Setelah mengantre membeli popcorn juga cola, Seanna dan Hendrian berjalan menuju kursi panjang yang sudah disediakan di lobby. Menunggu selama beberapa saat sampai pintu bioskop dibuka. Akhir pekan mereka diisi dengan memenuhi semua yang Seanna inginkan, salah satunya menonton seperti sekarang. Genre film pun ditentukan oleh Seanna, katanya kali ini horor saja. “Ramai banget ya, Om. Tau gitu mending kita milih yang malam. Pasti nggak banyak yang nonton, soalnya ‘kan pada ketakutan.” “Justru menurut saya waktu menonton film horor yang tepat itu malam hari. Entah bioskopnya penuh atau tidak, saya tidak terlalu peduli. Suasana mencekamnya jauh lebih terasa dan sangat menguji adrenalin. Ada sensasi tersendiri, saya menyimpulkan sebagai sebuah kesenangan.” Seanna menatap Hendrian skeptis. “O