Menangisi Kebodohan

1504 Kata

"Loh, Shanumnya mana, Mas?" Mey yang berada di dapur terkejut, melihat anaknya keluar kamar sendirian. Ahsan mengangkat bahunya. "Ga tau. Tadi, dia lari gitu aja." Dengan cueknya, ia berjalan menuju halaman belakang, dan duduk di gazebo sambil memperhatikan anaknya yang tengah bermain perang-perangan bersama kakeknya. Mey datang dengan beberapa gelas minuman juga s**u kotak kecil untuk Daffin. Tak lupa, ia juga membawa beberapa cemilan untuk mereka nikmati bersama. "Kok, bisa sih Shanum lari gitu aja," gumam Mey merasa heran. Pasalnya, tak pernah sekali pun Shanum bersikap tak sopan seperti ini. Apapun kondisinya, wanita itu akan selalu pamit ketika hendak pergi. Mata Mey memicing, memperhatikan bibir sang anak yang terlihat sedikit merah dan bengkak. "Ini, bibir kenapa ini?" Tangannya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN