Rania terdiam kaku saat menyadari di mana Rehan saat ini memarkir mobilnya. Melihat tempat sekitar tampak tidak asing, seketika menimbulkan genangan di pelupuk matanya. Semakin lama ia memandangi area sekitar——tampak remang-remang dengan hanya mengandalkan satu penerangan dari lampu di sudut area———semakin genangan itu mendesak keluar. Rania mati-matian menahan diri, memohon dengan sangat agar air bah itu tidak menerobos keluar dari dinding pertahanannya. "Ayo." Suara berat Rehan berhasil menghalau air mata yang nyaris jatuh membanjiri pipi Rania. Rania buru-buru menoleh, menatap bosnya yang sedang melepaskan sabuk pengaman. Lalu keduanya saling beradu tatap untuk sepersekian detik saat laki-laki itu mengalihkan pandangan ke Rania. "Ada apa?" tanya Rehan, menyadari ekspresi Rania yang t