Ketika Rose dan Arsen datang ke bandara untuk mengantarkan Bunda Farah dan Ayah Irwan, seperti biasa Bunda Farah masih enggan menatap Rose. Matanya berpaling, menatap ke arah yang lain supaya tidak melihat Rose di sana. “Bun, Rose mau cium tangan ini,” ucap sang suami pada Bunda Farah. “Jangan gitu, kasian Rose. Kita kan mau satu bulan di sana. masa Bunda gak mau saliman doang?” Bunda Farah menarik napasnya dalam, kemudian dia membiarkan tangannya dicium oleh Rose. Terharu karena dirinya bisa lagi menyentuh tangan sosok itu. sosok yang sebelumnya selalu mengutamakan dirinya, kini terasa seperti orang asing. “Boleh peluk Bunda?” Tanya Rose. “Ayo, Yah. Kita harus ke sana, Bunda mau duduk di pesawat.” Begitu ucapnya mengabaikan pertanyaan Rose. Dirangkulnya sang istri supaya tidak merasa