“Keenan, kamu ah.” “Benar kataku, ‘kan? Kamu pasti yang duluan.” Winda tertawa lemas, dan Keenan belum mendapat gilirannya. Winda pasrah tubuhnya dimasuki, dan dia pun bersiap-siap. “Jangan khawatir, aku sudah janji akan melakukannya dengan lembut dan pelan. Semoga dia tetap nyaman di dalam.” Keenan duduk di depan tubuh Winda yang mengangkang, dengan pelan dia masukkan miliknya ke dalam tubuh Winda tanpa menindih. “Ah, Keenan. Ini juga enak.” Keenan tersenyum ke arah Winda sambil bergerak maju mundur, pikirannya tertuju ke saat awal perjumpaan dengan Winda. Sebelum tahu dirinya akan dijodohkan dengan Winda, Keenan sebenarnya sudah pernah melihat Winda, dan tahu dia adalah putri bungsu atasannya. Siapapun yang pertama kali melihat Winda pasti akan memuji kesempurnaannya, termasuk diri