35 – Bima: Maaf yang Belum Sebanding

1673 Kata

“Dia tidur atau mati?” “Gilaa, serapi ini diteriakin maling tadi malam?!” “Katanya masih kerabat Asha. Kalau mabuk pulang ke rumah, pasti dimarahi istrinya. Ya sudah cari aman melipir ke sini. Tapi, aneh sih. Kenapa pake bikin kehebohan segala? Kalau masuk baik-baik juga bakal dibantu. Eh, tapi orang mabuk memang meresahkan. Mabuk aja udah nggak bener, apa lagi sampai bikin repot orang.” Kepala saya pening, ditambah mendengar ocehan-ocehan mereka, makin terasa pening. Tenggorokan saya tidak nyaman. Pengar, kering dan butuh air minum. Sekujur tubuh terasa remuk, seolah dipukuli satu kampung. Saya mengerang pelan, berusaha membuka mata agar mudah beradaptasi dengan keadaan. Silau menyambut, ditambah wajah-wajah asing memperhatikan. Awalnya saya bingung, tapi saat kesadaran menghampiri, s

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN