77. Sebuah foto

1618 Kata
Hari dimana pentas seni diadakan di sekolahnya pun tiba. Deema sudah dijemput oleh Aiden pukul 6 pagi, beberapa saat yang lalu. Dan saat ini Deema tengah di make up oleh MUA yang ada di sana, karena untuk lagu pertama, ia akan membawakan beberapa lagu daerah, dan lagu wajib nasional. Sejak tadi, Aiden tak henti-hentinya mengecek keadaan Deema yang berada di ruang make up itu. Tidak hanya ia saja yang ada di sana, satu anggota grup band-Avyan, yang notabennya semua laki-laki pun kumpul berada di sana, itu yang membuat Aiden selalu mondar-mandir ke ruangan tempat Deema make up. ''Tinggal apa?'' tanya Aiden yang kembali, untuk ketiga kalinya sejak 20 menit yang lalu. ''Sebentar, Pak ... Tinggal di hias rambutnya.'' ''Ah, iya. Saya ururs sound dulu.'' Deema menggelengkan kepalanya, sudah tau sibuk, kenapa harus mondar-mandir memperhatikannya. ''Pak Aiden laki Lo? Posesif banget perasaan, '' ucap Avyan yang sekarang duduk di sebelah Deema untuk di make up juga. ''Kepo Lo,'' jawab Deema. ''Gurunya ganteng ya, Kak,'' ucap MUA yang sedang merias rambut Deema. ''Iya, dia idola sekolah,'' kata Deema yang membanggakan Aiden. ''Tapi, keliatannya sweet banget sama kamu, Kak ....'' Deema hanya tersenyum untuk menjawab itu. ''Pacarnya kayanya, Mbak,'' jawab Avyan. Deema melempar sisir kecil ke arah Avyan. ''Mulut Lo, Gue jait mau?'' ''Jangan kenceng-kenceng kalau ngomong, nanti suara Lo di panggung habis gimana?'' ''Aish ... Avyan ... Amit-amit, dong ....'' Dan Deema pun memilih untuk diam. Tak lama Aiden kembali datang dan membawakan Deema sebotol air minum, bukan-bukan air minum kemasan, melainkan botol minum berwarna pink. ''Kamu minum ini ya, ini dari bunda, air ajaib katanya,'' ucap Aiden dengan serius. Orang yang ada di sana mendengar ucapan Aiden pun tertawa. Mereka menjadi saksi keposesifan Aiden kepada Deema. Tapi mereka tidak aneh melihat itu, karena mereka sudah percaya jika keduanya memiliki hubungan yang lebih jauh. ''A--iya, Pak. Terimakasih, '' ucap Deema yang menerima botol minum itu. Aiden mengangguk dan kembali berjalan keluar. ''Pak Aiden, tenang, ceweknya kita jaga kok, gak bakal diambil orang. Gak perlu bolak-balik, nanti capek,'' ucap salah satu teman Avyan dengan nada guyonnya. Aiden mengangkat jempolnya. ''Siap, Bro ...'' ucapnya lalu melanjutkan jalannya yang tertunda. Deema tidak bisa menahan tawanya karena melihat sikap Aiden yang sangat lucu itu. ''Sudah, selesai, Kak ... Tinggal pakai crown-nya.'' ''Ah, iya, Mbak silahkan ....'' Acara make up Deema dan teman-teman band lainnya sudah selesai. Saat ini, mereka akan berjalan menuju belakang panggung untuk menyanyikan lagu pembukaan, yang akan dibawakan oleh Deema dan satu teman duetnya. Sebelum itu, Deema terlebih dahulu mengelola napasnya agar tidak gugup diatas panggung nanti. Sesampainya di belakang panggung, grup band mereka berkumpul untuk berdoa bersama dan melakukan yel-yelnya. ''Semuanya mohon bantuannya, semoga acara kita hari ini lancar. Kalian liatkan? Di sini banyak banget orang, karena kita ngundang lima sekolah, '' ucap guru pembina. ''Siap, Pak ....'' ''Acara akan di mulai sepuluh menit lagi, silahkan tes-tes alat musik kalian.'' Mereka pun mulai menaiki panggung, kecuali Deema yang harus menunggu di belakang panggung, karena inu belum saatnya ia untuk menaiki panggung. ''Deema ...'' panggil Aya dan Celline yang berlari dari arah jauh. ''Ya ampun, cantik banget sih ... Kaya princess banget ... Foto dong, sebelum naik panggung,'' ucap Aya yang sudah menyiapkan ponselnya. ''Ah, kalian juga cantik banget. Maaf ya Gue gak