39 – Meminta Maaf dan Restu

1651 Kata

Begitu keluar dari ruang seminar, Mama Rani menyambutku dengan pelukan juga memberi satu buket bunga. Beliau menusap-usap punggungku sambil bilang, “Selamat, Asha. Kerja bagus. Apa yang kamu lakukan hari ini luar biasa. Mama turut bangga, Nak. Mama turut bangga, Sayang.” “Terima kasih banyak, Ma.” Aku memejamkan mata, disertai senyum lebar. Aku tahu ini baru permulaan, tapi tidak bisa mencegah perasaan untuk senang. Lega menyeruak, karena berhasil menyelesaikan seminar proposal semaksimal dan sebaik yang kubisa. “Judulku diterima, Ma. Meski ada beberapa perbaikan, tapi setidaknya ... penelitian bisa dilanjutkan.” Pelukan kami terurai, Mama Rani mengusap pipiku dengan senyum yang belum pudar. Dia mendekat, kemudian memberi kecupan di sana. “Kerja keras tidak pernah menghianati hasil. Mama

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN