30 – Bima: Terlambat Sadar, Teramat Menyesal

1676 Kata

Dari membuka pintu sampai berjalan beriringan menuju ruang tamu, Alin tidak berhenti menatap saya. Seolah ada yang dia selidiki, dia mengamati dengan mata menyipit. Merasa diperhatikan sedemikian rupa, saya tentu jengah. Alin memperlakukan saya seperti tersangka. “Sebelum bicara, aku minta satu hal sama kamu. Kejujuran.” “Kamu benar tidak ke mana-mana, kan? Selain di ruang tamu dan pintu depan, kamu tidak ke ruangan lain lagi, kan?” Alin duduk dengan menyilangkan kaki. Dari gerak-geriknya, saya menangkap kalau Alin gelisah. Hanya saja berusaha ditutupi sebaik mungkin. “Aku akan setuju kalau kamu bilang ‘ya’ sama pertanyaanku.” “Menurutmu?” tanya saya balik. Lucunya, setelah punya senjata, saya merasa sedikit lebih tenang. “Apa yang tidak kuketahui di rumah ini, Lin? Sebelumnya aku pernah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN