53 – Katanya Nyonya Wira

1551 Kata

Saat bangun, aku cukup kaget mendapati posisi kami sedang berpelukan. Wajah Mas Bima hanya sedikit lebih tinggi, tapi begitu aku mendongak, puncak hidung kami nyaris bersentuhan. Napasnya menerpa puncak kepala, terdengar teratur, menandakan ia masih tidur. Perlahan tapi pasti aku mencoba menyingkirkan tangannya, namun Mas Bima yang enggan, segera mengeratkan rangkulan. Jujur ini canggung. Terbiasa tidur sendiri, membuatku gugup. Terlalu intim, efeknya tidak baik untuk jantung. Kembali aku menggeliatkan tubuh, memberi cela pada kedekatan kami. Mendorong dadaanya pelan-pelan, agar sedikit saja tergerak. Supaya memberiku ruang untuk bernapas lebih normal. “Biarkan seperti ini,” ujarnya dengan mata memejam. Rupanya sudah bangun. “Di bulan yang sama, kita sudah tidur seranjang dua kali. Tapi,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN