Saya menatap ragu pada kunci mobil. Sudah beberapa menit terlewat saya habiskan dengan berdiri seperti orang idiott di parkiran khusus kantor. Mbok Latri pagi tadi bilang, akan pergi pada pukul satu siang. Sekarang jam di pergelangan kiri saya menunjukkan pukul 12.41, artinya ada 19 menit lagi yang bisa saya pergunakan untuk mengemudi menuju rumah. Saya menimbang-nimbang, antara ingin menuruti atau menanggalkan ego. Jadi pengungtit sama sekali bukan keahlian saya, tapi kalau tidak begitu, saya tidak tahu keberadaan Asha. Perempuan itu memang merepotkan. Merepotkan perasaan saya. Hobinya mengacau dan membuat saya kalang-kabut. Kesal karena belum punya jawaban, saya memukul pelan bagian atap mobil. Hal itu secara tidak sengaja memancing perhatian salah seorang petinggi perusahaan yang kebe