“Tentu saja, Bu.” “Soal … pembatalan pernikahan Pak Keenan dan Dinar.” “Oh, soal itu.” “Kamu tau saya dan Pak Keenan sangat sibuk, dan kami belum sempat membahasnya. Kejadian ini benar-benar sangat cepat, dan saya bahkan tidak bisa berpikir secara detail, juga tidak punya waktu bertanya … kadang, ya … saya juga segan bertanya kepada suami saya, khawatir dia—“ “Tidak memberi penjelasan secara rinci dan ada yang disembunyikan?” sambung Riska yang memahami maksud kalimat yang diucapkan Winda. Winda tergelak, sampai dia menutup mulutnya. “Ya … seperti itu.” Riska tersenyum simpul, Winda tidak berubah dan masih bersikap apa adanya. Tetap menganggapnya seperti teman dekat, dan bukan menganggapnya bawahan, tapi Riska tetap menaruh hormat. “Hm … apa Dinar masih bekerja di kantor Pak Keena