Clarissa meletakkan tas ke atas sofa dan masuk dalam pelukan kekasihnya. Tidak peduli meski wajah Dante terlihat kaku. “Hai, Sayaaang! Selamat malam. Udah makan belum?” Dante mengernyit, mengendus rambut dan tubuh Clarissa. “Kamu nggak mabuk 'kan?” “Nggak, dong. Masa lagi syuting berani mabuk.” “Syuting? Bukannya kamu ngobrol sama Maxime?” Kecemburaun Dante membuat Clarissa gemas. Ia berjinjit dan mengecup bibir Dante. “Kami nggak hanya berdua tapi ada mamanya juga. Untuk apa kamu cemburu? Jangan termakan berita di media. Mereka suka membesar-besarkan masalah. Lagipula, kamu bisa tanya Sesil, Sayang. Dia bersama kami di sana.” Dante menganguk kecil, menyingkirkan rasa cemburu yang membara dalam d**a. Ia sudah berjanji pada Clarissa untuk tidak cemburu pada Maxime yang menurutnya sang