Saat berhenti di depan sebuah toko untuk membeli cinderamata, Mama Rani hanya mengajakkku. Sedangkan Mas Bima dan Mas Praha disuruh menunggu di mobil, karena kami tidak akan lama. Kami keluar dari mobil, memasuki toko dengan Mama Rani merangkulku. Berjalan beberapa saat mengintari rak, dia berceletuk, “Mas perlu diberi pelajaran. Ikuti kata hatimu, Sayang. Keluarga sudah menyerahkan keputusan. Semua tergantung padamu, mau dibawa ke mana hubungan kalian, terserah. Yang penting, kamu bahagia.”“Mama tidak kecewa denganku, kan?” Kami tiba-tiba berhenti. Mama Rani menoleh padaku, tersenyum seraya menggelengkan kepala. “Tidak sama sekali. Ini hidupmu. Ini pilihanmu. Ini yang kamu mau. Jangan biarkan orang lain mengambil alih semuanya. Cukup alasanmu datang ke sini, membiarkan orang lain melakuka