Hari minggu sudah kembali menyapa. Saat ini Deema tengah merebahkan tubuhnya di atas kasur, sebelum jam 8 nanti, ia akan pergi bekerja.
Niatnya ingin latihan membawa mobil, tenyata tidak bisa karena pekerjaan hari ini. Kaila berpesan di grup chat karyawan, jika hari ini semua karyawan wajib datang, karena mereka akan kebanjiran order untuk esok hari. Dan juga katanya, hari ini adalah hari kerja terakhir, sebelum minggu depan mereka bekerja lagi, karena toko The K akan di renovasi lebih luas dan lebih bagus lagi.
Deema melihat jam yang terlihat jelas di depan matanya. Masih pukul 06:30 dan masih ada waktu satu jam setengah sebelum berangkat ke toko.
''Ngapain ya? Mandi udah, beres-beres kamar udah. Main hp, bosen banget, gak ada temen chatan.'' gumam Deema.
Selama berpacaran dengan Aiden, Deema belum pernah tuh, merasakan chattingan sampai berjam-jam. Bahkan bertelepon dari malam sampai pagi hari, seperti pasangan pada umumnya. Deema belum pernah merasakan seperti itu.
Bahkan isi chat dengan Aiden pun hanya sekedar menanyakan hal-hal yang sangat-sangat penting saja. Tidak ada canda atau gurauan di sana. Juga, log-log panggilan yang ia periksa, ketika bertelepon dengan Aiden hanya membutuhkan waktu 1 atau 2 menit, dan paling lama hanya sekitar 30 menit saja.
''Mas Aiden udah bangun pasti, tapi ... Lagi ngapain ya?''
Deema berinisiatif untuk menanyakan kabar Aiden terlebih dahulu. Biasanya, dihari minggu pagi seperti ini, Aiden sedang berolahraga di ruangan gymnya.
''Ah, belum di bales juga. Hmm ... Mending bikin makan deh,'' kata Deema yang sudah menunggu balasan chat Aiden beberapa menit, namun tidak ada balasan.
Ia pun bangun dari tidurnya, membereskan tempat tidur, lalu keluar dari kamarnya. Dari arah depan Deema, ia bisa melihat pintu kamar Ratu yang sedikit terbuka. Ia bisa melihat Ratu yang sedang duduk di tempat belajarnya.
Deema pun mendekat, dan mengintip Ratu yang sepertinya sedang melukis itu.
''Kak Deema? Aku kira siapa,'' kata Ratu.
Deema tersenyum dan masuk ke dalam kamar Ratu yang terlihat sangat rapi dan cantik, dibanding kamarnya.
''Lagi apa?'' tanya Deema. ''Tumben pagi-pagi sudah bangun.'' lanjutnya.
''Emm ... Aku lagi ngelukis dong. Memangnya Kak Deema gak liat.''
''Iya, lagi ngelukis. Kok pagi-pagi? ''
''Iya. Aku lagi bosen, jadi mending lukis aja.''
Deema terdiam sebentar untuk memperhatikan adiknya yang tengah melukis dengan lihai. Deema bisa melihat jika Ratu tengah melukis sebuah mobil berwarna merah yang berjalan di atas jalan aspal.
''Kak Deema, punya mobil baru kok gak bilang-bilang aku sih?'' tanya Ratu yang menghentikan kegiatan melukisnya.
''Ha? Kok Lo tau?''
''Aku tau tadi pagi, aku gaket banget waktu buang sampah ke depan. Aku kira mobil Kak Aiden, ternyata mobil kamu. Ibu yang kasih tau.''
''Iya. Gue gak bangunin Lo malem, soalnya kata Ibu, Lo udah tidur.''
Ratu tersenyum malu-malu ke arah Deema. ''Kak Deema habis di lamar ya .....''
Deema menggeleng. ''Ngaco. Gue cuma dikasih mobil aja. Lo juga bisa pakai ya.''
''Ah ... Aku juga ikut seneng banget, Kak. Kamu yang dapet hadiah, aku yang seneng.''