bisa bantuin stand jualan kelas ... Ayo kita foto, Lola mana?'' tanya Deema. ''Ah enggak apa-apa. Kita banyak pasukannya kok, Lola lagi ngecengin cogan-cogan sekolah luar. Genit banget asli, hahaha ....'' Deema pun ikut tertawa. ''Eh, ayo dong foto nanti Lo keburu nyanyi lagi.'' ''Foto sama siapa ...'' ''Pak Aiden ... Pak, tolong fotoin kita dong,'' ucap Celline sambil melambaikan tangannya kepada Aiden yang tengah mencari sesuatu itu. Tak lama, Aiden menghampiri mereka, dan ia terhipnotis melihat Deema yang ternyata sudah selesai ber-make up. ''Hello, Pak Aiden ... Deemanya cantik ya? Makanya foto dulu, biar kita ada kenangan, nanti gantian, Pak, aku yang fotoin kalian,'' ucap Aya yang mencoba tawar menawar. Aiden yang tidak bisa berkata-kata itu akhirnya mengangguk dan mengambil alih ponsel Aya. Ia memotret beberapa pose anak muridnya itu. ''Udah?'' tanya Aiden. ''Lagi dong, Pak ... Dua lagi,'' kata Celline. ''Ganti gaya, ganti gaya ...'' ucap Aya. Aiden hanya mengikuti ucapan mereka. Sampai waktunya tiba, untuk pertama kalinya, Deema mengambil foto berdua dengan Aiden. ''A ... Lo sini,'' ucap Aya yang menggandeng tangan Deema untuk berdiri di samping Aiden. ''Pak, rangkul dong, rangkul Deemanya,'' kata Celline bak seorang fotografer. Dengan kaku, Aiden merangkul Deema, mereka pun tersenyum ke arah kamera dan satu gambar keduanya berhasil diambil di ponsel Aya. ''Satu kali lagi ganti gaya ....'' ''Pak liat Deema, Deem, Lo liat Pak Aiden,''ucap Aya sambil menahan tawanya. Deema yang tidak ingin pose itu pun menolak. Ini hanya foto biasa, bukan prewedding. ''Enggak. Lo kira prewedding. '' ''Cepet, gak!'' ucap Aya dengan galaknya. Tanpa dikira, keduanya mengikuti arahan dari Aya, dan Celline pun berhasil memotret Aiden dan Deema yang sedang saling tatap itu. ''Aish ... Meleleh banget Gue liat foto ini. Udah cantik, ganteng pula cowoknya,'' kata Celline yang melihat hasil fotonya. ''Oke, makasih ya, Pak Aiden. Deema ... Semangat! Kita liat Lo didepan,'' kata Celline yang langsung pergi dan melambaikan tangannya. Suara MC sudah terdengar, itu tandanya, acara akan dimulai dan Deema akan bernyanyi. Aiden memperhatikan Deema sambil tersenyum. ''Semangat ya, cantik ....'' Mendengar itu, Deema menjadi malu dan memukul lengan Aiden. ''Aish ... Aku malu, Mas ...'' bisik Deema. ''Kamu sudah dipanggil, naik ke atas,'' ucap Aiden. Deema mengangguk dan melambaikan tangannya. Sampailah Deema di atas panggung, semua orang melihat ke arahnya sambil tersenyum. Musik sudah di mulai, dan Deema mulai menyanyikan lagu pembukaan bersama satu orang teman duetnya. Riuh tepuk tangan mengisi tempat ini. Deema tersenyum ke arah Aiden yang sedang menontonnya di samping panggung ini. Akhirnya Deema bisa kembali menyanyi di depan banyak orang tanpa gugup. Semoga hari ini lancar sampai semuanya berjalan dengan semestinya. .... Jam sudah menunjukan pukul 10, saat ini Deema melipir untuk istirahat di dalam ruangan Aiden. Karena Aiden yang menyuruhnya. Deema sungguh-sungguh sangat lelah, karena sedari tadi banyak sekali acara foto-foto bersama teman-teman lainnya. Apalagi ia sudah membawa kurang lebih 5 lagu dalam 2 jam itu. Ia membuka heels pemberian dari Aiden tadi pagi, dan duduk meluruskan kakinya di atas sofa ruangan Aiden. Ia belum melihat Aiden lagi sejak tadi, mungkin Aiden juga sibuk karena di lapangan benar-benar sangat ramai. Deema membuka ponselnya, banyak sekali foto-foto yang di kirim ke dalam grup kelasnya. Ah, hanya ada pesan dari Aya yang mengalihkan semua perhatiannya. Pasti Aya mengirim fotonya bersama dengan Aiden. Ketika ia membuka