Asri menuntun saya ke ruangan oma. Katanya, beliau sudah menunggu lama di sana. Sambil merajut sweater untuk Asha. Saya heran, apa pesona yang Asha punya, sampai oma sebegitu menyayanginya? Saya sebagai cucu merasa kalah prioritas sejak kemunculan Asha. Perempuan itu ... semacam punya mantra untuk menjerat orang-orang. “Sampai sini ya, Mas. Asri izin pamit ke dapur.” “Terima kasih,” ucap saya. Asri mengangguk sopan, kemudian dia undur diri. Tersisa saya sendiri di depan pintu, menarik napas beberapa saat sebelum memutuskan mengetuk. “Oma,” panggil saya. “Ini aku, Bima.” “Masuk!” Satu kata yang tegas dan ketus. Dengan tingkah saya belakangan ini, mungkin oma sangat jengkel. Saya jarang berulah, 30 tahun hidup sebagai cucu beliau, jarang sekali saya mengecewakan. Kecuali untuk kasus Alin