''Iya ... Lo ikut seneng enggak apa-apa. Itu bukan mobil Gue, itu mobil besara ya. Lagipun itu pemberian Mas Aiden, dan Gue belum bisa bawanya.''
''Iya, Kak ... Kak Deema gak berangkat kerja?'' tanya Ratu.
Deema mengangguk. ''Mau kok, tapi nanti jam delapan.''
''Emmm ... Kak, aku punya sesuatu buat Kakak.''
Deema menunjukan ekspresi ingin tahunya. ''Wah? Apaan nih, kok Gue degdegan gini? Kenapa banyak banget yang ngasih Gue hadiah? Padahal Gue lagi gak ulang taun loh ....''
Ratu tertawa melihat ekspresi lucu kakaknya itu. ''Aku belum pernah ngasih apapun buat Kak Deema. Dan sekarang aku mau ngasih sesuatu. Tapi, harganya murah enggak apa-apakan?''
''Apaan sih, Lo. Lebay banget deh. Apapun yang Lo kasih, Gue terima kok, Dek.'' kata Deema diakhiri senyumannya.
''Sebentar ya ....''
Ratu berjalan ke arah lemarinya. Lalu mengambil sesuatu di sana, dan langsung ia simpan di balik badannya. ''Ini aku buat semalam, agak gagal dikit, tapi ... Semoga Kak Deema suka.''
Ratu pun langsung memberikan sebuah benda berbentuk tas berwarna putih tulang, yang sudah di lukis di atas permukaanya.
Deema menutup mulutnya karena terkejut dengan hadiah yang diberikan oleh adiknya itu. Sebuah tas sederhana yang dilukis sangat indah.
''Ya ampun, Dek ... Ini sih mahal banget ....'' kata Deema yang menerima tas itu.
''Wah ... Cantik banget lukisannya.'' kata Deema sambil meraba lukisan berbentuk bunga matahari berwarna kuning yang terlukis di atas tas itu.
Gambar secantik ini, hasil lukisan anak SMP, Deema akan sangat menghargai ini. ''Terimakasih, Dek ... Ini bagus banget, Gue suka ....''
Ratu ikut tersenyum. ''Bagus, Kak?'' tanya Ratu.
Deema mengangguk. ''Bangus banget, Gue suka banget. Makasih ya .....''
''Sama-sama, Kak ... Alhamdullah, Kak Deema suka. Tadinya aku sempat ragu, karena aku rasa kalau aku gagal ngelukis gambar itu.''
Deema merangkul bahu Ratu, dan mengusap lengan adiknya itu. ''Ini enggak gagal, ini bagus banget. Terus berkarya ya, biar Lo bisa jadi orang sukses dan banggain Gue, juga Ibu.''
Ratu mengangguk dengan mantap. ''Siap, Kak. Laksanakan.'' katanya dengan semangat.
''Di pakai ya, Kak.''
''Sayang banget kalau di pake. Mau Gue pajang aja di kamar.''
''Kok di pajang, Kak? Itu buat dipakai loh ....''
Melihat ekspresi Ratu yang sedikit sedih, Deema pun mengurungkan niatnya yang satu itu. ''Oke ... Oke, Gue pake kerja sekarang. Kalau orang tanya, Gue bakal jawab dengan bangganya, kalau ini hasil dari lukisan adik Gue sendiri. Okey?''
Ratu tersenyum dengan senang dan mengangguk. ''Okey, Kak. Terimakasih ....''
''Terimakasih, kembali Ratu ....''
''Yauda, sekarang Lo turun ke bawah. Gue mau buat sarapan.''
''Iya, Kak. Aku rapihkan dulu barang-barang aku.''
Deema mengangguk, ia terlebih dahulu keluar dari kamar Ratu dan masuk ke dalam kamarnya untuk menyimpan tas pemberian dari Ratu.
Deema memiliki ide untuk membuat sesuatu yang sangat enak di pagi hari ini. Deema turun ke lantai satu, ia tidak melihat ibunya, mungkin Kinanti sedang mandi atau sedang mencuci di ruangan sebelah.
Deema mengambil bahan-bahan untuk membuat pancake dan wafel. Semua bahan-bahan itu, sudah tersedia di dapur Deema, Deema tinggal mencampur semua bahan dan kemudian masakan itu akan jadi.
