Saat aku dibantu Pak Parman meletakkan keperluan yang dibutuhkan ke dalam bagasi, sebuah mobil yang sudah kuhapal di luar kepala memasuki halaman rumah. Awalnya aku menatap dalam diam, dengan mulut mengatup rapat. Namun saat mobil itu memilih parkir tepat di samping mobil yang akan kami pakai, langsung aku membuang muka. Si pengemudi keluar berbarengan dengan Pak Parman berucap, “Dikira tidak jadi ikut, karena sampai mau jam berangkat, tidak datang-datang.” Terakhir beliau meletakkan tas laptop, beserta tas khusus untuk bundelan proposal skripsi. “Kalau mas tidak muncul, Bapak yang ambil alih nyetir.” “Maksud Bapak?” tanyaku cepat, bahkan menatap beliau langsung. “Iya, Dek, yang menyetir hari ini Mas Bima, bukan Bapak. Karena Bu Ayu tidak ikut, Bapak yang antar beliau ke mana-mana nanti