosilah, Pak."
Aiden melirik sekilas Deema yang ada di hadapannya. "Kamu sudah tau informasi di kelasmu?"
"Informasi?" Tanya Deema yang moodnya sudah berubah menjadi kepo.
"Besok libur sampai dengan hari Jumat. Hari Senin masuk lagi."
Deema membelalakkan matanya. Ia sedikit terkejut dan senang. Untung saja Aiden memberitahunya tentang hal ini.
"Serius, Pak?" Tanya Deema yang kurang percaya dengan ucapan Aiden.
"Hemm ...."
"Mana buktinya, Bapak bohongin saya ya?"
Aiden memberikan ponselnya di hadapan Deema. Deema bisa melihat jika itu adalah ruang grup chat para guru yang sudah mengumumkan jika beberapa hari ini, anak murid di liburkan.
"Udah, jangan lama-lama," kata Aiden yang langsung menarik ponselnya.
"Ih, nyebelin banget sih ...." Kesal Deema.
"Akhirnya ... Gue gak perlu ngerjain tugas Bu Kiara."
"Libur itu kerjain tugas, bukan jadi kesempatan gak ngerjain tugas," kata Aiden dengan menekankan nada di setiap ucapannya.
"Idih, suka-suka saya dong, Pak."
"Saya pantau kamu."
Deema lebih memilih untuk diam dan kembali melanjutkan makannya yang tertunda karena harus berdebat hal-hal yang tidak jelas dengan Aiden.
Waktu pun berlalu, Deema menunggu Aiden yang tengah membayar makanan mereka, sambil memegang jaket Aiden di depan pintu masuk restoran.
Deema bisa merasakan jika hadirnya Aiden perlahan sedikit bisa mengubah hidup Deema. Padahal mereka belum saja bertemu genap dari satu Minggu, tapi Deema bisa merasakan perubahan itu perlahan.
Suatu saat nanti, jika dirinya sudah bisa bekerja dan mencari uang, Deema akan balas budi dengan kebaikan yang sudah Aiden berikan kepadanya.
"Ayo, kita balik lagi ke toko. Kak Kaila cari kamu."
Deema pun berjalan di belakang Aiden. Ia kembali mengikat rambutnya agar tidak berantakan. Mereka pun sampai dan Deema langsung bertemu dengan Kaila yang tengah duduk di depan laptopnya.
"Deema! Ada kabar gembira!" Kata Kaila dengan hebohnya.
"Kakak! Heboh banget sih jadi orang," protes Aiden yang sedikit kesal.
"Sini, sini liat." Deema yang penasaran pun menghampiri dimana Kaila berada.
"Satu jam yang lalu, aku posting kue buatan kamu di semua media sosialku. Ternyata, respon mereka banyak banget. Ada tujuh belas orang yang pesen ini besok. Dan ada lima orang yang pesen cup cake untuk acara ulang tahun ... Ya ampun ... Aku belum pernah dapet orderan sebanyak ini ...."
Dengan refleks, Kaila memeluk Deema karena rasa senangnya. Deema pun membalas pelukan Kaila yang sangat kencang itu. Deema yang berhadapan langsung dengan Aiden yang ada di depannya itu pun tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.
Hari yang baik, semoga terus seperti ini, harap Deema.