pesan itu, ternyata benar. Ada tiga foto yang diambil secara indah di sana. ''Aish ... Gemes banget sih ....'' Deema terus memerhatikan ketiga foto itu, sampai tak sadar jika Aiden juga sedang duduk di sampingnya. ''Jangan diliatin terus. Nanti kamu suka.'' ''Mas! Kanget tau.'' Aiden tersenyum dan memberikan Deema botol minum tadi. ''Di minum.'' Deema menerima dan meminum air itu. ''Airnya bener-bener ajaib, Mas ... Kamu liatkan? Tadi aku nyanyi lancar banget.'' Aiden mengacungkan kedua jempolnya. ''Good job.'' ''Mas, kamu gak foto-foto sama cewek lainkan?'' Ditanya seperti itu, Deema gelagapan. ''A--eng ... Sedikit, sayang.'' Ucapnya sambil berbisik. ''Sedikit? Kamu foto sama siapa aja?'' ''Banyak, tadi anak-anak banyak yang minta foto sama saya. Masa saya nolak. Lagipun bergrup-grup kok.'' Aiden menjawab pertanyaan Deema dengan gelagapan. Saat ini, ia seperti sedang diintrogasi oleh seorang polisi. ''Sama aja, Mas ...'' kesal Deema. Ia tidak bisa membayangkan jika Aiden di pepet-pepet oleh cewek lain. ''Berapa sedikit itu?'' tanya Deema dengan mata membesar. ''Paling dua puluh lima foto.'' ''Dua puluh lima? Sedikit, Mas? Sedikit apanya sih ...'' kini Deema merengek karena kesal. Aiden hanya cengengesan di sana sambil menggaruk kepalanya. ''Aku rela loh, Mas ... Nolak orang-orang yang mau foto sama aku. Aku cuma foto sama temen-teman kelas aku aja. Eh, kamu malah foto-foto sama cewek lain. Mana banyak lagi.'' ''Saya gak tau. Lagipun saya cuma diajak.'' Deema membuang napasnya. Percuma berbicara dengan bapak-bapak seperti Aiden. Ia tidak akan mengerti. ''Maaf ya, habis ini saya janji enggak akan mau foto.'' ''Bener?'' tanya Deema. ''Bener, sayang ....'' Aiden bangun dari duduknya, ia berjalan ke arah meja untuk mengambil tas. Deema melihat itu, seperti sebuah tas bekal. ''Bunda siapin kue buat kamu.'' Aiden memberikan kotak bekal itu kepada Deema. ''Ya ampun, Bunda ... Pasti capek buat yang seperti ini.'' ''Entah, saya cuma di suruh bawa sama Bunda.'' Deema membuka tas bekal itu. Satu kotak bekal berisi buah-buahan, dan satunya lagi berisi cheese cake. ''Ah ... Enak banget pasti ini. Tau aja kalau aku lagi laper.'' ''Bunda semangat banget denger kamu mau nyanyi.'' ''Kamu bilang apa sih sama keluarga kamu? Kok Kak Kaila tau, dan sekarang bunda tau.'' Aiden tersenyum. ''Saya cuma bilang gitu aja.'' ''Tadi saya kirim video kamu. Bunda mau video call sama kamu. Boleh?'' ''Serius, Mas? Ya ampun ... Boleh-boleh, udah lama aku gak ketemu bunda.'' Aiden mengangguk. Ia membuka ponselnya untuk menghubungi bundanya. Tak lama panggilan itu terjawab. ''Assalamualaikum, Nak ....'' ''Wa alaikum salam ... Bunda, ini Deemanya.'' Aiden memberikan ponselnya kepada Deema. ''Hai, Bunda ....'' ''Ya Allah, sayang ... Cantik banget. Bunda jadi pengen peluk kamu.'' Deema melihat ke arah Aiden yang tengah tersenyum. ''Makasih, Bunda. Bunda sehat?'' ''Alhamdullah, sehat, Nak ... Masyaallah kamu cantik banget.'' ''Alhamdullah kalau Bunda sehat. Bunda aku jadi malu di puji terus.'' ''Mukanya udah merah, Bunda,'' ucap Aiden. Yara tersenyum di sana. ''Kamu ke sini dong, Bunda pengen masak sama kamu.'' ''Nanti siang Aiden bawa ke rumah, Bunda.'' Deema mendengar itu terkejut. Ia ingin menjawab, tapi Aiden sudah mengambil alih ponselnya. ''Bunda, sudah ya ... Deema sedang makan,'' ucap Aiden. ''Mas, gak sopan tau,'' bisik Deema. ''Dadah Bunda ...'' ucap Aiden sambil melambaikan tangannya. ''Mas ... Gak sopan tau ...'' kesal Deema. ''Gak apa-apa, Bunda ngerti. Ayo makan dulu. Nanti kamu kebawah lagi.''
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN