Winda terkejut bahagia ketika melihat keadaan kamar Keenan yang ternyata dihias seindah mungkin. Matanya membulat besar tertuju ke tempat tidur yang dihias sedemikian rupa bak ranjang pengantin, dengan kelopak-kelopak bunga yang membentuk tanda cinta di atasnya. Winda mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar, tidak ada yang berubah penataannya. Dia ingat bahwa sebelumnya dialah yang menata kamar ini. “Keenan, siapa yang melakukan ini?” tanya Winda yang masih memegang dadanya karena haru bahagia. Keenan melingkarkan tangannya ke perut Winda dari belakang, mendekatkan wajahnya ke telinga Winda, dan berbisik, “Aku dan Rara.” Winda tertawa kecil, membayangkan Keenan dan adiknya bekerja sama menghias kamar, padahal hubungan keduanya kurang begitu dekat, dan Keenan yang justru lebih