''Kak Deema mau buat apa?'' tanya Ratu yang sudah ada di hadapan Deema.
''Mau buat wafel dan pancake. Lo bisa bantu?'' tanya Deema.
Ratu mengangguk dengan semangat. ''Bisa, Kak.''
''Bisa tolong pegang mixer ini? Buat bikin whipped cream. Lo bisakan?''
''Kalau gitu bisa, Kak.''
''Oke. Nih coba di pegang, di puter-puter ya mixernya biar semuanya tercampur rata. Gue mau bikin wafelnya.''
Deema dan Ratu saling bekerja sama untuk membuat sarapan di pagi hari ini. Ratu yang tidak bisa memasak itu, kini mulai sedikit-sedikit memperhatikan kakaknya yang tengah memasak dengan pandai.
Semua makanan yang merea buat akhirnya jadi juga hanya dalam waktu 18 menit. Ratu yang kebagian bertugas menghias dan menyusun makanan, ia pun melakukan tugasnya dengan baik.
''Wah ... Ibu mencium wangi-wangi masakan di dalam kamar mandi tadi, ternyata anak-anak Ibu lagi buat sarapan? Baru aja Ibu mau buatkan kalian sarapan.''
''Ibu selesai mandi?'' tanya Deema.
''Iya, Ibu baru aja selesai mandi.''
''Sini, Bu. Kak Deema udah bikin pancake sama wafel, enak banget loh ....''
Mereka pun duduk di kursi masing-masing untuk memakan sarapan pagi ini. Mereka pun saling bercerita satu sama lain. Mereka sangat menikmati hidup mereka yang jauh-jauh lebih baik dari kemarin.
Kinanti sangat mensyukuri hal itu. Ia akhirnya bisa hidup dengan layak bersama anak-anaknya, walupun tanpa suami yang mendampingi hidupnya.
....
Deema sedikit berlari terburu-buru karena ia telat datang menuju toko The K. Jika kalian tanya mengapa Deema telat pergi bekerja, jawabannya adalah, karena Deema menunggu kamar Aiden yang sangat lama, dan berakhir ia menaiki angkutan umum dan terjebak macet.
Deema belum menerima pesan atau balasan pesan dari Aiden sejak pagi tadi. Padahal semalam, Aiden bilang akan menjemput Deema dan mengantarkan Deema pergi bekerja. Tapi ... Aiden tidak ada kabar, dan Deema berinisiatif untuk menunggu Aiden di depan komplek perumahannya. Namun tetap saja, Aiden tidak muncul juga.
Berakhirlah ia menaiki angkutan umum, dan terjebak macet di tengah perjalanannya, karena hari ini adalah weekend.
Ia masuk ke dalam toko The K. Hanya ada Riki dan Galang yang tengah membersihkan barang-barang dilantai satu. Sepertinya hari ini mereka tidak akan buka toko, hanya menerima pesanan saja. Terlihat dari barang-barang toko yang sudah dibungkus menggunakan plastik dan juga barang-barang lainnya yang sudah di tumpuk.
''Bari datang, Deem?'' tanya Riki.
''Ah iya, maaf ... Tadi aku kejebak macet.''
Riki mengangguk. ''Tidak apa-apa, santai saja. Sudah di tunggu Kak Kaila di atas.'' ucap Riki.
Deema pun mengangguk. ''Aku ke atas duluan ya, Mas ....''
Ketika sampai di lantai dua, sudah ada Nomi, Arin dan Kaila yang sedang menghias dan menata kue-kue.
''Kak Kaila ... Maaf aku telat, tadi macet banget di jalan.''
''Hey, Deema ... Tidak apa-apa, santai saja. Siap-siap dulu, kita mau buat adonan baru. Bantu Nomi dan Arin ya ...'' kata Kaila sambil berjalan masuk ke dalam ruangan produksi kue.
''Iya, Kak.'' jawab Deema.
Ia langsung menggunakan alat perang untuk membuat kue, mengikat rambutnya, memakai masker rambut, mencuci tangannya, dan memakai sarung tangan. Lalu ia bergabung dengan Nomi dan Arin yang sudah memulai untuk menghias kue.
