Airyn keluar dari kamar mandi. Beruntung, Arvyn hanya mengerjainya dengan pakaian dalam yang sangat langka itu. Karena baju luarnya, Arvyn membelikannya piama lengan panjang dengan warna merah muda. “Apa ukurannya pas?” tanya Arvyn masih tak peduli jika pertanyaannya itu membuatnya malu setengah mati. Arvyn duduk dengan santai di pinggir ranjang dengan meja kecil tadi yang sudah Arvyn letakkan di atas nakas samping tempat tidurnya. Airyn mendekat. Tangannya terangkat dan memberikan Arvyn sebuah pukulan pelan di lengannya. “Jangan menggodaku. Lagian kenapa kamu membelikanku piama? Aku tidak berniat untuk menginap. Aku harus pulang ke panti.” Perkataan Airyn, membuat hati Arvyn tersentil. Sekarang, panti itu tentu saja menjadi tempat ternyaman bagi Airyn dibandingkan tempat lain. Arvy

