“Keenan?” “Win. Aku mungkin tidak bisa bertemu anakku,” lirih Keenan. Winda perlahan meletakkan tangannya bertumpu di atas punggung tangan Keenan yang memeluknya, dia baru menyadari sesuatu. “Biarkan aku tidur bersamamu, memelukmu seperti ini, mengenang kebersamaan kita di tahun-tahun lalu.” Winda tidak bisa menahan tangisnya. Bagaimanapun, masa-masa kebersamaannya dengan Keenan sangatlah indah, terutama di bulan madu keliling Eropa. Meskipun Keenan tidak pernah berucap cinta kepadanya, tapi sikap dan tindakan Keenan sudah menunjukkan cinta. “Kamu tahu aku akan menikah dan itu bukan kehendakku. Mama sakit keras dan dia memintaku menikahi Dinar, ingin menyaksikanku menikah. Mama sudah merasa ajalnya akan tiba, karena dia merasakan sakit luar biasa. Dia ingin bahagia menjelang kepula