''Mbak, Arin, maaf ya ...'' kata Deema.
Arin dan Nomi pun mengangguk sambil tersenyum. ''Enggak apa-apa, Deema ... santai saja. Kita juga baru mulai kok.'' jawab Nomi.
''Iya, Kak. Kita baru mulai. Kak Deema minum dulu sana, kayanya capek banget habis lari-larian.''
''Huft ... Iya nih, aku kira gak bakal macet. Biasanya dari rumah ke sini cuma butuh delapan menit, eh sekarang sampe tiga puluh menit.''
''Hari weekend, Deema ... Maklumi saja.'' kata Nomi.
Deema mulai bekerja. Sebelumnya ia diberitahu oleh Nomi terlebih dahulu, apa-apa yang harus ia kerjakan.
''Mbak Nomi, nginep lagi?'' tanya Deema.
''Iya. Aku rencana mau pindah dari kosan ke sini sih. Udah dapet izin dari Kak Kaila juga.''
''Ah iya, Kak. Lebih nyaman di sini aja. Bukannya di atas ada ruangan kaya kamar gitu, ya. Kayanya juga kosong deh.'' kata Deema.
''Iya, Kak Kaila suruh aku ngisi tempat itu. Tapi belum ada waktu buat beresin.''
''Besok aku bantu beresin sama-sama ya ...''
''Oh ya? Boleh dong kalau gitu.'' jawab Nomi.
Arin yang tak mengerti pembicaraan mereka, ia pun bertanya. ''Memangnya kosan Mbak Nomi sebelumnya, kenapa?'' tanya Arin.
Deema pun mendekat ke arah Arin. ''Katanya sih horor. Tapi aku juga gak tau.'' bisik Deema.
''A--ah ... Gitu ... Serem banget dong, Mbak.'' kata Arin.
''Iya sih. Terakhir waktu dua hari yang lalu, aku pulang jam delapan malem, kalian tau apa yang terjadi?'' tanya Nomi yang menbuat semua orang penasaran.
''Apaan, Mbak?'' tanya keduanya.
''Dari kejauhan, aku liat ada orang yang duduk di depan pintu kost aku. Pas aku deketin, dia lari begitu aja dan aku gak tau itu apa.''
''Hiiiihhh ... serem banget ....'' kata Arin yang mendekat ke arah Deema.
Deema pun menjadi bergidik ngeri. ''Kok bisa gitu sih, Mbak ... Kenapa gak pindah dari kemarin aja? serem banget loh ...'' ucap Deema.
''Aku juga gak tau mau pindah kemana. Aku belum cari tempat lagi.''
''Tapi kok, Mbak Nomi berani banget sih?'' tanya Arin.
Nomi mengangguk dengan bangganya. ''Aku udah biasa ngandepin kaya gitu. Aku cuma harus yakin sih sama satu hal, kalau derajat manusia lebih tinggi daripada mereka. Itu yang buat aku gak takut.''
''Aish ... Tapi tetep aja, Mbak ... Itu serem banget loh ....''
''Ada apa? Gosipnya seru banget.'' tanya Kaila yang baru datang.
''Itua, Kak. Mbak Nomi cerita hantu yang ada di kosannya.''
''Oh ya? Aku udah bilang ke kamu, buat pindah dari jauh-jauh hari.'' ucap Kaila.
''Enggak apa-apa kok, Kak. Enggak parah banget. Cuma nampakin dirinya aja.''
''Tapi tetep aja, Mbak. Itu nyeremin banget.'' tambah Deema.
Acara gosip hantu mereka, berlanjut sampai pekerjaan mereka selesai. Dan semua karyawan di sini sedang beristirahat. Mereka sedang kumpul makan siang di lantai satu, sambil makan, mereka pun tak lupa untuk bercanda bersama dan tertawa.
Tapi ... Berbeda dengan Deema yang diam saja sejak tadi, karena ia tidak mendapat kabar dari Aiden. Otaknya selalu berpikir, kemana Aiden, dan dimana Aiden.